• Home
  • Travel
  • Review
    • Film
    • Book
  • Jurnal
    • Event
    • My Space
  • About

                        D e a     M e r i n a

“Don't be pushed around by the fears in your mind. Be led by the dreams in your heart.” ― Roy T. Bennett, The Light in the Heart

Powered by Blogger.
Foto bareng ibu-ibu Panti Werdha Hargo Dedali 

Bulan Ramadhan biasanya identik dengan banyak hal-hal baik. Para manusia yang notabenenya beragama islam berlomba-lomba untuk berbuat kebaikan, buka puasa bersama misalnya. Tetapi, hal ini tidak hanya dilakukan mayoritas kaum muslim, kaum nasrani dan agama lain pun melakukan hal yang sama/kebaikan yang sama untuk menghargai adat agama islam. Buka puasa bersama biasanya dilakukan dengan orang-orang yang kurang mampu secara ekonomi atau bisa juga yang membutuhkan kebersamaan kita. Anggap saja hal ini menyambung silahturahmi antar manusia yang sebelumnya tidak saling kenal. Dan yang lebih dari itu adalah, kita bisa belajar banyak hal dari mereka. Salah satunya, turut peduli pada keadaan sekitar, menumbuhkan rasa simpati dan empati. Seperti tujuan puasa pada dasarnya, yaitu ikut merasakan apa yang mereka rasakan, menahan rasa lapar saat tak mampu membeli makanan.

Seperti tahun lalu, kali ini aku dan teman-teman mengadakan buka puasa bersama (buber). Kalau tahun lalu kami mengadakannya di Panti Asuhan yang penghuni pantinya adalah anak-anak kecil yang berusia 4-15 tahun, kali ini kami mengadakan buber dengan ibu-ibu penghuni Panti Werdha Hargo Dedali. Di panti ini, penghuninya semuanya adalah ibu-ibu. Usia mereka berkisar antara 61-120 tahun. 
     
Panti Werdha Hargo Dedali ini berlokasi tepat di belakang Perpustakaan Daerah Jawa Timur (Perpusda Surabaya) dan berdekatan dengan pintu masuk Kampus Stiesia Surabaya. Waktu pertama kali aku survey kesana dengan temanku, Bayu, kesan pertama yang aku rasakan adalah tempatnya sungguh tenang. Tidak bising suara kendaraan bermotor dan juga tidak padat rumah-rumah. Bangunan panti berupa rumah yang lapang dengan ventilasi udara yang sangat memadai. Ruang resepsionis sangat lapang. Ruangan ini juga digunakan untuk tempatnya acara (seperti pada foto diatas). Panti ini dihuni sekitar 51 ibu-ibu lansia dan 20 pengurus remaja. Satu kamar dihuni oleh 3 ibu-ibu dengan ranjang terpisah. Lokasi kamar melingkar mengelilingi taman kecil yang berada tepat di belakang ruang utama (ruang acara). Disekeliling taman ada jalan setapak, dan jalan setapak itu dikelilingi pegangan untuk membantu ibu-ibu berjalan (sebagian dari mereka tidak mampu berjalan sendiri tanpa pegangan).

Sejujurnya, ini pertama kali kunjunganku (dan beberapa teman) ke panti werdha. Jadi kami sedikit canggung membawakan acara. Ternyata ibu-ibu ini suka sekali bernyanyi dan ada diantara mereka yang dapat menyanyikan lagu dalam bahasa asing, seperti mandarin. Untungnya ada teman yang membawa gitar jadi kita bisa bernyanyi bersama. Aku melihat ada seorang ibu-ibu yang menangis saat seorang teman mempersembahkan lagu yang berjudul Berita kepada Kawan yang dinyanyikan oleh penyanyi legendaris Indonesia, Ebiet. Hehe jelas ajalah ya si ibu nangis orang liriknya aja sedih begitu. Mungkin mereka ingat perjuangan mereka dahulu, ingat keluarga mereka.

Saat acara bercerita, kami meminta salah seorang ibu untuk menceritakan kisah mereka dahulu. Ada seorang ibu yang ingin sekali bercerita, tapi sayangnya mic yang disediakan tidak dapat menjangkau ibu tersebut. Ibu ini, kakinya sakit jadi sulit untuk berjalan ke depan tempat mic. Akhirnya digantikan oleh ibu-ibu yang lain. Mereka berasal dari berbagai macam background yang berbeda-beda. Ada yang dulunya seorang guru, bidan, bahkan pejuang kemerdekaan.

Seusai acara ditutup dengan kata terima kasih, ibu-ibu kembali ke kamarnya masing-masing. Aku memperhatikan mereka satu per satu berdiri. Beberapa ada yang susah untuk berdiri, dan untungnya ibu yang disebelah mereka mau membantu. Terlihat sekali mereka saling tolong menolong. Mungkin ini yang membuat mereka betah tinggal disini. Kemudian pandanganku berhenti kepada 3 orang ibu-ibu yang berusia 70 tahun. Aku menghampirinya dan bertanya. Ternyata beliau tidak dapat berdiri karena kakinya memang tidak dapat berjalan dengan baik. Beliau adalah ibu yang tadi ingin bercerita. Akhirnya aku dan seorang teman, Mas Rici, mengantarnya sampai ke kemar. Beliau berjalan perlahan dengan menyeret kaki. Miris sekali.

Beliau bercerita, kalau dulunya ia adalah seorang pejuang kemerdekaan. Ia turut andil menyaksikan secara langsung bagaimana proses perebutan kemerdekaan Indonesia. Aku sedikit penasaran mengapa beliau ada disini. Setelah bertanya, ternyata anaknya merasa kesulitan merawat ibunya. Kedua anaknya berkerja. Yang pertama di Sidoarjo dan yang satunya lagi di Malang. Keduanya sudah berkeluarga. Aku pun bertanya sekali lagi dengan sedikit hati-hati, apakah mereka masih sering mengunjungi beliau? Sang ibu menjawab, hanya anaknya yang di Sidoarjo yang secara rutin mengunjunginya. Yang di Malang sudah hampir tidak pernah datang. Hmm, sedih. 





         Disini aku belajar untuk lebih menghargai orangtua. Seorang ibu khususnya. Aku sedikit sedih melihat mereka, walaupun mereka mengatakan kalau mereka senang tinggal di panti karena banyak temannya (yang seumuran dan senasib). Ada diantara mereka yang tidak ingin merepotkan anaknya, maka dari itu dengan inisiatif sendiri mereka memutuskan untuk tinggal di panti. Ada juga yang karena tidak punya keluarga akhirnya dibawa tetangga untuk tinggal di panti. Dan, yang paling miris adalah ada anaknya yang memang dengan sengaja menitipkan ibunya untuk tinggal dipanti dengan alasan sibuk, mungkin.

Bagaimana bisa kamu menitipkan ibumu di tampat asing? Jauh dari jangkauanmu dalam waktu lama. Tanpa tahu kabarnya setiap hari. Beliau makan apa? Sedang apa?  Dengan range kunjungan seminggu sekali. Sebulan sekali. Beberapa bulan sekali. Atau bahkan kamu bisa lupa untuk mengunjunginya dengan alasan sibuk. Memangnya dulu saat kamu masih kecil ibumu pernah lupa untuk sekedar menemanimu? 
           
          











Cuaca Surabaaya kali ini adem anyem. Tumben-tumbenan nggak panas gitu. Alhamdulillah yaaa. Btw baru hari ini aku ngerasa bisa santai gitu dirumah. Seriusan deh. Kayak nggak kerasa kalo hari sabtu gitu biasanya. Soalnya ada aja yang harus dikerjain #lebay. Oh iya, berhubung ini malem Minggu dan aku juga nggak ada niatan buat keluar (bukan karna efek jomblo kok haha), jadi aku mau review novel yang baru aku baca aja.



Yep. Kali ini aku mau mereview novel "Dear, Nathan" karya Erisca Febriani. Novel ini bergenre fiction romance. Tapi, nggak melulu cinta-cintaan kok. Justru dia lebih ke niali persahabatan dan kekeluargaan. Ada 520 halaman yang terbagi menjadi 31 chapter. Novel ini termasuk novel baru, baru tahun lalu hehe. Dan ternyata, udah 3 kali cetakan lho. Cetakan pertama bulan Maret 2016. Pas banget kan setahun lalu. 

Semuanya berawal dari kepindahan Salma dari Bandung ke Jakarta. Dulu di Bandung, mayoritas teman salma adalah anak baik-baik alias pada alim semua. Beda 180 derajat dengan kenyataan yang dihadapinya di sekolah barunya ini. Di Jakarta, cewek yang teramat lugu ini bersekolah di SMA Garuda, salah satu SMA favorit di Jakarta. SMA Garuda ini bisa dibilang sekolah yang merubah kehidupan Salma, karena mayoritas siswanya adalah anak-anak yang sukanya cari ribut. Tawuran khas anak putih abu-abu. 

Pada suatu ketika, Salma datang terlambat ke sekolah. Dan itu hal yang tak pernah ia lakukan sebelumnya. Salma pun sangat ketakutan sekaligus bingung apa yang akan dia lakukan. Di situlah ia bertemu pertama kalinya dengan Nathan. Cowok yang paling petikilan di sekolah. Dari pertemuan itulah semuanya bermula, Kehidupan Salma yang adem anyem pun mulai berubah perlahan. 

Nathan sendiri tak mengira akan jatuh cinta pada Salma, Murid baru yang ternyata belum pernah pacaran. Nathan yang walaupun petikilan di sekolah tapi bisa luluh juga sama keluguan Salma. Nathan emang sosok badboy, tapi dia bukan playboy. Banyak cewek yang tergila-gila sama Nathan. Mulai dari kelas sepuluh-dua belas. Tapi, sayangnya Salma yang polos tak kunjung sadar hingga membuat Nathan mulai merasa jemu untuk mengejar. Dia berpikir terlalu memaksakan Salma. Hingga akhirnya Nathan memutuskan untuk menjaga jarak dengan Salma. 

