Travelling Bukan Sekedar Jalan-Jalan
Kebanyakan dari kita kalo diajak jalan-jalan pasti seneng
banget. Tapi tau nggak sih kalo travelling itu bukan sekedar seneng-seneng
liat-liat pemandangan alam yang belom pernah kita liat. Atau jalan-jalan ke
tempat-tempat yang kekinian biar dianggep gaul. Trus segampang itu menyandang
gelar taveller?
Kalo bagiku pribadi, jalan-jalan itu ajang refleksi diiri. Dimana
kita keluar dari zona nyaman kita dan ketemu banyak hal baru dan orang baru. Dari
orang-orang baru itu kita bisa belajar bagaimana berkominikasi dengan orang
yang berbeda dengan lingkungan sosial kita sehari-hari. Belajar dari pengalaman
mereka mengenai banyak hal. Belajar bagaimana lebih memaknai hidup. Mengahrgai orang
lain yang belum pernah kita kenal sebelumnya. Atau bahkan bisa jadi pada saat
yang lalu kita pernah merendahkan hidup seseorang. Dan terlebih selain itu
semua yang terpenting adalah belajar mendekatkan diri dengan Sang Pencipta
dengan bersyukur atas kehidupan yang kita miliki.
Semakin jauh seseorang melangkahkan kakinya, seharunya orang
tersebut semakin kaya akan ilmu kehidupan. Karna dia telah melihat banyak hal
yang orang lain belum tentu bisa melihatnya. Karna toh buat apa kamu
jalan-jalan jauh-jauh kalo yang kamu dapet Cuma pose foto bejibun dan Cuma sekedar
capek? Travelling itu bukan soal pose didepan pemandangan alam yang epic. Bukan
juga sekedar dapet barang oleh-oleh khas daerah tersebut. Melainkan membawa adat
dan istiadat daerah tersebut dan juga mengaplikasikan kebaikan yang ada
didalamnya kepada lingkungan sehari-hari kita.
Beberapa kali aku sering denger temen bilang ,”Orang yang
terlalu sensitif itu mainnya kurang jauh”. Lantas orang yang mainnya jauh
dianggep orang yang kebal akan guyonan yang sifatnya menghina. Menurutku moto ini salah banget. Karena bagiku,
semakin jauh seseorang berkelana dia akan lebih mengenal banyak sifat manusia
yang beragam. Nah, dari pengetahuan yang beragam itu dia akan paham
mengkondisikan diri untuk bersikap kepada orang lain. Atau bisa dibilang orang
tersebut akan lebih peka atau sensitif. Sedangkan orang-orang yang berpendapat
seperti moto diatas, kemungkinan besar dia adalah orang yang ingin diterima
dengan keadaan diri sebagaimana adanya. Bisa jadi dia berpikir kalo ‘Ya aku
memang seperti ini orangnya’. Padahal yang semestinya adalah seseorang itu
berubah untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Bukan sebaliknya, lingkungan
yang harus berubah mengikuti kebiasaan tingkah lakunya.
Yaaaa ini sih menurutku aja. Tiap orang toh tetep punya
pandangan yang beda-beda J
1 comments
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete