Travel

FOLLOW US @ INSTAGRAM

Blogger Perempuan
Intellifluence Trusted Blogger

Banner Bloggercrony

Kusta, Terlambat Diobati Dapat Sebabkan Disabilitas?

6 comments

Teman-teman ada yang tahu penyakit kusta

Penyakit kulit yang sekilas nggak beda jauh dengan panu karena adanya bercak putih. Sejujurnya, saya nggak begitu paham dengan penyakit yang banyak dibilang orang ‘kutukan’ ini 👀 

Tahun lalu saat saya membagikan takjil di jalanan dengan kakak, saya memberikan ke salah seorang pejalan kaki. Waktu itu saya nggak begitu melihat jelas orangnya dari jauh,  langsung mengambil kotak makan di plastik dan memberikan ke Bapak tersebut begitu saja 👨🏼 


Baca juga: Memanjakan Mata di Kebun Teh Wonosari Lawang


Lalu, kakak saya mengingatkan untuk berhati-hati untuk tidak terlalu dekat. Karena sekujur tubuh bapak tersebut dipenuhi bercak putih dan bentol berwarna merah. Saya pun bertanya-tanya, itu penyakit apa ya? Apa bisa menular? 🤔



Rasa penasaran akhirnya membawa saya mengikuti salah satu talkshow yang diadakan oleh Kantor Berita Radio (KBR) dengan tema “Bahu Membahu untuk Indonesia Sehat dan Bebas Kusta”. Talkshow ini diisi 2 narasumber yaitu, Bapak Eman Suherman, SSos (Ketua TJSL PT. Dahana) dan dr. Febrina Sugianto (Junior Technical Advisor NLR Indonesia). Saya melihat flyer talkshow ini di komunitas blogger favorit saya, 1Minggu1Cerita hihi 💕 


Dari mengikuti obrolan ini, mata dan hati saya jadi tercerahkan sekaligus sedih. Ternyata penyakit ini termasuk salah satu penyakit yang serius karena dapat menyebabkan disabilitas hiks. Padahal, awalnya saya kira bakalan bisa sembuh semudah panu 😟


Mirisnya lagi adalah masih banyaaaak banget masyarakat yang memandang kusta sebelah mata. Seperti adanya label ‘penyakit kutukan’ yang membuat stigma di masyarakat dan membuat penderita menjadi malu untuk beraktifitas termasuk berobat ☹️ 


Okedeh, check this out! Semoga tulisan kali ini dapat membantu teman-teman mendapat ilham juga hehe~


Apa itu kusta?


Sumber: Alodokter

Kusta merupakan penyakit kulit yang disebabkan infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini menyerang saraf tepi, jaringan kulit, dan juga saluran pernapasan. 

Penyakit kusta bukan penyakit keturunan (genetik). Kusta ditularkan lewat kontak yang lama (20 jam per minggu) dengan penderita kusta yang belum berobat dan juga melalui percikan cairan (droplet). Bisa dibilang kusta termasuk penyakit kulit menular yang nggak mudah menular.


Kusta dapat dideteksi melalui gejala di kulit, yaitu bercak putih/kemerahan pada kulit seperti panu atau kurap. Bercak tersebut tidak ada rasa alias mati rasa dan tidak gatal. Bercak bisa muncul di seluruh tubuh, seperti di sekitar pelipis mata, badan, punggung, atau kaki. 


Baca juga: Fiksi - Pulang (Part 2-End)


Deteksi awal kusta sangat penting untuk menghindari disabilitas. Karena ternyata banyak sekali penderita yang baru datang ke puskesmas saat hampir mengalami disabilitas.  Kurangnya edukasi inilah yang membuat banyak penderita kusta terlambat ditangani. Padahal, mereka yang mengalami gejala awal dapat dicegah supaya nggak sampai mengalami disabilitas.


Kusta dapat dicegah dengan melakukan perilaku hidup bersih dan sehat sehingga stamina tubuh tetap terjaga. Tracing juga diperlukan untuk melakukan screening gejala awal supaya nggak terlambat ditangani.


Pengobatan kusta dapat dilakukan dengan minum obat kusta selama 6 hingga 12 bulan, dan tidak boleh putus selama minum obat. Pengobatan berlanjut bisa membuat penderita sembuh dari penyakit kusta.


Peran pemerintah dan masyarakat dalam mengurangi penyakit kusta


Sumber: Kemenkes

Pemerintah melalui kementerian kesehatan memiliki program pengendalian kusta. Di antaranya adalah pemberian obat pencegahan kusta, pelatihan deteksi dini untuk tenaga kesehatan dan masyarakat, kampanye, dan pelibatan tokoh masyarakat/agama untuk sosialisasi. 

Pengobatan kusta dapat dilakukan di puskesmas secara gratis. Hal ini merupakan langkah serius pemerintah dalam mengurangi jumlah penderita kusta di Indonesia. 


