• Home
  • Travel
  • Review
    • Film
    • Book
  • Jurnal
    • Event
    • My Space
  • About

                        D e a     M e r i n a

“Don't be pushed around by the fears in your mind. Be led by the dreams in your heart.” ― Roy T. Bennett, The Light in the Heart

Powered by Blogger.
psst ini rasi bintang orion. bukan pari hehe 

Aku melangkahkan kakiku menuju minimarket. Bismillah semoga berkah, ujarku dalam hati. Baru beberapa langkah dari pagar rumah, aku spontan menengadah. Langit malam ini cukup cerah. Hanya sedikit berawan disatu sisi. Aku berputar sambil terus melangkah mengamati langit malam.  Langkah kakiku terhenti saat aku mengenali sebuah rasi bintang.

Rasi bintang pari. Jelas sekali! Hingga aku tak sadar sudah berapa lama aku terhenti dan menengadah. Beberapa orang lewat memandangku heran. Sambil mengikuti arah pandanganku. Bagi mereka yang tak paham, mungkin hanya akan geleng-gelleng kepala saja dan berlalu. Perempuan  ini sedang tidak sehat, mungkin begitu pikir mereka haha. Tetapi, untuk mereka yang menyukai langit malam dengan taburan bintang karena terlalu sibuk bergumul dengan manusia lainnya, tentunya mereka akan ikut berhenti sejenak dan menemaniku menegadah.

Saat aku menatap langit, hanya satu tempat yang spontan selalu aku bayangkan. Tempat itu. Manusia itu. Entah harus menunggu berapa lama hingga aku bisa melepaskan bayangan keduanya. Seakan hati enggan utnuk berdamai dengan situasi yang ada. Takdir. Otakku berulang kali mengingatkan hatiku untuk sadar. Sudah jalannya seprti ini. insyaAllah ini akan baik. Toh banyak pelajaran yang bisa diambil. Tapi, nyatanya hati enggan untuk percaya begitu saja. Ia tetap berikukuh menyimpan perasaan itu. boleh jujur aku katakan, aku rindu Ayah.  

Dari pagi hingga sore meja kerjaku sudah seperti terkena gempa bumi. Keriwehan itu muncul setelah Bapak memberikan aku tugas dan menentukan deadline yang membuatku berpacu dengan waktu. Aku yang masih seperti bayi merangkak ini diberikan jangka waktu sekepal tangan untuk menyelesaikannya. Bagiku, itu jelas terlalu cepat. Seketika aku mulai menggeliat kesana kemari. Mengetikkan ini itu menimbulkan bunyi berisik. Membuka gambar, berusaha memahaminya, dan menghitung sedetail mungkin. 

"Wah, bisa jadi kamu bakalan mulai ada lembur, De" kata teman disebelahku.

"Heee?? Ogah deh. Jangan sampe" kataku tanpa melepas pandangan dari layar didepanku.

"Lho nggakpapa nantikan lemburanmu dihitung"

Bagiku, waktu yang aku miliki jauh lebih berharga. Aku tidak ingin menjadi robot seutuhnya. Cukup 8 jam sehari aku berevolusi menjadi manusia logam. Banyak hal yang bisa aku lakukan, meskipun hanya 30 menit saja. Beristirahat misalnya. Atau menyelesaikan beberapa buku yang tertunda dari beberapa waktu lalu. Selain itu, karena aku rasa aku sudah banyak menukar waktuku dengan hal-hal tak berguna di masa lalu. Well, aku tidak ingin mengulangnya lagi dan lagi. Toh, aku juga tidak tahu berapa sisa waktu yang aku punya?


Aku tahu, kita memang sudah ketergantungan dengan teknologi. Tak bisa jauh barang sedetik pun. Bahkan, kita bisa jadi beraktifitas beriringan dengan teknologi. Seperti halnya yang sedang aku lakukan saat ini. Banyak hal menjadi mudah berkat teknologi. Berkirim kabar, melihat dunia luas, dan menggembangkan diri. 