“Dan seandainya pemilik hati kamu adalah saya, ke mana pun kamu pergi, hati itu pasti akan balik kepemilik sejati dan Tuhan punya seribu satu cara untuk mendekatkan kita lagi. Tapi kalau bukan milik saya? Tuhan juga punya banyak cara untuk nemuin kamu dengan yang lain." - Nathan 


Ternyata dibalik tingkah petikilan Nathan, banyak tersembunyi rahasia besar. Nathan memiliki masalah keluarga yang rumit. Pertikaian dengan Ayahnya, Ibunya yang desprate karena anaknya (kembaran Nathan, Daniel) meninggal, dan sahabatnya yang pergi. 

Aku suka banget sama novel ini daaaannn kagum sama Erisca yang bisa bikin aku jatuh cinta sama sosok Nathan. Aku sampe bayangin ada sosok Nathan di dunia nyata ehehe. Ceritanya dikemas renyah jadi bikin nagih baca tiap halamannya. Awalnya aku kira tokoh utamanya adalah Salma, tapi ternyata malah Nathan yang jadi sumber cerita. Nathan yang masih kelas sepuluh ini orang yang berprimsip dan sangat menghargai perempuan. Walaupun dia nakal, tap menurutku itu masih batasan wajar anak putih abu-abu. Justru bakalan garing banget kalo anak SMA kalem-kalem aja. 

Sebenernya dari cerita ini aku bisa ambil banyak hikmah. Kayak, kita nggak boleh asal menilai orang. Walaupun dia anak nakal sekalipun, kita kudu paham sebab dia bertingkah seperti itu, Karena aku rasa banyak faktor penyebabnya. Dan kita nggak bisa langsung mem-blok orang tersebut tanpa mengenal terlebih dahulu. Kalo dicerita ini kayak tokoh Nathan yang kelihatannya urakan tapi berprinsip dan apa adanya. Walaupun kaya juga nggak sombong. Ganteng juga nggak playboy. Nggak kayak Aldo si ketua osis yang kelihatannya cowok idealnya cewek-cewek sma (pinter, ramah, bijaksana, dll) tapi ternyata bisa melakukan hal nggak senonoh di ruang osis.  

Di novel ini ada karakter Dinda, senior Nathan anak kelas duabelas, yang tergila-gila sama dia. Dinda sampe bela-belain berkorban banyak supaya Nathan suka sama dia. Tapi hasilnya nihil. Dinda sangat amat desprate waktu tau Nathan jadian sama Salma. Ada kata-kata yang aku suka banget pas mereka ngomong di bar. Kondisinya sih si Dinda mabuk berat nggak mau pulang karena patah hati. 

“Kalo ada cowok yang jatuh cinta sama penampilan. Itu bukan cinta, itu nafsu. Lo tau anak remaja seumuran kita gini lagi masa-masanya darah muda, hormonnya lagi tinggi dan meledak-ledak. Dan lo cewek. Hargai diri lo sebagai cewek, lo perawatan, beli parfum, berusaha diet, semuanya buat gue? Kalau gitu lo salah.” Nathan berkata dengan nada ironis. “Cewek itu takdirnya dikejar, bukan mengejar. Lo sempurnain diri lo sebaik-baiknya. Perawatan sebagai tanda kalau lo sangat menghargai diri lo sendiri sebagai seorang cewek, bukan karena gue.”

Kata-kata ini bener banget. Pada dasarnya perempuan itu emang kudu bisa menghargai dirinya sendiri. Bukannya dia merawat diri untuk orang lain. Justru kita bisa melihat orang lain bisa menghargai sesamanya dari caranya menghargai dirinya sendiri. Karena kalo sama dirinya sendiri aja cuek, gimana mau peduli sama yang lain. Iya nggak sih?

Aku salut banget sama karakter Nathan. Yang walaupun anak nakal tapi dia nggak pilih-pilih. Bahkan bisa dibilang humble juga. Dia aja bisa temenan dan ramah sama penjual ketoprak (dia nggak malu lho makan dipinggir jalan padahal dia juga kaya). Yang kayak gini ini pantes dijadiin contoh (menurutku sih). Karena nggak banyak orang yang mau down to earth. Terlalu mengkotak-kotakkan kasta gitu. 

Di cerita ini kita juga bisa belajar bagaimana cara menghargai apa yang kita miliki. Nathan nyatanya hanya tinggal seorang diri dirumah ditemani oleh pembantunya. Kembarannya meninggal waktu mengikutinya tawuran dan itu membuat ibunya jadi nggak waras. Dengan kondisi seeperti ini, ayahnya memilih mengasingkan ibunya ke paviliun dengan seorang perawat saja. Dan ayahnya memutuskan untuk menikah lagi dan tinggal dirumah yang berbeda dengan Nathan. Tapi, pada akhirnya Nathan dan ayahnya sadar bahwa mereka hanya memiliki satu sama lain. Saling memaafkan merupakan kunci keharmonisan hingga mereka berdua daapat berkumpul kembali.

Overall novel ini recommended banget yaaa. Alurnya sih aku suka, yang bikin kurang pas itu tata bahasanya. Ada beberapa yang nggak cocok sih menurutku. Kayak cara ngobrol Nathan sama Salma 'saya-kamu' aneh aja gitu. Kenapa nggak 'aku-kamu' kan lebih cocok. Trus ada juga beberapa yang nggak nyambung kayak kebalik-balik bahasanya. Sayang aja, padahal ceritanya udah bagus dan karakternya juga kuat.

Baiklaaah sekian dulu. Karena sekarang lagi hujan dan aku mau menikmati suasana hujan eheehe.
Bye!

Halooooo!
Maaf ya udah lama nggak kasih kabar (?) ehehe maklum lagi sibuk. Iya lho seriusan aku sibuk nget. Sibuk jalan-jalan menjalani kehidupan yang tak kunjung tercerahkan #tsaaahhhh

Beberapa hari yang lalu aku ketemu sama seorang temen. Aku cerita tentang beberapa kegiatan yang aku lakuin. Tujuannya untuk mengisi waktu luang. Tapi, si doi langsung ngomen kalo aku katanya 'serakah'. Hmm, terus terang aja aku rada tersinggung. Well, aku juga nggak bisa nyalahin dia sih karna dia nggak paham apa yang aku rasain. Dan aku juga nggak bisa maksa seseorang untuk paham situasi dan kondisiku kan? Kalao semisal aku sudah cerita dan dia nggak terima, yaudah itu haknya. Yang penting kan aku sudah menjelaskan.

Jadi gini, sekarang posisiku adalah mahasiswa tingkat akhir di suatu univ swasta di Surabaya. Jurusan teknik. Di kampusku ini ada 2 kelas, pagi dan malam. Karena udah nggak ada matkul aku pun memutuskan untuk memilih kelas malam karena ingin bekerja di pagi harinya. Sebenernya ada sih tapi cuma 1 matkul, Lapangan Terbang. Daripada nganggur kan sambil nggarap skripsi juga, gitu pikirku. Lalu, aku ketrima kerja di sebuah tempat. Emang rada keluar jalur bidang kuliahku. Tapi yaudahlah aku jalanin aja. Toh itung-itung cari pengalaman. Karena aku mikir, kalo aku lulus kuliah ntar dan aku nggak ada pengalaman kerja sama sekali rasanya kok aneh. Dan pasti bakal susah banget kan buat mengawali. Gitu sih pendapatku.
Yaudah kan aku ketrima nih. Well, jujur aja aku rada kecewa sebenernya sama lingkungan kerjaku. Tapi, aku nggak bisa dong mundur gitu aja hanya karena ngeliat sitkonnya yang ngggak cocok sama mauku yakan. Akhirnya aku pun tetep maju. Sempet keinget kata-kata temen. Kudu cari nyamannya biar betah. Akhirnya aku pun mutusin buat belajar sedikit banyak. At least ada yang aku ambil pelajaranlah (jadi nggak buang bang waktu kan). Untungnya pimpinanku baik banget. Mau ngajarin aku step by step mulai dari hal yang simple sampe yang rumit.

Lalu, hari demi hari #eciyeee, aku pun ngerasain jenuh. 6/7 buat kerja rasanya capek banget. Sampe-sampe kalo hari sabtu minggu rasanya pengen dirumah aja karena pegel. Mungkin dikarenakan perjalanan yang rada jauh dan pulang kerja selalu stuck di kemacetan kota Surabaya tercinta. Aku pun mikir, kayaknya waktuku bakal abis nih buat kerja doang. Aku nggak mau dong masa mudaku terenggut hanya karena keharusan bekerja. Akhirnya aku pun memutuskan untuk kembali menggeluti hobbyku, photography. Aku cari-cari info lomba foto di instagram (follow ig aku ya @deamerina ehehe) dan semua info lomba yang aku tau, tak ikutin. Karena aku juga ngerasa kalo skill fotoku masih kurang. Jadi, mungkin dengan banyak ikut lomba aku lama lama makin ngerti.

Salah satu temenku ada yang ngeshare opreq-nya sebuah komunitas di Surabaya. Karena ada bidang yang aku niatin buat belajar ya aku coba ikutan aja. Lagian aku juga butuh temen yang sebidang buat nambah wawasan juga gitu eheh dan menambah relasi juga kan tentunya. Setelah aku pikir komunitas ini positif aku punikutan daftar dan finally aku ketrima. Alhamdulillah masuk divisi peliputan. Sebelum ikutan komunitas ini aku juga ikut organisasi sosial yang mengajar anak anak kecil daerah pesisir. Jadi sekarang aku punya 2 komunitas.

