• Home
  • Travel
  • Review
    • Film
    • Book
  • Jurnal
    • Event
    • My Space
  • About

                        D e a     M e r i n a

“Don't be pushed around by the fears in your mind. Be led by the dreams in your heart.” ― Roy T. Bennett, The Light in the Heart

Powered by Blogger.

Kamu kok jadi orang serakah banget sih

Aku pernah mendengar kata-kata ini dari seorang teman. Saat itu aku bercerita dengannya mengenai keinginanku untuk bergabung dengan sebuah komunitas. Sebelumnya aku sudah tergabung dalam sebuah komunitas yang berbeda. Fotografi. Kali ini aku ingin sekali bergabung dengan komunitas relawan. Dan berencana untuk bergabung dengan beberapa komunitas bidang lainnya. Saat itulah temanku spontan berkata demikian.

Serakah? Hehe, iya. Anggap saja aku begitu. Memang begitu adanya. Asal serakah ilmu itu termasuk dalan konteks yang positif. Bukannya mencari ilmu itu juga termasuk ibadah? Menjadi salah satu bagian dari komunitas atau organisasi juga menurutku salah satu cara mencari ilmu. Kamu bakalan bisa ketemu banyak orang yang beragam. Latar belakang berbeda, pendidikan berbeda, pengalaman dan usia yang beragam. Dari merekalah kamu bisa belajar banyak hal. Mengenai hidup terutama. Tak jarang tips and trick untuk mengakali sebuah masalah pun sering didapatkan dari petuah meereka.  Hal inilah yang membuatku candu untuk bergabung dengan beberapa komunitas. Lagi. Dan lagi.

Serakah? Hehe, iya. Anggap saja aku begitu. Dengan bergabung dengan komunitas aku bisa mempunyai teman baru. Berkenalan dengan mereka yang beragam. Bertukar cerita dan pikiran. Membangun sebuah hubungan yang insyaAlllah akan selalu memiliki hikmah tersendiri. Siapa yang tau, salah satu dari mereka adalah perantara Allah dalam menyampaikan petunjuk-Nya. Siapa yang tau, suatu saat nanti aku dan mereka saling dapat membantu satu sama lain. Cuma Allah yang tau. Tugas kita mah berkelana mencari, masalah cocok nggak cocoknya biar Allah yang atur.

Jadi, bolehkan serakah? :)



Banyak yang bilang kita harus selalu menjadi gelas kosong. Supaya mudah saat diisi ilmu. Dimanapun, dengan siapapun. Jangan memandang jabatan, ras, usia, atau apapun itu. Aku setuju dengan hal itu. karena dengan begitu kita bisa tau suatu hal dari beberapa versi. Karena toh kalo kita tanya ke seseorang mengenai suatu hal, jawaban mereka pasti beda-beda. Walaupun ada juga yang punya perspektif sama, cumaa ada beberapa variasi. Kan beda kepala beda isi hehe. Apalagi pengalaman tiap orang kan beda-beda.

Jadi orang yang dalaam proses belajar itu bisa dibilang orang yang belajar sok. Sok nggak tahu apa-apa. Dalam segala hal. Dia akan banyak bertanya macam-macam. Mulai dari pertanyaan yang sangat sederhana atau umum hingga pertanyaan yang tak bisa dijelaskan oleh pakarnya. Bak bayi lahir yang masih polos ya hehe. Kayak kemaren aku ditanyain sama anak didikku begini,

                “Mbak, katanya manusia itu tercipta dari tanah. Tapi kalo dicubit kok nggak hancur?”

Dia nanya dengan wajah yang sangat amat innocent dan berharap akan jawaban yang bisa diterima. Okay back to topic.