Menurut dr. Ferbina, selama pandemi penderita kusta menurun dari angka 300 menjadi 100. Hal ini bisa menjadi kabar baik dan buruk sekaligus. Kabar baiknya orang-orang menjadi jarang berinteraksi sehingga mengurangi penularan. Sedangkan kabar buruknya, angka ini bisa jadi karena adanya pembatasan gerak sehingga tracing penderita kurang bisa maksimal. 


"Penyakit kusta nggak akan bisa hilang dari Indonesia kalau nggak ada peran aktif dari berbagai pihak. Pemerintah, tenaga kesehatan, dan juga masyarakat" - dr. Febrina Sugianto


Dalam sektor perusahaan BUMN, Pak Eman selaku perwakilan dari PT. Dahana menyampaikan pihaknya juga telah menjalin kerja sama dengan puskesmas dan kader kesehatan di desa. 


Upaya pengobatan gratis juga telah dilakukan supaya masyarakat sekitar lebih peduli bukan hanya para penderita tapi juga orang terdekat penderita. Sosialisasi dan edukasi mengenai penyakit ini sangat penting dilakukan supaya masyarakat paham apa itu kusta, bagaimana gejalanya, dan apa yang harus dilakukan bila terinfeksi. 


Mengapa ada stigma di masyarakat kusta sebagai ‘kutukan’?


Sebagai penyakit menular yang sudah ada sejak dulu, masih ada masyarakat yang melabeli kusta dengan ‘penyakit kutukan’. Pemikiran ini muncul karena kurangnya sosialisasi mengenai apa itu kusta, bagaimana penyebarannya, bagaimana gejalanya, dan lain-lain. 


Stigma juga masih ada pada beberapa tenaga kesehatan. Hal ini menjadikan penderita enggan untuk melakukan pengobatan. Takut akan dinilai dan dipandang nggak menyenangkan di lingkungan masyarakat. 


Perlunya sosialisasi dan juga edukasi mengenai kusta selain dapat mengurangi jumlah penderita juga dapat membantu penyembuhan penderita lebih cepat. Kita juga perlu menyemangati penderita untuk tetap aktif beraktifitas dan nggak ragu untuk berobat. 


Wow….


Mengikuti talkshow ini membuat saya sadar kalau penyakit ini benar-benar serius. Saya nggak habis pikir bagaimana kalau masih banyak orang yang nggak paham lalu mengalami gejalanya. Apalagi gejalanya menyerupai penyakit panu 👀


Bisa saja mereka hanya sekadar mengoleskan obat panu dan membiarkannya sembuh sendiri. Seperti kebiasaan banyak masyarakat Indonesia yang selalu berkata, “Ntar juga sembuh sendiri.” 😅


Harapan saya, semoga semakin banyak orang yang paham dan peduli akan kesehatan diri. Begitu pula peran pemerintah dan tenaga terkait, semoga bisa saling bahu membahu untuk Indonesia sehat dan bebas kusta (plus penyakit lainnya) 🌻 


deamerina
Hai! Selamat datang di blog saya. Silahkan menyelami kegiatan yang saya lakuakn. Saya menulis berbagai macam hal seperti review film, buku, skincare, cerita jalan-jalan, dan penalaman pribadi.

Related Posts

6 comments

Wilingga.com said…
Serem banget ya penyakit itu
Citra Maharani said…
sosialisasi soal penyakit kusta ini emng penting bgt ya kak, spy masyarakat juga sadar dan menghilangkan stigma mereka kpd para penderitanya
deamerina said…
iyaa sedih banget waktu tahu ternyata masih ada stigma di masyarakat bahkan di nakes sendiri :(
semoga aja segera menyeluruh edukasinya jadi biar bisa segera di obati semua
mrhanafi said…
perlu makan suplimen herba untuk atasi masalah kusta
Ainun said…
pengetahuanku kurang mbak, dan kembali tercerahkan pas baca ini
aku dulu mikirnya kusta ya nama lain panu
dan aku nggak ngira kalau kusta juga bisa "berbahaya" ya

asalkan ada kerjasama dari pihak-pihak terkait, masyarakat yang mempunyai riwayat kusta pasti bisa sembuh ya
fanny_dcatqueen said…
Aku sempet bingung juga Ama penyakit ini mba. Krn bisa dibilang sosialisasinya kan ga ada yaaa. Taunya cuma kusta menular, dan bikin cacat. Gimana coba ga serem dengernya. Padahal sbnrnya ini bisa disembuhkan dan ga gampang menular.

Tapi ngeri juga pengobatannya lama yaaa. Malah aku baca kalo yg tipe basah bisa 18 bulan pengobatan setiap hari. Kuatir Ama ginjalnya langsung stiap hari minum obat .. dan mirip Ama penyakit TBC yg juga wajib minum obat tiap hari yaaa.