Nah, tibalah hari dimana aku ketemu temenku tersebut. Sebenernya dia salah satu orang yang aku percaya. Dan awalnya aku kira dia salah satu orang juga yang bisa ngertiin gimana kondisiku, perasaanku. Tapi ternyata aku salah, well sedikit kecewa memang denger dia bilang aku serakah.

'iya kamu kan serakah semua-muaya diikutin'

Bukan cuma kata-kata itu aja. Pernah juga suatu ketika, dia bilang kata kata yang bikin aku salah persepsi tentang dia yang aku kira ngertiin aku. Waktu aku ketrima kerja. Bukannya harusnya dia seneng? Karena aku kira dia tau sitkonku gimana. Bukannya harusnya dia bangga karna aku bisa membiayai hidupku senidir? Nggak lagi tergantung sama orang tua?

'iki lho wanita karir'
'rasain tuh kerja' 

It's up to you how judge me. Aku bakalan tetep ngelakuin apa yang aku anggep bener buat hidupku. Aku yang bertanggung jawab penuh atas apa yang aku lakukan. Senang ataupun sedih. Setiap orang punya prioritasnya dan sudut pandagnya sendiri sendiri. Ada yang salah?

Untuk kamu, 


     Tulisan ini aku tulis untuk kamu. Kamu yang aku tak tau berada dimana. Untuk kamu yang sangat jauh disana sehingga tak tau bagaimana keadaan berjalan. Untuk kamu yang pernah terselip dalam doa. 


     Pernah aku memberitahumu akan satu hal. Tidak. Banyak hal. Tentang aku, kamu, kita, dan dunia. Perlahan lahan aku menjelaskan arus. Bumi yang kita injak. Udara yang kita hirup. Bulan yang kita lihat. Aku berharap kamu tau akan rasa. Bukannya aku tak mau tau. Tapi, kamu yang membungkam mulutku untuk bertanya. Setidaknya apa kabar? Kamu yang merusak jembatan itu hingga aku tak dapat melintas. Dan kini, kamu menyalahkanku saat aku tak dapat melintas untuk bertegur sapa. Sedangkan kamu hanya mematung layaknya manekin. 
   

    Untuk kamu yang sedang bergumul dengan pikiranmu sendiri tanpa mau melihat sekitar. Jika seperti ini terus, siapalah yang akan berprasangka. Kamu tentunya akan bertanya tanya. Apa? Mengapa? Bagaimana? Tapi tentunya pertanyaan itu tak akan pernah tersampaikan. Ia hanya akan menggantung dilangit malam yang sepi. Dipagi buta yang sunyi nan dingin. 

     Untuk kamu yang selalu berdiam diri terkunci dalam kubus. Melewati cerita demi cerita, kejadian demi kejadian. Bebaskan mata dan telingamu kesemua arah mata angin. Bersualah dengan alam. Tidakkah kau sadari bahwa pintu itu mengangga lebar. Bahkan kubusmu tak pernah terkunci.


Lagi demen aja sama lagu iniiii ehehe. Lagunya adem gimana gitu (?) Hampir sejenis Endah and Rhesa gitu sih. Hampir lho ya nggak sama persis. Kalo mbak Endah lebih main ke instrumennya, kalo si MarcoMarche ini lebih ke suara penyanyinya yang kalem dipadu sama instrumennya yang......kalem juga.

MarcoMarche adalah salah satu band indie yang berasal dari Jakarta. Duo band ini dibentuk pada tahun 2013. Dan aku baru tau belakangan ini waktu buka youtube cari lagu 4.20. Eh, pada tau lagunya 4.20?? Ah, coba kalian cari di Youtube. Kan ngelantur lagi. Okay, back to topick! Nah, kedua orang ini ternyata adalah sepasang kekasih. Yang perempuan namanya Asterina dan yang laki-laki namanya Duta. Bukan Duta Sheila on 7 lho ya. Nama band ini sendiri diambil dari nama gitar kesayangan mereka Marco nama gitar si Duta dan Marche nama gitar si Asterine (sumber).

Ini lagu enak banget deh seriusan.
Nih, aku kasih liriknya biar kalian bisa sambil nyanyi

"SENJA DAN MENTARI"

Damaiku jika kau ada
Terpanah busur pada satu masa
Dan berdiri dalam racikan impian
Biarkan hasrat rengkuh kalbu berdua
Bagaikan uuuu senja dan mentari
Berdua uuuu  lukiskan pelangi
Inilah yang kita rangkaikan
Langkahkan jiwa yang berseri
Awalkan dunia baru dengan berani
Mengetuk pintu kokoh dari hati
Bagaikan uuuu senja dan mentari
Berdua uuuu  lukiskan pelangi
Kualirkan uuuu Dalam mimpi-mimpi
Bangkitkan nyata terdiam menepi
Bersandar pada puncak purnama
Disanalah kita berbagi cinta
Angin dingin akan hempaskan panah
Dalam cinta kita bersama




Ketika pagi datang

Semangat itupun hadir

Memenuhi hati yang gelap

Meneranginya

Syahdu pun sirna


Berganti terang

Cahaya memenuhi ruang

Hingga mata melihat jelas


Apa yang kau rasa? 
Ada beberapa orang yang akan tinggal. 

Dan beberapa lagi yang pergi begitu saja.

Hargailah mereka yang bersedia untuk tinggal. 

Karena tak mudah untuk bertahan. 





Holaaa!
Libur tlah tibaa... Libur tlah tibaa... Hatiku gembiraaaa.. (NP: Tasya-Libur tlah tiba)
Meheheh maklum yaa seneng nih akhirnya kelar uas dan liburan tlah datang.
Kali ini aku mau cerita pengalaman ngetripku tanggal 16-17 Januari 2016 kemarin dengan teman-teman baru (nggak juga ding) ke Pantai Bolu-Bolu Malang. Rasanya badanku sakit semua. Terutama tangan. Njarem kabeh :( Tapi seruuuu. Saya suka saya sukaa!



Kita berlima belas berangkat jam 00.30 WIB bagian sidoarjo. Iya, kali ini kita kumpul di Alun-Alun Sidoarjo. Aslinya sih kumpulnya di rumah si Angga tapi si mas Gepeng minta ketemu di alun-alun. Yaudin, kita yang udah kumpul di rumah si Angga berangkat ke alun-alun.
Tujuan kita kali ini ke Pantai Bolu-Bolu, Malang Selatan. Pantai Bolu-Bolu adalah sebuah pantai yang bersebrangan dengan Pantai Lenggoksono. Jadi, kalo semisal banyak orang yang nggak tau arah Pantai Bolu-Bolu, kalian tinggal sebutin Pantai Lenggoksono aja. Karena si Pantai Bolu-Bolu ini baru booming 2 tahun terakhir ini. Aku aja baru denger kemaren ini kok sebelum berangkat mehehe. Dari Pantai Lenggoksono kita tinggal nyebrang pake perahu.

Nah, seperti biasa kita berangkat naik motor demi fleksibelitas akomodasi mehehe. Beberapa anak udah pada hafal jalan ke malangnya makanya kita tancep gas pol. Sempet berhenti juga untuk melemaskan otot kaki yang kaku. Tapi bentar aja. Sekitaran jam 02.00 WIB kita sampai di Malang dan langsung lanjut ke arah Dampit. Nah, mulai dari sini kita pake GPS. Dikarenakan kita nggak paham arahnya. Mulai dari sebuah pertigaan kalo ke kanan ke arah sendang biru dan lurus aku lupa kemana mehehe itu kita mulai tersendat karena GPS mulai kehilangan kendali tenaga. Alias batre habis. Akhirnya kita pun pake GoMaps (sedikit ragu aslinya tapi mau gimana lagi). Akhirnya kita pun jalan lurus lagi dan dari sini jalanan mulai nggak enak. Berbatu bro sist. Dan bener aja feelingku, ternyata kita dilewatin ke gang-gang rumah warga. Jadi keinget pas ke Kelud nyasar sampe perkebunan orang ahahah. Okay, next!

Setelah 1,5 jam kemudian kita mulai menaiki gunung gtu lah. Dan sejujurnya aku udah ngantuk banget. Dan bahayanya aku sempet tertidur beberapa detik sampai akhirnya helmku kejedot sama helm temenku dan akhirnya aku tersentak tersadar! Serem. Untungnya aku nggak jatuh. Padahal aku ngerasa itu naik turunnya tapi dalam kondisi setengah sadar. Hiiii. Alhamdulillah masih terselamatkan sampai detik ini aku menulis.

Sekitar sejam lebih kita naik turun beriringan sampai jalan mulai nggak enak lagi. Yang tadinya beraspal ini berbatu besar besar nan tajam. Aku ngeri aja kalo sampe ban bocor gimana ceritanya masih pagi buta pula. Nggak ada paklik tambal ban. Kita pun jalan pelan-pelan asal selamat. Sampai akhirnya salah satu dari kita keinget buat beli minum untuk disana. Kita pada bingung deh akhirnya. Kita mutusin buat jalan kagi setekah yakin disana pasti ada yang jual minuman. Beberapa meter kemudian untungnya kita nemu toko kecil. Kita pun mutusin uat istirahat sejenak. Daaan betapa beruntungnya kita pas kita berhenti juga ada wlijo (orang jual bahan masakan pake motor) berhenti depan toko. Sekalian belanjalah kita buat masak ntar ahaha. Setelah sedikit terisi perut dan tenaga kita lanjut lagi. Sebenernya ini udah masuk sunrise. Beneran deh baguuus banget sunrise pas melewati gunung ini. Padahal ekspektasiku bakalan bisa liat sunrise di pantai. Tapii, ya mau gimana lagi balada tersesat dan tersendat jalanan yang nggak bisa kenceng.