Tapi, tahukah kamu. Aku tak suka kamu bergelut dengannya sepanjang waktu. Bahkan seringkali aku benci. Seakan, kamu meletakkan semua tanggung jawabmu begitu saja. Lantas asik dengan duniamu sendiri. Melalaikan banyak hal. Mengabaikan banyak perkataan. Melupakan kehadiranku. Kamu anggap itu semua hanya angin lalu. Padahal, dalam hati aku berbisik membenarkan. Tetapi, entah mengapa bibir selalu enggan untuk bicara. Kamu tahu apa yang aku lakukan berikutnya. Berbisik dan mengadu kepada langit. Terkadang, aku bahkan berharap kalian terpisahkan selamanya. Lihat? Aku bisa berdoa buruk soalmu. 

Kamu ingat saat pernah kehilangannya? Aku bersyukur ia lenyap tanpa jejak. Padahal kamu terlihat merana tanpanya. Aku bersyukur berulang kali hingga berpikir Tuhan akhirnya mendengarkan keluhanku. Tetapi, tak selang beberapa lama kamu mendapatkan penggantinya. Dan kembali kamu memiliki duniamu sendiri. 

Aku hanya dapat bertanya-tanya. Apakah akan begini selamanya? Selanjutnya aku hanya bisa berkaca. Melihat diri. Dan perlahan menatap bayangan diri dan kamu dicermin. 

Malam ini langit sedikit mendung. Sebenarnya sudah sejak sore tadi. Tapi, awan tak jua meneteskan air matanya. Seakana ingin berkata, kalian kuat, untuk menyemangati kami. Mungkin ia turut berduka atas apa yang baru saja menimpa kota ini. Jalanan yang biasanya sangat padat jadi lenggang. Ah, aku jadi merindukan kebisingan kota ini. Terutama irama menjengkelkan klakson sepanjang perjalanan pulang di sore hari.

Beberapa hari lagi memasiki bulan puasa. Dan semakin mendekarti hari tersebut ada saja beberapa hal yang datang mengingatkan. Sudah sejauh mana kamu berbenah? Ya, setiap kejadian seperti berkata demikian kepadaku. Dan seketika, aku seperti terbentur dan memandang jalanan yang kutempuh. Memastikan dengan seksama peta yang ada ditangan. Sudah benarkah jalanku? Jika ya, semoga aku bisa memastikan tetap berada di jalur yang sama sampai tujuan. Jika ternyata salah, aku akan memutar mencari jalan. Mungkin, aku salah belok disuatu persimpangan.

Aku bertemu banyak orang setiap harinya. Bermacam-macam. Tetapi, mengapa mereka membahas hal yang sama? Apakah itu sebuah pertanda untukku? Ah, sudahlah. Biar Tuhan yang memperjelas keadaannya.

Newer Posts
Older Posts

Follow by Email

1Minggu1Cerita

1minggu1cerita

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan

LET’S BE FRIENDS

Blog archive

  • ►  2021 (18)
    • ►  February (4)
    • ►  January (14)
  • ►  2020 (53)
    • ►  December (17)
    • ►  November (10)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (7)
    • ►  April (2)
    • ►  March (3)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2019 (20)
    • ►  October (2)
    • ►  September (5)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ▼  2018 (63)
    • ►  December (1)
    • ►  November (12)
    • ►  October (5)
    • ►  September (4)
    • ►  August (1)
    • ►  July (3)
    • ►  June (8)
    • ▼  May (4)
      • Langit dan Kenangannya
      • Menukar Waktu
      • Duniamu dan Dia
      • Malam Ini
    • ►  April (6)
    • ►  March (7)
    • ►  February (8)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (15)
    • ►  December (6)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  August (1)
    • ►  June (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2016 (6)
    • ►  October (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2015 (22)
    • ►  November (3)
    • ►  October (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (6)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)

SUBSCRIBE NEWLETTER

recent posts

Created with by BeautyTemplates | Distributed by blogger templates