• Home
  • Travel
  • Review
    • Film
    • Book
  • Jurnal
    • Event
    • My Space
  • About

                        D e a     M e r i n a

“Don't be pushed around by the fears in your mind. Be led by the dreams in your heart.” ― Roy T. Bennett, The Light in the Heart

Powered by Blogger.



Seringkali aku bingung banget tiap kalo mau nulis soal sesuatu. Anggep aja butuh inspirasi. Eh tapi tetep aja bingung, gimana sih caranya cari inpirasi? Cari aja bingung gimana dapet?

Kala itu matahari tak segan-segan muncul. Dengan bahagianya ia menunjukkan semburat kemerahan pada penduduk bumi. Melihat bahagianya, aku pun tersenyum. Kalo jam segini, ia bisa jadi sosok yang hangat pada kami para makhluk bumi. Tapi kalo udah menuju pukul 12 siang, wah jangan berani-berani deh. Berkeringat kita dibuatnya. Pagi itu sambil menikmati suasana danau, aku buka instagram. Nggak sengaja nemu postingan temen soal #BloggerPerempaunNetwork. Aih, memang sudah namanya jodoh hihi. Karena kepo aku pun buka dan baca-baca. MENARIK NIH KAYAKNYA. Aku pun langsung ikutan challenge-nya. Aku baru tau kalo ada wadah blooger kayak gini. Kalo dari dulu tau kan bisa join dari kapanan.

Yang bikin seneng join sama #BloggerPerempuanNetwork itu soalnya bisa dapet temen sesama blogger. Paling seru ngepoin blog mereka satu-satu hihi. Jadi tau masing-masing blogger kegiatannya apa aja. Ada yang ibu-ibu rumah tangga, ada yang mahasiswi, ada pula yang pegawai kantoran tapi demen banget public speaking. Dari baca tulisan mereka aku juga belajar gimana cari nulis yang enak buat dibaca sama orang. Yaaa secara selama ini gaya bahasaku terlalu pas-pasan haha. Jadi makin termotivasi buat belajar lagi gitu deh hehe. Ah, seru deh pokoknya. Buat kamu para perempuan yang hobby ngoceh apapun itu marilah bergabung biar makin rame. Nggak ada syaratnya kok, Cuma kudu punya blog doang.

Kuy!





Dulu pas awal bikin blog aku bingung kira-kira kasih nama apa yang bagus. Aku sampe browsing nama yang dipake para blogger kebanyakan. Pengennya sih yang unuyu gitu. Yang unik. Tapi aku nggak mau pake namaku haha ribet yak. Aku pun mikir sesuatu yang mencerminkan aku banget. Waktu itu aku sempet berkaca lumayan lama. Padahal Cuma buat nentuin nama blog doang belum nentuin nama anak ntar #eh haha. Terus tetiba aku keinget kata-kata temenku, oh dea yang kacamataan itu?. Aku pun langsung ngetik dikolom nama.

Nah dari situlah asal muasal nama blog ini, Gadis Berbingkai. Soalnya aku pake kacamata hehe. Dan bingkai kacamataku waktu itu kotak. Sempet mau kasih nama gadis dalam kotak tapi kok enh ya. Yaudah deh berbingkai aja. Sebenernya ada sesuatu juga dibalik itu. Pssst, ini Cuma kalian aja yang tau ya hihi. Karena aku merasa  hidupku kala itu masihlah didalam kotak. Mungkin karena setir dari orang tua. Nggak berani keluar dari bingkai kotak yang sudah terbuat kokoh semenjak kecil. Yaaah, namanya juga anak perempuan satu-satunya hihi.

Tapi, itu dulu. Kini itu hanyalah sebuah nama. Semenjak beberapa tahun silam awal usia 20an, aku membobol kotak itu perlahan. Hingga aku terbebas. Yeay! Seneng? Iya dong. Merdeka? Jelas. Trus nama blognya ganti dong Gadis Merdeka? Haha nggak ding. Ogah ganti-ganti. Ini aja pewe banyak kenangannya #hujan.

Psst, tapi misal aku mau ganti nama, enaknya apa ya yang mencerminkan aku yang sekarang gitu? Ada ide? Siapa tau bosen hehe 



Tiap orang pasti punya selera beda-beda. Kalo makanan ada yang suka manis, asem, asin, rame rasanya (lho?). Sama kayak blog. Macem-macem mah temanya. Ada yang suka nulis travelling, curhat, romansa, opini, review, puisi, cerpen, parenting, dll. Kalo aku ditanya sukanya tema apa? Aku suka semua! Haha. Tapi kalo blogwalking lebih seringnya baca yang tentang travelling dan opini. Tergantung kebutuhan sih sebenernya. Kalo lagi mau pergi ya cari-cari review tempat tersebut. Macam itulah. Oh iya blog opini yang paling aku suka baaca itu blognya Kak Gita. Coba deh klik klik siapa tau cocok hihi.