Alhamdulillah setelah satu jam setengah lebih kita lewati jalanan berbatu ini kita pun ketemu aspal. Sampai salah satu temenku si Angga sujud di aspal. Sangking senengnya ketemu aspal haha. Kita behrhenti sejenak istirahat lagi. Soalnya seriusan itu medannya naikan mulu. Motor si Igit sama si Hari sampai mengepul. Jadi kalian kalo mau kesini kudu cek dulu motor kalian. Terutama kampas rem. Pokoknya service dulu lah sebelum kesini.Karena jalannya nggak wajar. Ekstrim banget. Berbatu bikin capek. Aku saranin kalo kesini kalian jangan pake matic. Takutnya nggak kuat pas naikan.

Lanjut lagiiii. Udah nggak sabar beneran deh ini sebenrnya. Tapi kok masih panjang banget ini jalanannya rasanya. Tiba-tiba aku lihat penampakan gunung di sebelah kiri.

Penampakan Gunung Semeru
Pas buka GoMaps ternyata itu Gunung Semeru! So close. Bagus banget pas liat kebawahnya, Deket ya ternyata (?) Karena jam udah nunjukin jam 7 pagi kita pun tancap gas lagi. Setelah 1 jam akhirnya kita pun tiba di Pantai Lenggoksono.

Pantai Lenggoksono, Malang
Taraaa! Sampailah kita, Fiuh~ lega banget seriusan sampai juga. Lemesin kaki dulu di musholla sini. Ada beberapa anak yang langsung cari makan karena kelaperan haha dan ada juga yang lebih memilih berbaring di mushola. Kalo aku sih kategori yang kedua. Secara ngantuk total. Setengah jam kemudian aku bangun dan lanjut main air bentar mehehe. Aslinya sih mau fot-foto gituu di batu-batu tapii ombaknya gede jadi gak berani. Setelah tenaga mulai terisi kita pun beres-beres lagi buat lanjut ke Pantai Bolu-Bolu.

Oh iya, jangan lupa ya bayar parkirnya 5000 permotor dan kalian kudu bilang pulangnya kapan. Biar tukang parkirnya enak kalo ngatur motor antara yang nginep sama nggak.

Buat nyebrang ke Pantai Bolu-Bolu kita kudu naik perahu. Karna kita berlima belas, kita carter perahu 2. Kita patungan 70.000 perorang. Dari Lenggoksono kita nggak langsung ke Bolu-Bolu, tapi ke Banyu Anjlok dulu. Banyu Anjlok adaalah air terjun yang kangsung ke bibir pantai. Air terjunnya nggak seberapa besar dan deres, tapi yaa baguslah. Lumayan. Dan disamping air terjunnya ini ada tangga yang bisa kalian naikin. Diatasnya kita bisa lompat kayak ke semcame kolam kecil gtu. Tapi, lumayan dalem, sekitaran 3m.

Banyu Anjlok

Tangga ke atas Banyu Anjlok

Dan lucunya waktu di Banyu Anjlok ini, temenku si Igit dia kan nggak bisa renang, nah dia main terjun aja ke kolam kecil 3m yang nyambung sama air terjun Banyu Anjloknya itu. Jelas dia tenggelam. Tapi untung anak-anak pada peka dan langsung nolongin :)) katanya sih dia udah biasa ditolongin anak-anak gitu. haha. Dan emang sengaja terjun! Ada aja ya. Udah tau nggak bisa renang masih aja.
Nah, disebelah kanan Banyu Anlok itu kayak ada semacem terowongan. Masuk aja nggak papa kok. Tapi nggak begitu dalem sih.



Puas main di Banyu Anjlok kita lanjut lagi ke Pantai Bolu-Bolu. Yup. Tempat kita ngecamp. Perjalanan perahunya bentar aja kok nggak sampai 30 menit. Dari Lenggoksono ke Banyu ANjlok tadi juga nggak lama.


Sampai di Bolu-Bolu kita langsung diriin tenda dan gelar terpal. Istirahat total. Rasanya kangen banget lihat pemandangan gini. Lautan gradasi biru, hijau. Bukit-bukit hijau. Pasir putih. Betah deh aku kalo disuruh nginep lama-lama. Bahkan tinggal disini pun relaaaa. Halah haha. Liat pemandangan gini sambil tiduran rasanya terhipnotis ketiduran beneran hehe sampai entah jam brapa.

 to be continue~
(Repost)
Jadi, ceritanya ini post-an aku yang dulu

Good evening folks!

Huweee Surabaya lagi sumuk (panas) banget akhir-akhir ini. Padahal ya hrusnya kan masuk musim hujan. Tapi, ya begitulah mataharinya egois nggak mau ngalah. Kampus pun berasa dikepung matahari. Udah nunggu dosen pembimbing, kelaperan, kehausan, di phpin pula. Sakit hati adek bang :' Lha gimana gak kecewa, wong kemaren si ibu dosen bilang "Ini tinggal benerin penulisannya sekali udah jilid" denger kabar berita begitu seneng dong kita. Kalo kata temenku "Pengen tak sayang si ibu ini". Tapi nyatanya? Masih aja dihiasi spidol merah laporan kita-kita. Hiks.

Selesai asistensi ke hima, eh malah digojlokin. Heran deh sama anak jaman sekarang. Kayaknya sesuatu yang berbau puitis itu dianggap g-a-l-a-u. Dan galau dikoneksikan dengan hal-hal berbau a-s-m-a-r-a. Lawan jenis. Satu pertanyaan besar. WHY? Kenapa sih? Kenapaaaa? Ke-na-pa? Guys please explain to me??

Singkat cerita aku habis ngepost foto di instagram. Fotonya sih biasa aja emang cuma aku suka sama tone warnanya. Waktu bingung mau kasih caption apa, eh sepupuku ngeline aku. Berbicara sesuatu yang bikin aku ga to the lau (diluar konteks percintaan tentunya). Otomatis aku masukin lah caption dari hati tersebut bersama fotoku yang emang baru aku ambil di atep kampus. 

Kata-katanya sih simple. Umum. Aku. Dan. Kamu. Bukannya 3 kata ini artinya luas? Bisa aja aku dan keluargaku (aku dan ayahku, aku dan ibuku, aku dan kakakku). Atau bisa juga yang dimaksud adalah aku dan temanku. Aku dan sahabatku. Aku dan tetangggaku. Aku dan Pak tukang bakso. Bisa kan? Tapi, kenapa selalu disangkut pautkan dengan seseorang yang bisa dibilang someone special. Paca*. Atau Manta*. Atau yaa apalah itu istilahnya untuk dia yang tersayang yang pernah mengisi hati ini. Helloooo, memangnya hidup ini cuma diisi sama 1 orang? Cowok cowok cowok mulu (buat cewek). Cewek cewek cewek mulu (buat cowok). Bosen dong. Monoton. Nggak asik.
Padahal galau kan luas. Toh kita punya kehidupan lain. Akademis (kampus, sekolah,dll). Skill (hobby foto kek, renang, musik, nulis, dll). Keluarga. Temen. Sahabat. Kayak, kenapa ya nilaiku jelek gini? Kenapa ya aku nggak bisa jago moto? Kenapa ya aku nggak bisa autocad? SAP? Atau kepribadian kita. Misalnya kenapa ya aku nggak bisa lebih baik lagi? Kenapa ya aku nggak bisa penuh nutup aurat? Kenapa ya aku nggak bisa ngomong sama orang?


Kenapa ya? 

Ya mungkin aja mereka emang lebih suka mengartikan hal-hal berbau romantisme kekasih. Mungkin mereka lebih senang membahas hal semaccam itu. Dan begitulah ternyata perspektif mereka. 

Trus? 

Ya nggak apa-apa sih terserah. Cumaaaaaa, belajarlah menyikapi sesuatu yang lebih bijak. Sudut pandang semacam itu sepertinya patut dirubah. Melihat kondisi anak muda (ya termasuk aku juga sih. Masih mudah kah mer?) yang hobby galau. 

Trus galau nggak boleh gitu?

Boleh! Jelas boleh banget. Dan justru kita perlu banget galau. Tapi, galau yang bermanfaat. Galau yang positif. 


Lha kok gitu? Apa pula galau bermanfaat?

Yaiyalah. Sama kayak kata bang Raditya Dika masanya manusia itu anak anak - remaja/abg - alay - galau - dewasa. Kalo nggak alay nggak dewasa. Kalo nggak galau nggak dewasa. Aku setuju banget (kalo yang alaynya nggak juga ding haha). 
Karena dengan galau pada akhirnya kita akan mikir. Kenapa ya aku kok gini? Kenapa ya aku kok gitu? Kenapa ya kok aku nggak gini aja? Kenapa ya aku kok nggak bisa gitu?
Bla bla bla. Setelah itu kita pasti galau merenung untuk mencari jawaban dari 'kenapa'. Bertama 5 hari 7 malam (lho ini gimana ya?) dikamar nggak makan nggak mandi. (mungkin lagi gak ada duit maklum anak kos dan air lagi kehabisan mulu dihabisin tetangga kamar buat ngepel genteng). Hingga tiba pada hari ke 6 dan malam ke 8 dapet pencerahan melalui sms operator. Jawabannya sih ada 2 macem. Berubah untuk mengganti pertanyaa kenapa dengan bagaimana. Atau 'yaudahlah'. Alias pasrah sama nasip. A.k.a takdir. Kalo udah begini ntar takdir disalah-salahin. Kesian betul lu Dir, Dir.
Nah.
Kenapa kamu bisa lebih baik dari aku? Kenapa kamu bisa lebih mandiri dari aku?
See? 

Jadi?

Jadiiiiii ya begitu...
Setelah balik, kita lanjut lagi ke tujuan berikutnya. Pantai Kedung Tumpang. Eits, nggak lupa kita mandi di masjid terdekat sekalian sholat. Brrr, rasanya seger banget akhirnya ketemu air haha. Tapi airnya dingin banget cyiin.

