• Home
  • Travel
  • Review
    • Film
    • Book
  • Jurnal
    • Event
    • My Space
  • About

                        D e a     M e r i n a

“Don't be pushed around by the fears in your mind. Be led by the dreams in your heart.” ― Roy T. Bennett, The Light in the Heart

Powered by Blogger.
Kalo sebelumnya aku bahas soal komunitas love suroboyo yang aku ikuti, kali ini aku mau bahas komunitas yang lain. Relawan Nusantara. Sebenernya baru sebulan lalu resmi jadi anggota. Eh belum ding masih ada orientasi. Oh iya kemarin juga kita carel (calon relawan) diospek dengan buat event indonesia mendongeng 5. Greget banget yak ospeknya langsung diminta bikin event gede yang diselenggarakan serentak di 25 kota di indonesia. I’m so excited!



Indonesia Mendongeng ini ajang silahturahmi tpa tpq se indonesia. Kita mengundang seorang ust untuk mendongeng dengan pesan moral yang baik untuk adek-adek. Seperti biasaaaa, aku join di sie pubdekdok (publikasi dekorasi dokumentasi). Hehe. Karena aku rasa disini aku bisa lebih totalitas. Alhamdulillah kemarin acaranya lantjar jayaaaaa. Yang bikin wow itu karna Bu Risma dateng meeennn! Terima kasih ibu sudah meluangkan waktunya untuk datang ke acara kami. Terharu biru. Walaupun evaluasi dari acara kemarin kurang koordinasi tapi yaa lumayan lah ya hehe. Semoga aja rutin diadakan tahunan. Karna memang bermanfaat untuk adek-adek tpq. Dan aku merasa aneh dengan group wa pasca event. Jadi sepi hehe. Padahal biasanya rame banget. Ngomongin rapat lah, laporan sie ini itulah, tanya perlengkapan, belanja bingkisan, dll.



Jadi relawan itu gampang-gampang susah. Karna kamu harus bener-bener rela akan banyak hal. Rela waktu, rela tenaga, dan rela pikiran. Disamping rela materi ya. Semua yang kamu lakuin itu keikhlasan untuk membantu orang lain. Tanpa berharap apa pun balasannya dari siapa pun. Namanya juga ikhlas. Eh salah, namanya juga rela-wan. Aku sangat amat menghargai setiap orang yang meluangkan waktunya untuk orang lain. Karna waktu adalah sesuatu yang tidak daapat ditukar dengan apapun. Coba bayangin, kamu meluangkan waktumu untuk mengajari temanmu belajar suatu mata kuliah misalnya. Anggap saja 1 jam. Waktu 1 jam itu kamu berikan untuk mengajarinya. Padahal di kesempatan yang sama, bisa aja kamu pake waktu 1 jam itu buat belajar sendiri, nonton, cari buku, nulis, hunting, atau segala sesuatu yang kamu suka dan inginkan. Tapi kamu rela memberikan waktu 1 jam itu dan nggak bisa kamu minta balik. Hidupmu berkurang 1 jam untuk orang lain. So sweet ya <3 (haha lebay). Jadi hargailah orang-orang yang sudah merelakan waktunya untukmu. Sama halnya dengan tenaga dan pikiran yang mereka relakan untuk sesama.

Lagi-lagi aku dibuat takjub oleh beberapa anggota relawan senior. Gimana caranya mereka seikhlas itu meluangkan sepersekian hidup mereka untuk orang lain? Semoga aku bisa seperti mereka kelak. Aamiin.

Well, overall 2017 itu nano-nano. Seneng, sedih, marah, kecewa. Alhamdulillah semuanya ada di tahun ini.




