Berbuka dengan Cerita Nostalgia
Belakangan aku memiliki misi kecil. Menjalin silahturahmi
kembali dengan beberapa teman lama. Karna menurutku, sangat mudah untuk
mendapatkan teman baru, bagian tersulitnya adalah mempertahankan hubungan
pertemanan itu. Terlepas dari berbagai macam perbedaan. Ketidak cocokan sifat
satu sama lain misalnya. Semakin beragam teman kita, justru itu akan menjadi
lebih menarik. Perbedaan usia akan membuat kita lebih dewasa. Belajar banyak
pada yang lebih tua. Perbedaan budaya akan membuat kita lebih berwawasan bahwa
didunia ini tidak hanya ada 1 macam suku/ras. Perbedaan latar belakang sosial
akan membuat kita lebih menghargai sesama dan tentunya lebih bersyukur mengenai
apa yang kita miliki. Sekecil dan sesimple apa pun itu.
Hari jumat kemarin, aku kedatangan teman lama. Teman semasa putih
abu-abu di Balikpapan. Sebenarnya dia kuliah tidak jauh dari Surabaya sih,
hanya saja baru kali ini ada kesempatan untuk bertemu. Dia kuliah di Malang.
Dia ke Surabaya karna akan pulang ke Balikpapan. Transit. Karna flight malam,
jadinya sore hari kami janjian untuk bertemu. Sebenanrnya aku sangat lelah dan
ingin menolak, tapi aku berpikir kapan lagi bisa bertemu? Belum tentu ada
kesempatan yang sama.
Judulnya sih buka puasa bersama. Sebenarnya kami berlima,
tetapi yang bisa hanya 4 orang saja. Itu pun sebenarnya kami tidak bertemu
secara langsung berempat.
Jadi, kami janjian bertemu di salah satu mall Surabaya sore
hari, jam 5. Karena aku baru keluar kantor jam 4 lebih dan bawaanku sangat
ribet, aku memutuskan untuk pulang terlebih dahulu. Entah mengapa sepanjang
perjalanan pulang jalanan sangat amat padat. Macet parah. Mungkin karena hari
Jumat dan sudah mendekati libur lebaran. Perjalanan pulang yang biasanya hanya
kutempuh 30 menit, saat itu menjadi 1 jam. Melelahkan sekali. Untungnya aku
tidak berpuasa saat itu hehe. Sesampainya dirumah aku bersiap siap untuk pergi
lagi. Aku sedikit tergesa-gesa karna teman-teman sudah menungguku. Baiklaaah
aku meluncuuurr!!
Jauh dari perkiraaan awal, aku kira jalanan setelah maghrib
akan lenggang. Ternyaata tetap saja sepadat tadi. Harusnya 15 menit aku sudah
sampai, kali ini memakan waktu 30 menit. Aku tiba di tempat janjian jam 7
malam, setelah nyasar ke lantai paling atas padahal tempat makannya ada di
lantai dasar (melelahkan huh? Yaaa secara aku juga bukan anak mall hehe jadi
maklum nggak hafal) dan saat aku tiba ternyata mereka sudah berpindah tempat
lagi huhu. Akhirnya kami bertemu!
Hanya bertiga? Salah satu temanku sudah pulang duluan karna
ada acara. Hmm, maafkan aku. Dan saat aku tiba pun salah satu temanku juga
pamit undur diri karena ternyata temannya datang kerumahnya. ‘Jadi aku dateng buat
nganterin kamu pulang, De?’ begitu ceplosku. Ah, memang salahku sih harusnya
aku tadi tidak pulang terlebih dahulu. Akhirnya tinggal kami berdua. Aku dan
temanku yang dari Malang. Dia tidak sendirian ke Balikpapan. Dia bersama
temannya, tetapi temannya masih berbelanja jadi aku menemaninya hingga temannya
itu selesai berbelanja.
Kami ngobrol di food court. Mulai dari menanyakan kegiatan
masing-masing hingga beberapa celetuk masa lalu. Lucu rasanya saat mengingat
beberapa kejadian semasa putih abu-abu. Ah, masa-masa polos itu. Masa dimana
aku baru mengenal dunia luar (karena dari lahir aku tinggal di Surabaaya dan
baru kali itu aku menetap di luar pulau).
Pointnya adalah menyibukkan diri, begitu yang dia dapat dari mbah google. Aku setuju sekali karna itu memang ampuh. Dia menyibukkan diri dengan berbisnis kecil-kecilan, berbisnis online. Berjualan jilbab dan mukenah. Laki-laki jualan barang perempuan? Noprob kok. Dengan berjualan online otomatis dia sibuk membalas chat-chat customer yang tertarik untuk membeli. Dan perlahan-lahan dia akan terbiasa dengan kesibukan barunya dan melupakan sakit hatinya. Foalaa, dan itu berhasil untuknya. Setelah ia merasa tak galau lagi, ditinggallah bisnis online itu.
Aku sedikit menyanyangkan mengapa ia tinggalkan kegiatan itu. Toh itu kegiatan positif. Lumayan juga kan menambah uang sakumu tanpa meminta orang tua.
Lalu kami kembali bercerita mengenai perubahan beberapa teman. Ada yang semakin baik ada juga yang tetap begitu-begitu saja. Perubahan itu jelaslah perlu, kearah yang lebih baik tentunya. Disini aku berkaca, bagaimana dengan aku? Perubahan apa yang sudah aku lakukan? dan kearah yang lebih baikkan perubahan itu?
1 comments
setuju dengan cara move on nya...
ReplyDeleteuntuk tata bahasanya sih udah bagus.. pemilihan katanya juga oke..
over all menarik lah...
tingkatkan lagi potensimu..
wkwkwkwkwkwkwwkwkwkwkwkwkwkwkwk