Lagi-lagi kami mengandalkan gomaps untuk ke tempat tujuan. Jangan lupa isi bensin kalian ya. Takutnya nggak cukup soalnya lumayan jauh juga dan diatas bukit nggak ada pom bensin (yaiyalah). Bismillah nggak nyasar.

Kita pun mulai memacu motor. Waktu kita mulai memasuki kawasan hutan, aku rada was-was. Liat gomaps jaraknya masih lumayan jauh. Kalo pulang malem-malem lewat hutan gini ngeri juga. Aku sempet diwarning juga sama temenku yang asli Tulungagung. Mana lagi musim begal membegal pula. Kalo begal hati sih nggak papa (eh?). Akhirnya aku pun doa aja dalam hati semoga cepet nyampe dan nggak malem baliknya Syukur-syukur kalo ada barengannya banyak. Lha ini jalanan sepi banget. Nggak ada pengendara lain juga. Aku pun mastiin lagi di gomaps berharap nggak nyasar. Tiba-tiba hpku no service. Lha! Asli aku panik. Akhirnya kita liat ibu-ibu penjual minuman di sisi jalan. Ini ibu nggak ngeri ya jualan sendirian ditengah hutan gini. Dan ternyata arah kita sudah bener. Melintaslah pick up. Ternyata ini kawasan penebangan pohon. Selang jalan beberapa kilo, jalanan sudah mulai nggak enak. Alhasil kita pun nggak bisa ngebut. Selain itu kanan kiri juga rumah warga.



Setelah sekitaran 2 jam kita pun akhirnya kita liat juga petunjuk jaalan menuju Pantai Kedung Tumpang. Asli seneng banget legaaaa! hehe. Karena perut udah keroncongan akhirnya kita pun mutusin buat makan terlebih dahulu. Mendekati jalanan kedung tumpang banyak yang jual makanan kok tenang aja. Setelah makan kita lanjut lagi. Ada belokan tulisan 'Pantai Kedung Tumpang' belok lah kita. Dan ternyata untuk mobil nggak bisa melewati batas ini. Jadi harus naik motor. Alhamdulilah kita terselamatkan hehe.

Mulai belokan ini, jalanan nggak lagi aspal, tapi makadam. Pelan-pelan ya preen nyetirnya. Kanan kiri pepohonan rindang. Seneng banget masih asri gini. Begitu beberapa ratus meter didepan ternyata mulai serem guys. Jalanan cuma cukup 2 motor, 2 arah. Dan kanan kiri nggak lagi pepohonan. Kita beneran deh diatas bukit.


Hati-hati ya kalo nyetir 
Begitulah penampakan jalanannya. Aku motonya aja takut-takut hehe. Dan jalanan ini nggak pendek. Jalananannya kayak gini terus sampe ditepi mau ke Kedung Tumpangnya. Kerasa lama bangeet nggak nyampe-nyampe. Hingga akhirnya beberapa menit kemudian sampelah kita diparkiran kedung tumpang.Alhamdulillah. Jangan lupa bayar 5000 per orang ya dan 2000 per motor. Ntar kalian dikasi tiket dan jangan sampe ilang. Itu ntar dibalikin lagi pas kalian keluar.

Setalah markir motor kita pun turun. Seger juga. Tapi mana pantai Kedung Tumpangnya? Ternyata kita kudu jalan kaki ke bawah guys. Lagi-lagi tertipu oleh ekspektasi. Kita pun menuruni tebing ini. Dan bisa dibilang jalanan untuk turunnya serem banget. Tanahnya licin. Tapi tenang ada tali temali kok yang bisa jadi pegangan. Sebenernya kalo menurutku ini tempat wisata yang rada bahaya juga sih. Karena nggak ada pengamanan. Setelah berjuang menurunin tanah yang licin berkelok-kelok dengan tali akhirnya kita pun sampe di 'Pantai Kedung Tumpang'. Kayaknya nggak cocok deh tempat ini dinamain pantai. Karena emang bukan pantai. Mungkin lebih cocok Tebing Kedung Tumpang. Akuu melihat sekeliling. Ada police line. Mungkin bagian ini bagian yang bahaya buat dilewati. Kita sampe disini sore sekitaran jam 3an dan masih banyak orang. Ngeliat bebatuan yang berongga dari kejauhan aku jadi pengen kesana. Mungkin itu 'kolam renangnya'. Oke melangkahlah kita dengan hati-hati pastinya. Ngeri juga kalo sampe kepleset. Bisa hancur kepala kalian seriusaaann. Kalo perlu pake helm ya guys. Yaaa, kalo kalian nggak malu sih haha.

Dengan perjuangan dan doa (disamping deg degan), akhirnya kita pun sampai di atas titik 'kolam'.


Nah, disinilah para pengunjung bisa berenang. Tapi, hati-hati ya liat ombaknya dulu. Kalo lagi Kenceng dan pasang mendingan kalian nggak berenang. Karena ombaknya tinggi banget bisa sampai tempat aku berdiri bahkan lebih. Karena dengan begitulah lubang-lubnag 'kolam' tersebut terbentuk. Ombak besar yang menghantam tebing . Pas aku kesana sore, jadi nggak berani ngapa-ngapain kecuali duduk liatin lautan luas dan lubang-lubang amazing. Mini waterfall. Mini pool. Kita juga nggak lama sih duduk disini, soalnya diperingatin untuk segera berangja, udah sore ombak lagi nggak bersahabat. Maka bergegaslah kita. Nah, pas sampai disisi aman tebing dan mau moto seketika itu juga ombak dateng dan hatiku tersayat liat posisiku tadi duduk. Kena ombak. Aku bayangin kalo tadi aku nggak cepet-cepet pergi. Selisih beberapa detik aja aku mungkin udah masuk koran.


Bye Kedung Tumpang!


Udah sore. Kita beranjak pergi. Ngeri ketelah ombak hehe. Kita pun naik dengan tingkat kewaspadaan yang sama kayak pas turun tadi. Sebenernya aku ngos-ngosan kuadrat tapi tak paksain aja karena takut pulang kemaleman. Sesampainya di parkiran aku legaaaaa bangeeettt! Alhamdulillah selamat. Kita pun balik ke Surabaya.

Seriusan guyysss tempat ini ngerii tapi keren siih. Jadi aku berhaarap sama pemerintah setempat agar mengkondisikan Wisata Kedung Tumpang ini dengan baik. Aman. Biar banyak yang bisa kesana dengan aman sentosa.

Sekian.
Salam Blogger!
DM.





Hollaaahoopp!
Hehe kali ini aku mau cerita tentang perjalanan #1DayTripku ke Kota Kediri. Sebuah kota yang masih di area Jawa Timur (akan ada saatnya aku akan melalang buana ke daerah barat, tapi tidak sekarang). Sebenernya sih waktu itu mau ke Tuban, ke rumahnya temen aku. Tapi nggak jadi soalnya dia bilang Tuban lagi jelek. Lautnya juga lagi kotor gitu. Yaudah deh akhirnya aku mutusin buat ke Kediri aja. Gunung Kelud lebih tepatnya. Karena aku nggak pernah sama sekali kesini dari pra letusan dan pasca letusan. Padahal dulu sempet dueket banget. Jadi, ceritanya aku lagi les bahasa inggris di kampung inggris Pare. Ah, ntar deh aku ceritain tragediku di Pare. Ingetin ya! hehe.

Kita start dari Surabaya sekitaran jam 05.00 WIB. And as usual, kita naik motor mehehe. Kali ini aku bareng temenku yang udah pernah kesana jadi sedikit tenang. Tapiiiii, tiba-tiba pas dijalan apalah itu aku lupa namanya dia agak-agak lupa. Akhirnya kita pun pake gomaps (google maps) dan sedikit ingatan temanku. Kita sedikit terhibur dengan pemandangan kanan kiri pepohonnan yang epic. Kita turun deh buat selfie meheheh.



Jam udah nunjukkin pukul 8 lebih. Harusnya kita udah sampe daritadi di Kelud. Tapi, ini kenapa nggak sampe-sampe ya? Kita jadi ragu buat ikutin gomaps. Petunjuk dari hpnya bener sih tapi kok.... Akhirnya kita pun nanya ke warga sekitar. Untungnya disekitar kita ada kantor polisi (lebih aman kan). Setelah tanya, ternyata arah kita sudah bener. Tapi, gompas menunjukkan arah yang berbeda dengan jarak yang lebih dekat. Karena udah capek akhirnya kita pun ngikutin gomaps dong.

Sejam lebih kita nggak juga sampe-sampe. Dan jalanan yang kita lewati pun mulai gak wajar. Perkebunan orang sob! Dan kalian tahu?? Tanah yang kita lewati juga masih bekas abu vulkanik kelud pas erupsi. Tebel banget aku sampe takut. Sempet juga motor kita nggak bisa jalan. Ya iyalah, bannya aja kependem pasir (dan aku sampe takut mau moto medannya). Akhirnya kita pun puter ke arah yang ditunjukin sama pak polisi tadi. Bener aja jangan terlalu percaya sama gomaps guys (2).

Setelah muter-muter kita mengarah pada jalan yang benar. Finally temenku inget jalannya yuhuu! Ternyata jalannya tinggal lurrruuusss aja. Beberapa menit kemudian samapailah kita di gerbang pintu masuk. Jangan lupa bayar tiket masuk yaa. Perorang bayar Rp5000 dan motor Rp2000. Lanjut jalan lurruuuss terus dari sini pemandangannya mulai okee. Tapi yaa gitu abu erupsinya masih ada jelas banget. Padahal kalo ijo pasti bagus. Hingga akhirnya sampailah kita pada titik gravitasi.