Ditahun ini alhamdulillah aku bisa kelarin kuliah. Ngerjain skripsi jungkir balik. Ngumpulin mood buat ngetik 1 kalimat masyaAllah luar biasa. Ngerjain skripsi juga nyolong-nyolong waktu disela kerja ehehe. Pak Rico maafkan saya ya pak. Kelar sidang proposal rasanya plong sampe sempet melupakan lanjut kerjain 1 bulanan. Begitu deadline sidang deket gelagapan. Lembur sampe pagi. Tiap hari ngewhatsapp dosbing baut asistensi. Makasih Bu Amrita I Love You to the moon and back to the moon lagi and back lagi. Bolak-balik stasiun dan daop buat minta data. Bayangin, nunggu balesan acc buat mulai survey aja 1 bulan. Dan itu juga nggak langsung dikasih, masih dibulet-buletin kesana kemari. Rasanya pengen marah karena dioper-oper tapi apalah dayaku mahasiswa skripsi. Bisa apa mah. Akhirnya aku kontak semua orang dalem buat nanyain gimana progresnya suratku. Hehe sampe-sampe bapaknya yang nangani suratku bilang ‘kamu ini kenalannya banyak ya’ HAHA maafin ya pak. Bapak sih kenapa belibet. The power of relasi dan socmed. Jangan ditiru ya rek. Pas survey juga ada aja, begitu sampe porong istirahat sholat shubuh dan jalan ke taman sebentar begitu mau balik ke surabaya eh ketinggalan kereta. Rasanya pengen nangis guys. Well, karena aku sudah ijin telat ngantor, pagi-pagi minta tolong temen-temen buat bantu survey (mereka jam 3 pagi sudah bangun dan otw stasiun bayangin, love you guys), and honestly waktu itu aku lagi bokek banget. Akhirnya balik ke surabaya naik elf. Merasa nggak enak, kecewa, dll. Akhirnya beberap akali survey majulah aku sidang skripsi. Waktu sidang pun nggak jauh-jauh dari drama. Dosen penguji benar-benar menguji. Sampe nangis. Pas ngasih revisian ke dosen itu beliau bilang ‘Kamu kenapa kemaren nangis, orang saya lho Cuma bercanda aja biar ada kenang-kenangan’ mak jleb nget. Yasudahlah akhirnya sah lah saya menjadi sarjana. Alhamdulillah.

Setalah ketok palu aku pun memutuskan untuk resign karena beberapa alasan. Alhamdulillah aku nggak pernah nyesel resign. Walaupun beberapa orang bilang cari kerja itu susah, kenapa resign. Aku yakin Allah udah kasih jalan untuk hambanya. Dengan resign aku pun mengenal beberapa bocah yang menjadi muridku. Dengan menjadi mbak mereka aku jadi belajar bagaimana menjadi seorang kakak, guru, dan ibu yang baik. Bagaimana seharusnya mendidik seorang anak dengan karakter yang berbeda. Seru sih menurutku hehe. Dan anak-anak ini buat aku berpikir, ternyata kids jaman now ini bener-bener jauh dari tujuan mereka. Kecuali yang sd. Coba baca tulisanku yang Kids Jaman Now.
Di tahun 2017 ini aku jarang banget keluar kota. Gegara skripsi ahahah. Soalnya rasa ada beban kalo ninggalin skripsi. Palingan terakhir yang ke kediri itu. Kalo malang nggak masuk itungan kan ya hehe. Makanya itu aku juga udah jarang nulis soal traveling. Jadi tahun ini aku lebih anak rumahan. Entah tahun depan kan udah kelar skripsinya haha.


Beberapa hal yang nggak mengenakan juga ada di tahun ini. Ngerasain sedih maksimal waktu harus mengorbankan sesuatu yang sangat amat aku cintai. Sampe sempet down juga. Yaaaa namanya juga hidup, semuanya serba titipan. Kalo yang punya mau ambil kita bisa apa? Tersenyum dalam hati menangis haha. Kita mah manusia nggak punya apa-apa.

Ditahun ini juga aku jadi lebih mengenal beberapa orang. Beberapa orang baru muncul dan beberapa yang sudah aku kenal pergi. Yang lain ada yang tak ada kabar. Wajar. Lebih memahami apa arti dari sebuah pertemanan. Mengenali batasan yang ada. Mana yang kawan dan lawan. Mana yang kudu dipertahankan dan ditinggalkan. Ini bisa jadi ajang intropeksi diri. Mengapa mereka memilih pergi? Wait, mereka yang pergi atau aku yang pergi? Siapa yang salah? Aku atau mereka? Wajar jika seseorang ingin diperhatikan. Tetapi, sudahkah ia memperhatikan orang lain? Bukannya hidup ini ada timbal baliknya. Sama seperti, jika kamu tidak ingin menunggu saat janjian bertemu. Ya kamu jangan terlambat saat janjian dengan orang. Sesimple itu sih.