Diremehkan teman, atasan, bawahan, jilbab (lho?) dll atas pertanyaan yang mereka anggap itu pertanyaan yang sangat amat bodoh. Wajar sih. Namanya juga orang nanya kan nggak tau apa-apa. Menjadi bodoh untuk menjadi pintar. Nggak jarang juga dapet kata-kata nggak enak. Kamu di sekolah ngapain aja? Umurmu berapa kok nggak tau ini itu? Kamu ngapain aja sih? Atau bahkan yang lebih parahnya sampe ngatain, Astaga bego banget sih gini aja nggak tau! Nah lho jahat banget yak ada orang nanya aja sampe dikatain kayak gitu. Semoga aja kalian nggak termasuksalah satu dari orang-orang tersbeut ya. Aamiin. Kalo doi tau kan nggak bakalan tanya juga yakan hehe. Mungkin orang yang ngatain itu alhamdulillah waktu lahir langsung jenius. Bisa nulis dan ngomong. Padahal seharusnya dia pun berkaca. Dulu, sebelum dia tau ini itu pun awalnya nggak tau sama sekali yakan?

Menjadi orang yang sok nggak tau apa-apa itu jauh lebih baik bagiku daripada menjadi orang yang sok tau banyak hal. Karena orang yang sok tau banyak hal akan selalu berusaha menjawab pertanyaa-pertanyaan yang diajukan orang lain. Pun ketika ia tak tahu menahu akan suatu hal. Ia akan berusaha mengarang alasan yang dipaksakan agar tetap dianggap tahu segalanya. Nggak apa-apa diremehin. Belajar itu butuh waktu kan? Hehe.

Dan lagi, orang yang berumur lebih banyak juga tidak selalu tahu segala hal daripada yang berumur sedikit. Karena, kembali lagi. Tiap orang melewati jalan yang berbeda-beda. Pengalaman berbeda. Cara berfikir berbeda. Lingkungan pun juga berbeda. Jadi, jangan selalu berpikir bahwa orang yang lebih tua usianya darimu itu mereka yang tahu lebih banyak hal dari kamu.

Jadi, yuuk belajar sok :)

Baru saja aku menginjakkan kaki di gedung favoritku. Aku rasa, baru pula bercengkerama dengan seorang teman. Teman lama? Ah tidak. Kami hanya terpisah ruang dan waktu beberapa bulan terakhir. Bertemu dengannya malam ini membuat aku yang sejatinya rindu akan obrolan nostalgia begitu bersemangat. Hingga lupa apa tujuanku kemari beberapa jam lalu. Mengerjakan modul pun kembali tertunda. Tak apa. Toh, jauh lebih berharga pertemuan singkat kami. Yang entah kapan bisa terulang kembali. Karna yang kutahu, moment itu sangat terasa berharga saat hanya terjadi satu kali.

Percapakan dimulai seperti percakapan pada umumnya. Apa kabar? Saling bertanya kabar dan bertukar cerita kegiatan masing-masing. Dia dengan kesibukan barunya dan aku dengan kesibukanku. Masing-masing memiliki kisahnya yang menarik untuk dibagi. Mendeskripsikan bagaimana hidup kami sekarang. Perbincangan lumrah pun mengalir begitu mudahnya. Mulai dari kesibukan sehari-hari hingga menjerumus ke hal yang lebih dalam. Mengenai rasa dan asa. Masing-masing pula mempunyai rencananya sendiri-sendiri. Rencana indah beberapa tahun kedepan terlontarkan begitu optimis. Bersemangat untuk menggapainya. Maklum, baru menjajaki dunia baru. Yang sudah terlambat, bagiku sih tetapi tidak baginya. Saling mendoakan dan mengamini. Berharap suatu saat nanti apa yang terucap akan terjadi. Melihat teman menjalani hidup yang diinginkannya bukannya hal yang membahagiakan? Begitupula dengan kehidupan sendiri. Tak terasa pembahasan pun mulai mengarah pada hal-hal yang bersifat kedewasaan. Kapan menikah? Nah lho? Pertanyaan yang kerap mampir ke telingaku. Yang hanya mampu aku jawab dengan senyuman dan memohon doa. Begitupula dengannya. Diusia kami, memang banyak yang memutuskan untuk menikah muda. Tidakkah mereka berpikir efeknya kepada kami yang baru melihat dunia? Haha tidak, aku tidak marah. Toh setiap manusia mempunyai rencana dan takdir berbeda-beda. Manusia boleh berencana, tetapi hanya Allah yang mampu menggariskan.