Jalan gravitasi
Dijalan ini kita bener-bener ketarik mundur. Aku udah coba sendiri lhoo pake motor hehe penasaran sih. Padahal dia jalanannya lurus tapi motornya bisa mundur sendiri cyyin. Oke deh habis nyobain kita lanjut lagi. Yuhuu.

Istirahat sejenak 
Tadaaa! sampe deh kita di pintu masuk keludnya hehe. Disini kita istirahat sebentar kesian temenku capek kali ya hehe. Tak lupa berfoto-foto ria. Kalo kalian laper, tenang aja disini ada warung makannya kok. Juga ada paklik penjual pentol hehe. Pada tau pentol nggak? Ituloo semacem bakso kecil kecil. Kalo dijawa namanya pentol nah kalo di Balikpapan namanya salome. Duh, jadi kangen Salome Bambang. Next! Kalo nggak salah disini pengendara mobilnya harus berhenti. Yang bisa naik cuma motor aja. Fiuh, beruntunglah kami. Jadi masih bisa lanjut sampe aatas.

Kita loanjut naik lagi. Nah ini nih yang bikin dag dig dug. Jalanannya itu naik banget dan kita bawanya motor matic takut nggak kuat sampe atas. Liat di foto deh sebelah kiri itu naikan. Yang ada rambu kuningnya ituloo. Untungnya sih motornya kuat. Kalo nih motor bisa ngomong mungkin dia udah ngomel ngos-ngosan haha.

Kalo kalian sudah liat banyak motor berjajar itu artinya kalian nggak boleh naik motor lagi. Kalian kudu markir motor dan jalan kaki. Jalanannya lumayan juga jauh mungkin sekitar 10km. Dan bagi kalian yang nggak sanggup jalan, disini banyak tukang ojeknya kok. Kalian cukup bayar 15-20ribu per orang. Kalo kita sih milih jalan kaki. Malu sama umur hehehe. Itung-itung olahraga lah.

Penampakan jalan menuju kawah 


Waktu aku kesana jalannya masih berlubang gitu. Kelihatan jelas bekas letusannya. Dan kanan kiri juga berpasir. Tapi tetep bagus kok. Walaupun panjang jalannya jadi nggak kerasa. Nikmatin aja sambil jalan santai sambil ngobrol bareng temen juga jadi nggak akan kerasa lama dan capek. Daannn yang penting jangan lupa juga berfoto selama perjalannya haha. Jelas ini penting yakan?

menuju puncak

 Hingga akhirnya kita dampe dipuncak. Hmm sebenernya bukan puncak juga sih tapi hampir puncak hehe. Nah, sebenernya juga kita bisa sampe ke kawahnya. Tapi, sayang banget lagi ditutup jadi kita ngak sempet sampe liat kawahnya.



Sayang banget nggak bisa ke kawah 
Setelah berfoto ria sambil ngemil kita akhirnya balik. Kurang puas sih karena nggak bisa liat kawahnya. Tapi, ya mau gimana lagi? masa iya lompat pager kan ya bahaya. Inget ya guys bawa sampah kalian kembali dan patuhi rambu-rambu yang ada dotempat wisata. Itu juga demi keselamatan kalian.
Terus kita pulang deh.

Boleh piknik asal jaga keselamatan.
Boleh piknik asal jaga kebersihan.

Sekian. Terima kasih.

.dm.
Tiba-tiba ini kepala pusing banget. Nyut nyut gitu. Padahal nggak pernah sekalipun aku ngerasain pusing atau sakit kepala sampe kayak gini. Mungkin lagi banyak pikiran. Hehe sok-sokan. Tapi beneran emang banyak yang mesti dipikirin. Maklum masih masa pubertas. Jadi hal-hal sepele pun masuk ke pikiran dan diolah otak terlalu dalam.

Butuh ngerefresh otak biar nggak gila. Buka hp. Pencet instagram. Buka akun seorang teman. Pencet link bio. Buka blognya. Baca khidmat..

Yap. Inilah yang aku lakuin kalo emang otakku lagi 'ngehang' dan hati lagi 'lemah'. Dengan baca blog temen aku ini, aku bisa sadar 100% berpijak pada tanah. Merasa tersentil akan setiap tulisan yang dia buat. Akhir-akhir ini emang lagi sibuk sendiri. Sibuk sama otak dan mengabaikan hati nurani. Qalbu pun berdebu. Menangis sekencang apapun ternyata tidak akan menyelesaikan masalah jika kita tak kunjung sadar akan solusi terbaik. Kembali pada-NYA.Aku telah mengabaikanNYA, ternyata lama sekali.
Dua tahun (lebih mungkin and still counting) ini aku tersesat. Sebenarnya aku berjuang untuk mengambil hikmah dari apa yang aku jalani. Toh, setiap kejadian pasti ada hikmah positif untuk kita. Karena Allah nggak akan buat sesuatu kejadian/cerita sia sia. Kecuali kita yang memang menyia-nyiakannya. Sudah banyak sebenarnya hikmah yang bisa aku ambil dari 'perjalanan' ini. Cukup untuk menjadi bekal menuju perjalanan selanjutnya. Tapi, sampai kapankah aku tersesat? Sampai kapan aku bisa menemukan kembali jalanku?

Ah, percaya saja Allah akan menjelaskan segala sesuatu di waktu yang tepat. Yakini saja. Toh, memang kita tak tahu apa rencana terbaik Allah.

dm.
Pernah nggak sih kalian merasa, saat hal buruk terjadi, tiba-tiba ada saja penghibur yang datang.
Penghibur dalam konteks yang baik.
Bukan stereotype seperti yang awalnya kalian pikirkan.
Bukan manusia, melainkan alam.

Aku pernah.
Bahkan bisa dibilang sering terjadi akhir-akhir ini.
Waktu itu moodku benar-benar berantakan.
Pagi itu seakan matahari berubah menjadi awan hitam.
Tugas kuliah, dosen, teman, dll.
Saat aku sudah benar-benar lelah, tiba-tiba si doi nonggol.
Bukan pacar.
(Karena emang nggak punya pacar.
Dan nggak boleh pacaran kata Om Felix.)
Tapi, si bulan.
Iya bulan yang ada dilangit malam kita.
Aku nggak tau, tapi suka aja lliatnya.
Merasa sedikit terhibur.
Tenang.
Dari situ, seakan-akan Allah ngasih tau aku.
Kalo nggak semuanya berjalan buruk hari itu.
Mungkin Allah nggak tega.
Dan mungkin juga Allah ngasih tau aku kalo Dia ada disaat aku butuh.
Disitu aku baru sadar.
Lantas kemana aja aku slama ini?
Malam ini aku teringat, pada suatu malam lain yang menenangkan. Malam dimana aku dapat memandangmu lagi dengan leluasa. Lagi? Ya. Setelah sekian lama aku sibuk dengan kehidupanku yang tak bisa kutinggalkan begitu saja. Andai aku dapat melarikan diri sejanak saja, pasti kuluangkan waktu untukmu. Maaf, jika aku baru sempat bertatap muka.

Dalam keheningan malam itu, kuceritakan semua hari-hari yang tlah kulalui tanpamu. Tak terkecuali. Semua keluh kesah yang tak dapat kusampaikan pada siapapun, kusampaikan padamu. Aku tau kau akan selalu mengerti. Karna kau adalah pendengar setiaku. Dan dengan balasannya kau akan menunjukkan keindahanmu hingga membuat aku berpikir 'Untuk apa aku pusing-pusing memikirkan hal yang tidak penting seperti ini. Mengeluh nampaknya bukan sesuatu yang baik. Lebih baik aku memanfaatkan momen seperti ini sebaik-baiknya'. Semua keresahan hati pun hilang seketika. Dan akupun kembali mengagumimu. Diam. Memandangmu. Ya, hanya itulah yang sanggup kulakukan saat menatapmu.

Kini, aku rindu. 
Zdrast-vooy! 
Lagi nungguin hujan nih biar nostalgianya makin greget *halah opo ae mer. Btw, kali ini aku mau berbagi cerita ngetripku waktu liburan kemaren ke suatu tempat yang kekinian di instagram. Kemana yooo?? Tulungagung!! Yap. Kali ini aku bolang ke Tulungagung bareng temenku. Yipiiii. Sebelumnya aku nggak pernah kepikiran ke Tulungagung. Gara-gara liat di medsos (media sosial), dan mereka pada upload foto-foto alam Tulungagung aku jadinya penasaran kayak apa sih tempatnya?

Kita start berangkat hari Selasa 1 September 2015. Sok-sokan memulai bulan dengan refreshing gitu haha. Sempat terkendala kompor yang akan disewa bocor hingga akhirnya kita malem malem nyari persewaan muter muter disekitar kampus.Dan untungnya kita pun akhirnya dapet. Alhamdulillah.Setelah ngecek perlengkapan dan nata branag biar nyaman selama perjalanan, kita cus deh. Kita berangkat jam 6 pagi waktu lidah wetan, Surabaya. Daaann seperti biasa, kita naik motor biar fleksibel. Rutenya : Surabaya - Mojokerto - Jombang - Kediri -Tulungagung. Sebenernya kita berdua nggak ada yang tau Tulungagung hehe. Aku taunya sampe kediri aja, soalnya sering ikut mama jualan luar kota *curhat. Jadi dari Kediri ke Tulungagung kita mengandalakn gomaps (google maps).

Kita sampai di Tulungagung sekitar jam 9.30 WIB. Alhamdulillah kali ini gomaps bisa diandalkan dan gak nyasarin. Sesampainya di Tulungagung kita istirahat leyeh-leyeh sambil berfoto ria di Alun Alun.