Yaaaah, begitulah tahun 2017ku. Nano-nano! Gimana ceritamu?


Dan untuk resolusi 2018, semoga segala hal yang ada di list lebih banyak yang terlaksana. terutama soal rutin nulis di blog. karena aku nggak pandai untuk berbicara melalui lisan. Tulisan dan foto bisa menggambarkan seorang aku. Semoga segalanya berjalan lancar dan jauuuhhh lebih baik lagi. Aamiin. 
Beberapa hari lagi kalender 2017 bakalan habis. Seminggu? Nggak nyampe. Tinggal 3 hari lagi. Tentunya di tahun 2017 ini banyak banget memory, banyak pula perubahan. Kali ini, aku mau sedikit berbagi cerita sepanjang tahun 2017ku. Yaaa, siapa tau yakan sedikit bisa memotivasi untuk 2018 yang lebih baik eheh.

Satu kata yang dapat mengambarkan tahun 2017 untukku adalah ‘Perubahan’. Karena sepanjang tahun ini, aku sedikit banyak berusaha untuk keluar dari zona nyaman. Mengikuti beberapa komunitas. Seperti Love Suroboyo misalnya. Meski bukan komunitas pertama yang aku ikuti, tapi ini komunitas pertama yang bisa dibilang lumayan aktif. Mengikuti kegiatan meliput event yang ada di Surabaya, bertemu orang baru, pengalaman baru dengan bidang yang aku suka, dll. Sebenarnya sangat amat mengasyikan berkumpul bersama. Mau tau dulunya gimana? Semuanya berasal dari sebuah keputusan simple untuk datang meetup.



Handphone yang aku pegang sedari tadi nggak berhenti-berhenti bersuara. Centung. Centung. Centung. Banyak banget chat dari group whatsapp. Hari ini ada meetup pertama group liputan. Sebenernya bisa dibilang, aku bukan tipikal orang yang pede. Cenderung pemalu. Aku masih belum bisa memastikan untuk bisa datang diacara kumpul-kumpul divisi tersebut. Aku bahkan tidak mengenal siapapun. Bagaimana jika aku rewind lebih jauh lagi mengenai asal muasal aku bergabung dengan komunitas instagram ini? Baiklah. Fast Rewind.

Siang itu aku sedang berkutat dengan kerjaan dikantor. Handphone yang aku letakkan di samping mouse tiba-tiba berbunyi. Aku pun mengambilnya dan membuka chat tersebut. Seorang teman mengirimi foto poster open member di group whatsapp. Open Recruitment Komunitas Instagram Love Suroboyo. Di poster tersebut dijelaskan secara singkat mengenai apa itu Love Suroboyo dan beberapa divisinya. Mataku seketika terpaku pada satu kata, Liputan. Baiklah boleh dicoba, batinku. Aku segera melakukan pendaftaran pada web yang dituju. Aku sangat menggemari bidang fotografi. Walaupun amatiran tapi aku sangat suka. Disela-sela kesibukan (kebosanan sih lebih tepatnya) dengan rutinitas monoton kuliah – skripsi – kerja, aku butuh sesuatu yang membuatku bersemangat menjalani hari (hahah lebay). Disamping itu, aku juga ingin mempunyai teman-teman yang sehobby. Sejujurnya, aku hanya memiliki 2/3 teman yang memiliki hobby sama, fotografi. Dan aku rasa aku butuh lebih dari itu, orang-orang baru, pengalaman baru. And here I am. Setelah pendaftaran, diadakan seleksi untuk masuk, foala resmilah aku menjadi anggota Komunitas Love Suroboyo. Back to meetup.