Hingga tak terasa malam ternyata sudah semakin larut. Dua jam yang sangat singkat untuk saling bertukar cerita tetapi cukup menyenangkan. Aku mengeluh kepada langit malam. Mengapa waktu begitu cepat berlalu?



Ceritanya nih tadi habis dari koridor gitu yakan menghabiskan sisa malam yang nggak jelas. Sesampainya disana, nyantol wifi, langsung deh capcus buat nyelesaiin beberapa hal yang tertunda. Buka ini, buka itu. new tabs, new tabs. Sampe tiba-tiba hpku bunyi tanda ada chat masuk. Waktu kubuka, ternyata dari mama. Gini bunyinya.

                “Mbak, kok belum pulang? Dimana?”

Seketika aku langsung liat jam. Jedieng! Jam 10! Astagaaa aku sampe lupa waktu gegara keasikan ini itu. akhirnya aku pun buru-buru buat nyelesain semua yang aku kerjain. Dan menundanya (lagi) jika dirasa tak sempat. Eeehh, pas mau matiin laptop kebuka web yang menarik. Yaudah deh tanggung selesaiin dulu. Beberapa menit kemudian ketemu temen yang mau balik. Ngobrol deh bentar. Sampe aku liat jam udah jam setengah 11. What! Akhirnya setelah temenku pulang aku matiin laptop dan nunggu bentar. Saran dari pak tukang servis laptop, katanya kalo laptop habis dimatiin jangan langsung ditutup. Apalagi kalo panas. Nanti lcdnya rusak. Dan banyak lagi yang bisa menimbulakn kerusakan. Nah berhubung laptopku adalah laptop jaman old, akhirnya aku pun nunggu laptopku dingin bentar trus langsung cus pulang. Jam 11 lebih otw pulang.

Selama perjalanan pulang, aku baru ngeh kalo tampilan jalan tunjungan jadi beda. Makin cantik. Disisi kanan kirinya ada lampu-lampu gitu. Kayaknya aku udah kelamaan ndekem dirumah haha. Selain itu, aku menemukan keajaiban yang lainnya. Jalanan sepi! Haha. Iya, ini bisa dibilang keajaiban harian. Karna kamu nggak akan nemuin jalanan sepi di jam 6 pagi sampe 7 malam. Terlebih dihari biasa seperti ini. Seketika, waktu aku liat jalanan sepi aku pun berakrobat. 80km/jam. Waw, kapan lagi yakan. Hehe maafkan aku. Beginilah adanya.

Sesampainya dirumah jam 12 kurang 15 menit. Aku menyempatkan diri untuk sekedar menenggok keatas. Langit malam ini cukup terang. Aku bisa melihat beberapa bintang menyapaku. Kalo para bintang itu bisa ngomong, kali aja mereka ngajakin aku ngobrol sekedar basa basi karena bagi mereka hari barulah dimulai. Kalo dipikir-pikir udah lama juga nggak menenggadah begini. Mungkin akunya yang terlalu larut dengan banyak hal hingga lupa dengan indahnya langit malam. Waktu yang selalu aku nikmati.

Setelah cukup puas, aku pun masuk rumah disambut mama yang bukain pintu.

                “Kamu itu darimana aja, Mbak, kok baru pulang?”

                “Cinderella habis dari pesta sosial ma”

                “Ha? Pesta sosial apa?”

                “Mama jam segini kok belum tidur sih? Yaampun mama. Ayo tidur sudah malam” pasang muka manis

                “Kalo mama tidur siapa yang bukain kamu pintu? Kamu itu malah senyum-senyum”

Masuk kamar. Rebahan. Ah, mama nggak pernah bener-bener bisa marah sama aku. Jam berapapun aku pulang. Yang penting aku pulang dengan selamat dan ngabarin. Kecuali kayak tadi aku bener-bener lupa waktu. hehe jangan ditiru ya. Hmm, kalo diingat-ingat kayaknya waktu emang cepet banget berlalu. Contohnya aja malam ini. Padahal tadi aku berangkat juga nggak malem-malem banget tapi bisa langsung habis gitu aja sisa malamku dengan berlaptop ria. Ada yang bilang kalo kita merasa waktu cepat berlalu, itu berarti kita menikmatinya sepenuh hati. Well, kalo untuk malam ini memang aku cukup menikmatinya. Tapi kalo aku bilang kayaknya baru kemaren aku lulus sma, eh sekrang udah lulus kuliah aja. Apa aku menikmati waktuku beberapa tahun terakhir?