Alun Alun Tulungagung 
Alun alunnya adem gitu, asri enak buat istirahat. Disana ternyata banyak burung merpatinya jadi makiin rame dan kalian juga bisa kasih makan burung merpatinya. Buat yang nggak bawa cemilan bisa beli cemilan burungnya di penjual disana. Sayangnya aku gak sempet foto bersama kawanan burung. Makin siang makin panas juga ternyata. Kriuukk. Oke aku sama temenku jalan sekitar alun-alun cari makanan. Susah bangeet cari warung padahal perut udah minta diisi. Kita cuma nemu satu warung depan masjid. Setelah makan, kita pun sholat dhuhur karena udah masuk waktu sholat.

Sehabisnya sholat, untuk menyakinkan diri biar gak nyasar aku pun tanya pak polisi yang kebetulan lagi sholat juga. Ternyata pak polisinya kurang tau arah ke Pantai Coro. Yap. Tujuan pertama kami adalah Pantai Coro yang bersebelahan dengan Tebing Banyu Mulok. Untung ada mas-mas yang lagi masang sepatu dengerin kita ngobrol dan dia nimbrung ngasih arah. Pantai Coro searah sama Pantai Popoh, jadi kita ngikutin petunjuk hijau ke Pantai Popoh aja biar gak nyasar. 'Hoalaa iya Banyu Mulok itu baru temuannya anak anak muda jaman sekarang' bapak polisinya pun cuma geleng-geleng. Bapak kurang gaul ih haha.


Setelah berterima kasih ria, kita pun lanjut ke Pantai Coro. Perjalanannya lumayan sekitar 1-1,5 jaman dari masjid deket alun alun. Tapi lama perjalannya gak akan kerasa, karena pemandangannya oke bangeettt. Yaaa, walaupun panas tapi kanan kiri cukup menghibur dengan bukit bukit pohon jati (kalo nggak salah). Apalagi kalo udah naik ke bukitnya lebih bagus lagi. Daaan lebih bagus lagi lagi lagi pas kalian udah mau nyampe kalian bisa liat lautan dan bukit hijau. AAARGH! AIR! *abaikan



sayang banget aku nggak bisa moto yang bagus huhu
Kita pun mutusin buat berhenti sejenak untuk menikmati pemandangan ini. Sayang banget aku nggak bisa moto yang bagus. Ah, pokoknya kalian kudu liat sendiri biar lega, Kita pun lanjut lagi. Dari sini udah lumayan deket kok. Jangan lupa bayar tiket masuk per orangnya 5.500 dan untuk motor 1.500. Dari pintu masuk tiket jalan aja terus sampe ada semacem padepokan. Nah, tenang, kalian nggak nyasar kok itu udah bener. Kalian bisa parkir di padepokan itu. Atau bisa juga parkir di rumah warga deket situ. Dan jangan lupa bilang ke tukang parkirnya ya kalo kalian mau nginep. Biar mereka nggak nungguin motor kalian sampe malem. Kasian. Soalnya kemaren kita gitu, lupa bilang dan orangnya nunggu sampe malem. Kan mereka takut aja kita nyasar gitu hehe. Maap ya mbak, mas.

Oh iya, sebenernya selama perjalanan kalian bakalan nemuin tulisan 'jalan pintas pantai coro' banyak banget di pohon. Tapi kita milih yang lurus aja soalnya yang jalan pintas itu jalannya lempung, berhubung kita pake motor matic ya kita milih jalan yang aspalan aja sampe padepokan. Trus dari padepokan juga bisa naik motor, tapi ya gitu jalanannya extrem.


Nah, dari parkiran padepokan ini kita mulai jalan kaki. Pertama aku kira jalan kakinya gak jauh-jauh amat, tapi ternyata lumayan juga. Buat kalian yang nggak kuat jalan, ada ojek motor kok kalian bisa bayar 15.000 per orangnya.

Buat yang haus atau laper ditengah perjalanan nggak usah khawatir. Selama perjalanan ada warung warung kecil kok. Tapi, mereka cuma buka siang sampe sore. Begitu malem, mereka hilang meninggalkan jejak terpal saja.

Taraaa!!! Akhirnya kita sampe di Pantai Coro setelah perjuangan yang melelahkan pemirsaa.



Pantai Coro. Source : mbah gugel 

Kita duduk melepas lelah di Pantai Coro sejenak sebelum lanjut lagi ke Tebing Banyu Mulok. Ngeliat air, aku jadi tergoda buat bertelanjang kaki menyusuri pantai. Skalian cari lokasi buat ngecamp. Pantai Coro ini bisa dibilang kecil dan susah juga ternyata kalo buat ngecamp. Karena airnya kalo malem pasang dan hampir seluruh pasir tertutupi air. Jadi nggak ada lahan kosong buat ngecamp. Setelah mastiin nggak ada lahan yang bisa dipakai buat ngecamp kita lanjut lagi mendaki gunung lewati lembah ke Tebing Banyu Mulok.


Kali ini jalan setapak yang kita lewati lebih bagus. Hijau, asri nggak kayak sebelumnya yang gersang. Sesampainya diatas kalian bakal disuguhin pemandangan yang indah banget.



maaf, lagi-lagi motoku kurang oke huhu


'Maka nikmat Tuhan kamu yang manakh yang kamu dustakan?' (QS. Ar-Rahman 55)

Setelah sampai diatas Tebing Banyu Mulok, kita duduk bentar menikmati terpaan angin dan cipratan air dari 'Banyu Mulok' tersebut. Banyu Mulok? Apaan sih mer maksudnya? Jadi tebing ini dikasih nama Banyu Mukok karena ada air yang naik ke atas tebing akibat dari ombak yang menghantam tebing tersebut. Maka terciptalah semburan air yang menyerupai air mancur, Dan semburan air mancur ini cuma ada di 1 titik tebing aja. Tingginya kira-kira bisa sampe 5-10m dek kalo nggak salah. Gitu lho guys. Ini deh aku kasih fotonya. (Tapi sorry ya kalo kurang bagus hehe)


foto ini aku ambil pas besok pagi harinya

Foto ini aku ambil pas kita mau balik. Bagus ya ada pelanginya juga gitu hehe.

Kita pun mutusin buat ngecamp diatas tebing ini. Setelah keliling dan akhirnya dapet spot kita diriin tenda sebelum malam tiba. Dan baru sadar, ternyata kitalah satu-satunya orang yang ngecamp disini. Padahal pas siang tadi kita liat ada tenda diatas, tapi mereka udah pulang aja meninggalkan jejak sampah. Ah, lagi-lagi jejak manusia macam itu. Padahal disekitar sini ada tulisan 'Bawa pulang sampahmu' Tapi ternyata nggak ngaruh juga ya. Hmmm, trus diapain ya biar mereka semua pada sadar. Jadi nggak cuma sekedar menikmati alam tanpa mau menjaganya gitu.... (oke stop ini bakalan nggak ada ujungnya kalo dibahas. Back to topic)
Kriuuuukk. Ah, panggilan tercinta lagi. Okelah kita masak... mie. Haha, habis capek ndaki eh makan mie lagi. Yaudah lah syukuri aja masih keisi ini perut. Setelah makan dan bikin susu untuk menghangatkan diri. Aku duduk-duduk deket tenda. Sedangkan temenku dia keliling entahlah ke alam mana.
Angin malam ini nggak seberapa dingin dan nggak kenceng juga. Padahal ini termasuk pantai selatan. Ya, beryukur juga sih karena aku nggak kuat dingin meheheh. Malam ini kita habiskan dengan berburu bintang. Langitnya bener-bener deh minta banget diperhatiin. Padahal udah di spot yang bagus gini, eh malah mendung hiks. Yaudah sabar aja. Okelah kita tunggu hingga akhirnya langit sedikit cerah dan memberikan harapan. Aku liat Milky Way! yuhuuu! tapi nggak lama mendung lagi ugh! Akhirnya aku pun mutusin buat tidur dan stel alarm buat bangun. Kan siapa tau ntar makin malem makin terang.

Bangun-bangun eeehh udah shubuh ajaaaa. Sedih *lebay. Yaudah deh aku sholat dan bangunin temenku sholat juga. Rasanya sholat di alam bebas itu gimanaaa gitu hehehe.

Habis sholat kita ke ke tebing paling ujung buat liat sunrise. Berharap banget bisa dapet sunrise yang oke. Anggep aja sebagai gantinya semalem nggak bisa liat bintang. Buat kalian yang mau ke ujung tebing, hati hati ya. Tebingnya rada licin. Dan aku harap kalian nggak melanggar batasan merah yang sudah dibuat penjaganya. Toh itu buat keselamatan kalian sendiri.


keliatan ujungnya tebing nggak sih? hehe 


ombaknya ngeri banget


Sambil nungguin si merah nonggol aku merhatiin hamparan laut yang luas. Dan disitu aku tersadar, ternyata aku sekecil ini? Aku nggak ada apa-apanya dibandingin lautan ini. Jadi, sepertinya manusi segede apa pun nggak layak menyombongkan diri. Siapapun itu. Termasuk presiden skalipun. Dari kecil aku suka banget sama air. Entah kenapa. Dan sekarang sepertinya aku tau jawabannya. Karena air adalah sumber kehidupan kita. Bahkan 70% dari tubuh kita adalah air. Yang kedua, air bisa menjadi cerminan diri kita. Anggap saja ajang intropeksi diiri. Ah, refreshing alam seejenak disela-sela kesibukan memang sangat diperlukan. Hingga akhirnya aku ngeri sendiri liat ombak yang nabrak tebing ini. 