Aku tak kunjung bisa memastikan untuk ikut meetup. Padahal jamnya udah mepet banget. Aku galau. Tiba-tiba perutku terasa mulas. Well, perutku memang kompak dengan perasaanku. Jika perasaanku tak enak, atau aku merasa deg-degan maka perutku akan bereaksi (segitunya? Kalo kamu orang introvert juga aku yakin kamu juga bakal paham hehe). Akhirnya aku pun memutuskan untuk tidak datang. Tik tok tik tok (backsound jam haha). Aku segera menyambar kunci dan pergi. Finally, aku memutuskan untuk datang. Toh percuma aku daftar kalo nggak nonggol, buat apa yakan? Dari kejauhan aku melihat banyak orang berkumpul. Bismillah, aku pun melangkah dan bergabung dengan mereka. Nah dari sinilah aku mulai mengenal beberapa orang. Mulai mengikuti event liputan ini itu. Belajar lebih memahami dasar dan jenis fotografi. Belajar berkomunikasi dengan orang yang jauh lebih tua. Belajar berorganisasi. Dan belajar banyak hal.

Dari sini aku memiliki teman dengan backgroud yang berbeda beda. Mulai dari mahasiswa dengan hobby serupa, fotografer profesional, ibu-ibu rumah tangga yang aktif kesana kemari, guru sejarah, staff TU, pengusaha, crew tv, dll. Dan dari sini pula aku belajar untuk memahami pola hidup mereka, cara berpikir mereka. Ah, pokoknya banyak deh yang bisa aku ambil dari mengikuti komunitas ini. Dan hal ini bener-bener membuka mataku lebar-lebar. Ternyata hidup yang aku jalani selama ini hanya lingkup yang sangat amat kecil. Tidak sebanding dengan cerita mereka. Aku pun malu dengan diriku sendiri. Aku telah banyak menyia-nyiakan waktuku hanya untuk bersantai ria. Berhura-hura dengan teman-teman. Tanpa tujuan yang jelas.

Tentunya nggak jarang juga ada gesekan. Gesekan kecil di sebuah komunitas ibarat bumbu penyedap instant yang kalo sedikit sesekali gpp tapi kalo keseringan juga nggak bagus dan bisa berakibat fatal. Dengan adanya gesekan kita bisa tau gimana seseorang itu sebenernya. Sstt, ini caraku aja sih hehe. Dengan sedikit gesekan kamu akan berpikir ‘Oh ternyataa...’. Toh, dalam lingkup sosialmu kamu nggak akan selalu baik-baik saja (yang buruk jangan ditiru ya cukup mabil hikmahnya aja). Setelah gesekan reda pun semua kembali seperti semula. Dan tak jarang dengan begitu kita bisa lebih dekat.
Dalam sebuah grafik kehidupan kamu akan merasa saatnya menukik tajam naik ke puncak dan ada pula saatnya turun lalu semua berlalu hambar dan kembali naik lagi. Bukannya begitu kehidupan? Naik turun, dinamis. Menyenangkan bukan? Tentu. Jika hidpumu layaknya grafik statis betapa membosankannya.

Well, ternyata aku keasikan dengan kegiatan ini itu dan aku melupakan kewajibanku. Dan saat itulah aku merasa perlu jeda sejenak.  Skripsi yang sempat terbengkalai. Akhirnya aku pun memutuskan untuk rehat dari komunitas sejenak dan fokus untuk mengerjakan kewajiban. Yeah, aku harus segera menyelesaikan tanggung jawabku sebagai mahasiswa. Beberapa minggu rehat dan saat ketok palu dinyatakan lulus, aku pun kembali ke komunitas ini.

Sah-sah saja kalo mau aktif dengan kegiatan komunitas. Tapi, kudu pinter-pinter bagi waktu. Jangan lupain tanggung jawab yang lain. Berorganisasi juga penting buat mengukur kemampuanmu. Dengan bergabung dengan suatu organisasi/komunitas kamu bakalan tau apakah kemampuanmu yang kamu anggap cukup itu memang sudah cukup atau bahkan sangat kurang. Ingat, ada langit diatas langit. Dilain sisi, dengan berorganisasi aku bener-bener belajar bergaul dengan lingkungan yang lebih luas. Karn aku baru sadar, lingkungan yang selama ini aku jalani sangat sempit.