Banyak yang bilang setiap orang pastilah memiliki titik nadirnya sendiri. Kali ini, aku hanya ingin berkisah mengenai titik nadir milikku.

Aku berterima kasih kepada mereka yang menjadi penonton setiaku kala tragedi itu menimpaku. Mengamatiku dari kejauhan tanpa mendekat sekalipun. Seakan aku layaknya bom yang dapat meledak sewaktu-waktu. Dan memang begitulah adanya. Meninggalkan akh terpuruk sendirian. Terima kasih atas pelajaran berharga yang kalian berikan kepadaku. Percayalah, tanpa sikap kalian terhadapku kala itu aku tak akan mampu berdiri tegak seperti ini. Percayalah tanpa kalian, nyatanya aku mampu bertahan. 

Ada yang mengatakan kepadaku. Wajar bersedih. Benar, memang wajar bersedih dan wajar pula mereka pergi. Karna sesungguhnya memang tak ada yang benar-benar dekat. Sejak awal mereka hanyalah pemanis cerita belaka. Bukan tokoh utama, atau pun tokoh pendamping utama. Sejatinya kita hidup sendiri di dunia ini. Mengapa sendiri? Karna hanya ada Allah yang pantas ada di hatimu. Ingatlah bahwasanya Allah cemburu dengan hati yang kau berikan kepada makhluk sesamamu. Tak ayal, Allah pun murka. Dan kemurkaan itulah yang mampu memporak porandakan hidupmu seketika. 

Cukup ingat Allah pernah cemburu dan kau merasa sakit kala itu. 


Aku hampir lupa, aku pernah memiliki impian. Sebuah mimpi sederhana yang selalu kupanjatlan sembari sembahyang. 

Aku lupa, aku pernah bahagia. Terrawa lepas dengan beberapa orang terdekat. Menggenggam dunia bersama. 

Aku lupa, aku tidak pernah menangis. Karna yang kutahu dan kurasa kala itu hanyalah bahagia. Mencintai dan dicintai. 

Aku lupa, aku tidak pernah marah. Karena rasanya wajar saat seseorang berbuat salah. Pun aku. 

Aku lupa, aku mudah sekali bersenandung. Seakan dumia memang tempat yang menyenangkan nan indah. 

Aku lupa, aku mudah tersenyum. Pun dengan orang asing yang mama larang. Karena itulah yang mengawali sebuah pertemanan. 

Dan aku lupa, sejak saat itu aku tlah mati rasa.


(Koridor-Surabaya, 29 maret 2018) 
Newer Posts
Older Posts

Follow by Email

1Minggu1Cerita

1minggu1cerita

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan

LET’S BE FRIENDS

Blog archive

  • ►  2021 (18)
    • ►  February (4)
    • ►  January (14)
  • ►  2020 (53)
    • ►  December (17)
    • ►  November (10)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (7)
    • ►  April (2)
    • ►  March (3)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2019 (20)
    • ►  October (2)
    • ►  September (5)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ▼  2018 (63)
    • ►  December (1)
    • ►  November (12)
    • ►  October (5)
    • ►  September (4)
    • ►  August (1)
    • ►  July (3)
    • ►  June (8)
    • ►  May (4)
    • ▼  April (6)
      • Serakah
      • Belajar Sok
      • Magisnya Malam
      • Lupa Waktu
      • Titik Nadir
      • Aku Lupa
    • ►  March (7)
    • ►  February (8)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (15)
    • ►  December (6)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  August (1)
    • ►  June (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2016 (6)
    • ►  October (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2015 (22)
    • ►  November (3)
    • ►  October (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (6)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)

SUBSCRIBE NEWLETTER

recent posts

Created with by BeautyTemplates | Distributed by blogger templates