Lagi-lagi alam tidak berpihak pada kita hiks. Si merah tak kunjung terlihat karena cuaca yang mendung. Sedih kuadraaattt! Karena targetku kesini pengen banget liat sunset sama sunrise. Lha kemarennya juga sunsetnya nggak seberapa. Tapi ya lumayan sih. Dan lebih banyak ngerinya pas maghrib kita duduk-duduk di ujung tebing. Super duper creepy feeling. Aku pun mutusin buat keliling ke sisi lain tebing ini. Karena kemaren temenku sudah keliling sedangkan aku belom sempet ke sisi lain, kita pun kesana. Disisi timur ini lebih bagus ternyata pemirsaaaa tapi sayang banget ombaknya gede dan lebih licin (mungkin pengaruh cipratan airnya dan embun)

Akhirnya kita pun balik ke tenda. Temenku asik bikin timelapse sedangkan aku menuju ke atas bukit. Lagi pengen duduk menikmati pagi diatas bukit. Rencananya sih duduk, tapi eh badan lama-lama doyong juga dan mata merem haha. Enak bro sist seriusan.

bangun-bangun tidak lupa selfie haha

Bangun-bangun aku balik ke tenda dan masak... mie lagi meheheh adanya ini sih. Nyesel juga nggak bawa nasi. Lagian siapa bakalan mikir perjalanan kesini segininya. Ah sudahlah toh alamnya memang bagus! Setelah masak mie dan bikin susu, kita rebahan sebentar sambil ngobrol. Menikmati alam disini untuk terakhir kalinya. Eh nggak ding jangan sampe yang terakhir! Tenang Banyu Mulok next time aku bakalan ngapelin kamu lagi lebih lama.

Tiba-tiba aku merasakan hasrat buang air kecil. Dan disini nggak ada toilet mbak bro mas bro. Alhasil kita pun memutuskan untuk turun ke Pantai Coro. Bye-bye Banyu Mulok!



jangan lupa bawa sampahmu!


bye ombak 

1.
 Kriukk...
Okaay, perutku sudah berontak pagi-pagi gini. Mengingat semalem nggak makan ditambah porsi makan yang menggunung setelah lebaran ini, wajarlah. Ambil uang. hp, masukin tas kecil. Berangkat. Oh iya kunci motor! Ah males naik motor deh, jalan kaki aja. Itung-itung ganti niatan jogging yang gagal pagi ini hehe. Akhirnya melangkahlah kakiku menuju 1 tujuan, pasar.

Beruntung matahari masih enggan memanggang kulit. Masih anget-anget aja. Kalo diliat-liat, udah jarang banget orang jalan kaki di Surabaya ini. Selama perjalanan ke pasar aku cuma nemuin 3 orang jalan kaki (yang dalam konteks bener-bener pejalan kaki) pas aku berangkat ke pasar. Dua orang berpakaian olahraga sambil bawa tentengan belanjaan. Mungkin mereka habis olahraga trus mutusin skalian belanjaa. Yang satu lagi pemulung. Udah mereka aja yang aku temuin. Pas on the way pulang aku nggak nemuin pejalan kaki sama sekali. Padahal jaraknya ya lumayan juga 3,5 kilo pp. Yaa kalo dipikir-pikir wajar juga sih. Secara Surabaya adalah kota besar dan luas banget. Mungkin mereka jelas lebih memilih naik kendaraaan untuk mempersingkat waktu. Bisa jadi tempat kerja, kuliah, atau kemanapun tujuan mereka itu adalah jauh banget. Ah, tapi nggak juga sih. Waktu itu aku pernah di rumah nenek disuruh beli makanan di warung. Dan jarak warungnya itu nggak sampe deh sekilo. Pas aku keluar rumah, tiba-tiba orang rumah manggil 'lho mer, nggak naik motor?' OMG itukan deket aja padahal, kenapa mesti naik motor? Mending jalan kaki, sehat. Itung-itung mengurangi polusi udara di Surabaya. Liat deh Surabaya udah gerah banget-banget-banget. Dan menurutku bukan lagi masuk kriteria sedang kayak yang ditulis di bunderan satelit. Tapi buruk. Mungkin yaaa, mungkin nih masihan, kalo semisal banyak orang yang mutusin buat jalan kaki, Bu Risma akan mutusin perlebaran trotoar. buakn perlebaran jalan raya. Dan juga menggalakan tanam seribu pohon dipinggiran jalan raya. Yang akan membuat pejalan kaki lebih betah. Ah, tapi rasanya itu susah banget. Karena bisa dibilang kita sudah jadi pemalas tingkat kecamatan.

Pernah juga waktu itu aku iseng-iseng dari rumah nenek ke rumah jalan kaki. Yang kalo kata google maps itu 3,2 km

Ngapain jalan kaki mer? Iseng hehe. Iya deh iya isengku emang nggak penting banget. Mungkin efek jomblo.. Yakan siapa tau ntar dijalan ketemu sama jodoh.. Okay back to topic. Nah rumah nenek didaerah ketintang, rumahku didaerah lidah. Waktu itu aku jalan kakinya sekitaran jam 5.15. Masih adem lah. Dan masih gelap juga. Sambil jalan-jalan juga ya sambil moto. Siapa tau nemu sesuatu yang menarik. Seperti dugaanku. Aku nggak nemuin pejalan kaki sama sekali. Sampe-sampe pas didaerah mastrip ada bapak-bapak baik hati yang nawarin tumpangan. Beliau bilang sih sekalian mau berangkat kerja. Tapi, nggak deh pak makasih. Mungkin bapak-apak itu kasihan liat aku yang jadi satu-satunya pejalan kaki disepanjang jalan itu. Hingga akhirnya Sampe dipertigaan lampu merah mastrip aku capek binggo, kaki sudah berkedut, dan mutusin buat naik bemo aja. Alhamdulillah. Sebenernya sih sudah dari di gunung sari aku nyari bemo, tapi nggak ada yang jurusan ke rumah hiks yaudah deh jalan kaki akhirnya, Lumayan, olahraga.

2. 
Akhir-akhir ini aaku liat postingan di instagram banyak banget orang-orang ngepost foto bagus tentang alam. Dan tentunya dengan caption hastag #explore. Yap. Kayaknya ini adalah tahun dimana banyak pemuda-pemudi yang giat-giatnya mengexplore tempat tinggal mereka, aatau bahkan tempat-tempat menarik diluar tempat tinggal mereka. Para agensi travel pasti kebanjiran pesenan deh. Mungkin aku bisa buka agensi travel juga, kayaknya lumayan buat isi dompet yang kosong.
Hingga akhirnya gunung pun menjadi salah satu tujuan terbanyak. Tapi sayangnya, hiking cuma buat keren-kerenan ngikutin trend. Bukan beneran mereka mencintai alam. Mungkin nggak semuanya sih, tapi sebagaian besar begitu. Ah, kamu sok tau mer. Sok tau? helloooo sudah banyak bukti yang menjelaskan para pendaki itu nggak murni mencintai alam. kalo emang bener mereka mencintai alam, mereka nggak akan meninggalkan sampah dimanapun mereka berada. Termasuk pas hiking. liat aja ini. Baca juga deh ini.

sampah semeru. source : mbah gugel

sampah di gunung gede. source : mbah gugel
sampah di merbabu. source : mbah gugel

Bahkan ada juga orang yang membela diri dengan bilang kalo tiket masuk Semeru itu mahal, jadi pantes aja kita buang sampah sembaranga. What? menurut kalian sendiri ajadeh gimana

source : merdeka.com
Ini deh baca aku cuma bisa berdoa semoga mas-mas ini segera dikasih pencerahan secerah-cerahnya sama Allah SWT dan semoga juga kalian bukan yang termasuk berpikir seperti ini. Huft. Kalo misal nggak mau mahal kan yaudah kali nggak usah hiking di semeru. Beres kan?
Bisa dibilang peralatan hiking yang wajib dibawa untuk tahun 2015 ini adalah kertas dan spidol. Buat? buat nulis pesen gitulah. Entah ke temen, sahabat, pacara, keluarga. Karena memang lagi kekinian naik gunung trus foto dipuncak sambil bawa kertas dengan tulisan 'Kapan kesisni bareng? from 3653 MDPL' atau 'Jangan dirumah aja. Indonesia itu indah' dan lain sebagainya. Oke deh setelah jepret. klik. foto dirasa bagus. Buang deh kertasnya disembarang tempat. *exhale

source : http://blog.reservasi.com/nggak-perlu-naik-gunung-kalau-kalian-cuma-nyampah-kayak-gini/

Aku udah nggak bisa bekata-kata lagi. Coba deh kalian browsing tentang sampah pendaki dimanapun mereka berada. Pasti banyak Banget. Bahkan Semeru sempet ditutup beberapa bulan karena harus dibersihkan segera. Kalo nggak mungkin TPA perumahan semuanya pindah ke Semeru. Beruntung masih ada beberapa orang yang bener-bener pecinta alam rela memberishkan sampah-sampah manusia tidak bertanggung jawab ini.

pahlawan kita. source : mbah gugel 


Newer Posts
Older Posts

Follow by Email

1Minggu1Cerita

1minggu1cerita

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan

LET’S BE FRIENDS

Blog archive

  • ▼  2021 (21)
    • ▼  April (3)
      • Facial Treatment di Hayyu : Brightening Facial dan...
      • Review Techno: Bardi Smart Light Bulb 12W-RGBWW
      • Cara Menghabiskan Uang Sebelum Menabung
    • ►  February (4)
    • ►  January (14)
  • ►  2020 (53)
    • ►  December (17)
    • ►  November (10)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (7)
    • ►  April (2)
    • ►  March (3)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2019 (20)
    • ►  October (2)
    • ►  September (5)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2018 (63)
    • ►  December (1)
    • ►  November (12)
    • ►  October (5)
    • ►  September (4)
    • ►  August (1)
    • ►  July (3)
    • ►  June (8)
    • ►  May (4)
    • ►  April (6)
    • ►  March (7)
    • ►  February (8)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (15)
    • ►  December (6)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  August (1)
    • ►  June (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2016 (6)
    • ►  October (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2015 (22)
    • ►  November (3)
    • ►  October (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (6)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)

SUBSCRIBE NEWLETTER

recent posts

Created with by BeautyTemplates | Distributed by blogger templates