Buat kalian yang baca tulisan ini, kalo kalian masih jadi mahasiswa, betapa beruntungnya kalian. Kalian masih punya waktu lebih untuk merancang segalanya. Kalian masih bisa untuk belajar mencoba banyak hal. Kalo bisa ikuti setiap organisasi/komunitas yang bakalan meningkatkan skill kalian. Buat bekal kalo nanti kalian sudah lulus. Hehe.

Baiklaaahhh sekian dulu ceritanyaaa.
Graciaas!



Assalamualaikum wr. wb,
INDONESIA MENDONGENG kembali hadir untuk kali ke-5, nih.

Apa sih Indonesia Mendongeng itu? 

Program Indonesia Mendongeng merupakan program tahunan Relawan Nusantara yang bekerjasama dengan Taman Pendidikan Alquran (TPA/TPQ) di Indonesia. Kegiatan ini merupakan silaturahmi akbar santri TPA/TPQ se-nusantara. Kali ini Indonesia Mendongeng memeriahkan liburan akhir tahun santriawan/santriwati dengan tema "Santri TPA/TPQ Cinta Negeri".

Program ini diadakan untuk meningkatkan ukhuwah islamiyah santriawan/santriwati beserta ustadz/ustadzah TPQ/TPA seluruh Indonesia. Selain itu, acara ini diharapkan mampu meningkatkan semangat dan mengembangkan karakter islami anak-anak. Acara ini akan dilaksanakan pada tanggal 25 Desember 2017 secara serentak di 25 kota di Indonesia. Salah satunya adalah di Surabaya. 

Nah, bagaimana? Acara ini pastinya seru dan sangat bermanfaat untuk adik-adik TPA/TPQ di seluruh Indonesia.

Mari membantu menyukseskan program Indonesia Mendongeng 5 dengan mengunjungi laman dibawah ini 👇👇

https://sharinghappiness.org/IndonesiaMendongeng

Melalui laman ini anda bisa ikut berdonasi untuk santriwan-santriwati di seluruh negeri.

Selain itu, donasi bisa langsung diserahkan ke kantor Rumah Zakat Surabaya yang beralamat di Jl. Manyar No. 53 Surabaya (seberang timur jalan Kebun Bibit Bratang) dengan menyebutkan untuk IM #5

Berapapun donasi Sahabat semua, sangat berguna demi generasi cerdas, hebat, dan berkarakter islami.

Terima kasih...
Salam semangat...!
Wassalamualaikum wr. wb

#IndonesiaMendongeng5
#SantriTPQCintaNegeri
#RelawanNusantara
#RelawanNusantaraSurabaya
#LKGTPQ
#AkhirTahunPenuhManfaat


Nggak tau lagi mau nulis apa sebenernya, pokoknya pengen ajaa nulis gitu. Padahal banyak topick di draft yang belum diselesaiin ehe.

Jadi tadi suasananya lagi hujan mantjah. Lagi musim hujan memang dan hampir tiap sore Surabaya hujan. Cuma kemaren doang sore-sore nggak ujan cuy. Aku lagi baca buku punya bang Haqi Achmad judulnya “My Life as Film Director”. Pas baca bagian ujian masuk universitas tiba tiba terlintas pertanyaan jahil, gimana kalo misalnya masuk univeritas nggak harus pake tes? Pokoknya itu jurusan yang dia minati ya boleh masuk. Kira-kira gimana ya? Siapa tau orang-orang yang tersesat bisa lebih mudah menemukan jati dirinya. Hahahaha jelas banget bertentangan sama maunya pak Jokowi yang wacananya mau memperketat ujian masuk univ dan juga membatasi kapasitas mahasiswa yang disediakan. Ini pikiran super duper iseng jadi nggak usah dipikirin guys hehe. Btw soal Pak Jokowi, aku dukung baget tuh. Karena dengan begitu dosen yang ngajar akan maksimal dengan jumlah mahasiswa yang cukup daripada berlebih. Dan dengan begitu pula suasana kelas bakalan lebih kondusif. Semangat Pak Jokowi!


Buku ini bercerita tentang perjalanan keempat sutradara. Di buku ini ada 4 nama orang keren yang dibahas yaitu, Hanung Bramantyo, Sammaria Simanjuntak, Joko Anwar, dan Ifa Isfansyah. Yang bikin menarik adalah ada nama perempuan diantara nama itu. Dan yang lebih bikin seneng lagi ternyata keempat sutradara keren itu nggak semuanya lulusan perfilman. Bang Joko Anwar misalnya yang lulusan Aerospace Engineer ITB dan Mbak Sammaria lulusan Teknik Arsitek ITB. Trus mereka kuliah ilmunya gimana dong ya? Sekedar tau doang gitu? Hidup ini luas dan penuh teka teki guys. Yang aku tangkep, kalo misalnya Mbak Sammaria nggak masuk jurusan Arsi ITB, mungkin dia nggak bakalan termotifasi dengan orang-orang perfilman hebat yang dia temui waktu pertukaran pelajar ke Jerman dan Amerika.  Atau kayak aku misalnya yang kalo nggak mausk jurusan sipil nggak bakalan..... haha apa hayoo (garing deh mer). Aku belum selesai bacanya sih jadi belum bisa cerita banyak. Iya baru pinjam tadi diperpusda soalnya (info nggak penting sih tapi yaudahlah). Nanti deh kalo udah kelar InsyaAllah aku review (kalo ingat ahaha).

Yaaa, begitulah sekiranya yang bisa saya ucapkan disesi cuap cuap nggak jelas kali ini ehhehehe. 
Key, Bye!





Dulu waktu masih sd kalo ditanya cita-cita pasti aku jawabnya ‘Pengen jadi guru!’. Soalnya bagiku guru itu manusia super keren banget. Bisa menguasai suatu materi penuh. Bayangin aja seorang diri bisa nyampein materi di kelas yang isinya bisa 20-50 murid lebih. Pernah iseng kepikiran nggak gimana caranya seorang guru bisa ngendaliin suasana kelas biar bisa jadi kondusif? Selain itu seorang guru juga pastinya ikhlas menyampaikan materi ke muridnya. Bisa jadi ladang pahala yang nggak akan putus alirannya (insyaAllah kalo yang diajarin bener).

Sedihnya kalo liat kids jaman now (anak anak jaman sekarang) mereka masih belom jelas kedepannya mau jadi apa dan gimaana caranya. Kalo aku ajukan pertanyaan simple ‘cita-citamu mau jadi apa?’ ke anak sd dan mereka masih nggak tau mungkin masih sedikit maklum ya. Walaupun sebenarnya justru mengenaskan kalo anak kecil justru nggak tau cita-cita mereka apa nanti kalo gede. Karna harusnya anak kecil yang polos pasti tau betul apa yang dia mau tanpa berpikir banyak faktor. Apapun cita-cita mereka. Jadi superhero misalnya. Nah kalo pertanyaan yang sama aku ajukan ke anak sma yang bentar lagi bakaalan masuk kuliah itu pasti jadi tanda tanya besar. Kok bisa anak sma yang notabenenya udah semestinya tau tujuan hidupnya dan jelas-jelas dia pastinya sudah mencoba banyak hal eh malah nggak tau mau jadi apa. Dan kadang aku berpikir kalo cita-cita mereka bisa jadi terkontaminasi oleh kenyataan. Dari banyak aspek tentunya.

Dan jawaban nggak tau mereka bisa berarti 2 hal. Dia ragu bisa mencapai cita-cita yang sesungguhnya ia inginkan atau dia memang tidak tau akan ingin menjadi apa kelak dikarenakan kurang mencoba dan mendalami suatu hal. Ironis memang. Karena waktu terus berjalan dan mereka tak kunjung menentukan. Yang ada moto mereka adalah “Yaudah jalanin aja”. Harusnya memang ada peran orang tua yang membimbing dan mengarahkan bakat sang anak. In this case, aku menemui beberapa anak yang kesulitan dengan menentukan cita cita lantas berkonsultasi dengan orang tua mereka. Dan kalian tahu orang tua mereka bilang apa? “Yaudah kamu jalanin aja sekolahnya dulu. Lulus sd/smp/sma dulu baru nanti dipikir lagi. Santai aja”. Nah lho? Kalo nggak direncanain dari awal jauh-jauh waktu, aku rasa itu bakaalan mepet banget dan bisa jadi si anak gupuh asal ambil jurusan buat nanti kuliah.

Sebenernya ini juga hasil dari interviewku ke beberapa anak yang aku lesin.

            Me                   : “Kalian mau jadi apa nanti kalo udah gede?”
            Wirdhan          : “Prorgammer , Mbak! Aku mau bikin game yang seru”
            Rendra            : “Kalo aku mau jadi Youtubers mbak kayak Bayu skak!”
            Disky                : “Aku pengen jadi pelukis, Mbak!”


Mereka antusias banget waktu jawab. Aku jadi ikutan seneng mereka tau betul mau jadi apa. Haha lucu memang. Anak sd jaman sekarang udah kenal youtube. Coba jamanku sd dulu, boro-boro pegang hp. Dan uniknya mereka tau betul nanti apa yang mau mereka lakukan dengan cita-cita tersebut. Misalnya si Wirdhan yang mau jadi prorgammer dia pengen bisa bikin game yang seru sesuka hatinya.

Lantas pertanyaan yang sama aku tanyakan ke muridku yang smp kelas 9.
            Me                   : “Btw rek, cita-cita kalian apa?”
            Naufal             : “Programmer mbak”
Iqbal                : “Haduh mbak nggak taulah. Pokoknya kerja yang santai tapi punya uang banyak”
            Dimas              : “Nggak tau mbak liat nanti”
            Rohman           : “Apa ya mbak enaknya”
            Awi                  : “Nggak tau mbak”

Dari 5 orang yang bisa jawab pasti Cuma 1 orang. Dan mereka jawabnya lesu banget. Yang 1 jawab mau jadi programmer dan yang 4 nggak tau mau jadi apa yang penting kerja yang santai dan dapet uang banyak. Nah lho gimana tuh? Padahal mereka udah kelas 3 smp. Baiklah pertanyaan lain aku ajukan. Mau masuk sma mana? Empat anak yang nggak tau mau jadi apa tadi juga nggak bisa jawab. Katanya, “Liat nantilah mbak dapet danem berapa”. Aku pun geleng-geleng aja. Anak yang jawab mau jadi programmer jawab mau masuk sma 2 surabaya. Nah ini baru oke. Tujuannya sudah jelas.

Bukan Cuma anak smp yang masih belum tau tujuan mereka. Waktu aku tanya ke muridku yang sma kelas 11 juga sama.

            Me                   : “Eh cita-citamu mau jadi apa, Nggi?”
            Anggi               : “Hehe nggak tau mbak masih bingung”
            Me                   : “Trus kamu nanti mau kuliah jurusan apa?”
            Anggie                         : “Nggak tau juga mbak hehe”
            Me                   : “Pernah konsultasi sama mama atau papa nggak?”
Anggi               : “Sering mbka tapi katanya ayah sama ibu, wes liat aja nanti sambil dijalani”
            Me                   : “.......”

Aku yang nanya malah jadi ikutan bingung dan ikutan sedih.
Berhubung sudah selesai ujian akhir semester (uas) dan bentar lagi liburan, semoga aja mereka semua segera daoet hidayah mau gimana kedepannya. Mari kita doakan untuk kids jaman now, alfatihah.


Kebanyakan dari kita kalo diajak jalan-jalan pasti seneng banget. Tapi tau nggak sih kalo travelling itu bukan sekedar seneng-seneng liat-liat pemandangan alam yang belom pernah kita liat. Atau jalan-jalan ke tempat-tempat yang kekinian biar dianggep gaul. Trus segampang itu menyandang gelar taveller?

Kalo bagiku pribadi, jalan-jalan itu ajang refleksi diiri. Dimana kita keluar dari zona nyaman kita dan ketemu banyak hal baru dan orang baru. Dari orang-orang baru itu kita bisa belajar bagaimana berkominikasi dengan orang yang berbeda dengan lingkungan sosial kita sehari-hari. Belajar dari pengalaman mereka mengenai banyak hal. Belajar bagaimana lebih memaknai hidup. Mengahrgai orang lain yang belum pernah kita kenal sebelumnya. Atau bahkan bisa jadi pada saat yang lalu kita pernah merendahkan hidup seseorang. Dan terlebih selain itu semua yang terpenting adalah belajar mendekatkan diri dengan Sang Pencipta dengan bersyukur atas kehidupan yang kita miliki.

Semakin jauh seseorang melangkahkan kakinya, seharunya orang tersebut semakin kaya akan ilmu kehidupan. Karna dia telah melihat banyak hal yang orang lain belum tentu bisa melihatnya. Karna toh buat apa kamu jalan-jalan jauh-jauh kalo yang kamu dapet Cuma pose foto bejibun dan Cuma sekedar capek? Travelling itu bukan soal pose didepan pemandangan alam yang epic. Bukan juga sekedar dapet barang oleh-oleh khas daerah tersebut. Melainkan membawa adat dan istiadat daerah tersebut dan juga mengaplikasikan kebaikan yang ada didalamnya kepada lingkungan sehari-hari kita.



Beberapa kali aku sering denger temen bilang ,”Orang yang terlalu sensitif itu mainnya kurang jauh”. Lantas orang yang mainnya jauh dianggep orang yang kebal akan guyonan yang sifatnya menghina.  Menurutku moto ini salah banget. Karena bagiku, semakin jauh seseorang berkelana dia akan lebih mengenal banyak sifat manusia yang beragam. Nah, dari pengetahuan yang beragam itu dia akan paham mengkondisikan diri untuk bersikap kepada orang lain. Atau bisa dibilang orang tersebut akan lebih peka atau sensitif. Sedangkan orang-orang yang berpendapat seperti moto diatas, kemungkinan besar dia adalah orang yang ingin diterima dengan keadaan diri sebagaimana adanya. Bisa jadi dia berpikir kalo ‘Ya aku memang seperti ini orangnya’. Padahal yang semestinya adalah seseorang itu berubah untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Bukan sebaliknya, lingkungan yang harus berubah mengikuti kebiasaan tingkah lakunya.

Yaaaa ini sih menurutku aja. Tiap orang toh tetep punya pandangan yang beda-beda J
Newer Posts
Older Posts

Follow by Email

1Minggu1Cerita

1minggu1cerita

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan

LET’S BE FRIENDS

Blog archive

  • ►  2021 (21)
    • ►  April (3)
    • ►  February (4)
    • ►  January (14)
  • ►  2020 (53)
    • ►  December (17)
    • ►  November (10)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (7)
    • ►  April (2)
    • ►  March (3)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2019 (20)
    • ►  October (2)
    • ►  September (5)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2018 (63)
    • ►  December (1)
    • ►  November (12)
    • ►  October (5)
    • ►  September (4)
    • ►  August (1)
    • ►  July (3)
    • ►  June (8)
    • ►  May (4)
    • ►  April (6)
    • ►  March (7)
    • ►  February (8)
    • ►  January (4)
  • ▼  2017 (15)
    • ▼  December (6)
      • Serba-Serbi Memory 2017 (Part 2)
      • Serba-Serbi Memory 2017
      • Indonesia mendongeng 5
      • Cuap-Cuap Sore
      • Kids Jaman Now
      • Travelling Bukan Sekedar Jalan-Jalan
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  August (1)
    • ►  June (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2016 (6)
    • ►  October (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2015 (22)
    • ►  November (3)
    • ►  October (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (6)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)

SUBSCRIBE NEWLETTER

recent posts

Created with by BeautyTemplates | Distributed by blogger templates