Di blogku ini isinya juga nano-nano sih. Sepengennya nulis lah. Ada review film, review buku, curhat, opini, travelling, dst. Awalnya dulu bikin blog ini pengennya rapi 1 tema gitu, cerpen. Eh tapi nyatanya banyak buntunya cuy padahal pengen banget ngepost sesuatu gitu. Alhasil larinya kemana-mana deh. Kelar jalan-jalan tulis, kelar nonton tulis, kelar baca buku tulis, atau lagi sumpek juga ngetik ngetik hehe. Lebih seru sih biar nggak monoton gitu jadi isinya.

Apalagi ya? Udah deh itu dulu ya lagi pengen nikmatin hujan soalnya hihi. Btw kalo kamu sukanya baca tema apa?

#BloggerPerempuanNetwork




Sebelum tahun berganti, aku mau mewujudkan salah satu wishlist di 2018 ini, rutin nulis di blog. Yaaa kalian tahu sendiri kalo nggak dipaksa kadang kita nggak bakalan bisa konsisten hehe. Makanya aku ikutan challenge #BloggerPerempuanNetwork. Jadi, 30 hari kedepan aku bakalan (insyaAllah) rajin ngepost dengan beberapa tema yang udah ditentukan hihi. Lumayan enak sih kalo udah ada temanya nggak perlu bingung mikir. Dan, tema untuk hari ini adalah kenapa menulis di blog?

Bisa dibilang aku suka banget nulis udah dari kecil. Sejak dari kandungan, nggak ding dari sd hehe. Sebelum punya buku diary, aku nulis di buku tulis pelajaranaku yang paling belakang. Sampe suatu ketika aku diajak ke toko buku. Aku inget banget dulu paling suka kalo diajak ke toko buku. Dan waktu itu aku terpana sama satu buku pink yang ada gambar anjing lucu dan ada passwordnya buat buka. Aku langsung aja samber itu buku dan kasih ke mama.

Sesampainya dirumah aku nggak sabar buat menorehkan goresan tanganku disana. Sejak saat itu aku nulis di diary secara perdana. Semua hal yang aku alami aku tulis di buku itu. Puisi, cerpen, curhatan kesel sama temen dikelas, dimarahi ortu, berantem sama kakak adek, dst. Bahkan aku pernah juga nulis temen sekelasku berdasarkan absensi hehe. Pokoknya apapun aku tulis.

Aku lupa udah habis berapa buku sejak saat itu. Sampe waktu sma, aku kenalan sama blog. Waktu bikin blog aku senengnya bukan main. Berasa artis gitu ngepost tulisan dan dibaca banyak orang hehe. Awalnya aku nggak ngeshare hasil tulisanku karena mikir, palingan juga nggak ada yang baca. Sampe suatu ketika aku liat temenku nge-instastory tulisanku dengan komen yang bikin aku tersentuh. Lambat laun aku sadar, aku bisa melakukan sesuatu dengan menulis di blog. Apa guna aku menulis kalo nggak ada yang baca? Siapa tau berguna buat orang lain? Siapa tau pula bisa nemuin temen sepemikiran? Dan siapa tau yang lainnya.

Selain itu nulis di blog juga lebih leluasa. Mau panjang pendek terserah kita mah haha. Bebas. Kalo di ig kan jelek ya nulis panjang-panjang. Lagian fungsi platformnya juga bukan buat nulis. Twitter apalagi Cuma 160 karakter.

Naah, jadi gitu deh hehe. Semoga aja beneran bisa rutin sebulan nulis di blog.  




Menjadi seprang perempuan tidaklah mudah. Banyak hal yang harus dipikirkan dan diemban. Apalagi menyangkut agama. Di dalam agamaku, perempuan sangat dihargai. Dilindungi bak mahkota. Betapa tidak. Kami harus menutup seluruh bagian tubuh kami diluar rumah. Termasuk rambut yang notabenenya adalah daya tarik seorang perempuan. Hal ini dilakukan untuk menjaga diri si perempaun itu sendiri. Tidak ada keuntungan apapun di pihak lain. Hanya si perempuan itu.

Bukan hanya penampilan yang harus dijaga. Ada batasan tersendiri yang harus dilakukan. Menjaga jarak dengan lawan jenis misalnya. Aku salut kepada mereka yang mampu melakukan itu. Baik perempuan ataupun laki-laki. Pendapat beberapa orang memang berbeda-beda. Apalagi melihat situasi dan kondisi dari tempat tersebut. Misalnya di Saudi, mereka terbiasa dengan perilaku untuk tidak saling bersentuhan dengan lawan jenis. Sedangkan di Indonesia, kita terbiasa dengan adat sopan santun dan tata krama. Anggap saja mereka lebih menjunjung pancasila. Sehingga akan dianggap aneh untuk menerapkan perilaku itu di Indonesia. Kaum minoritas.

Sekali lagi, aku sangat amat salut kepada mereka yang berani memutuskan untuk berlaku seperti itu. Dimanapun. Kapanpun. Tanpa peduli apa yang dipikirkan orang lain. Mereka memegang teguh apa yang mereka yakini. Seandainya kita tahu dan paham, mungkin kita akan menghargai dengan apa yang mereka pilih. Bukannya menaikkan alis dan menancapkan label dengan hal-hal yang tak seharusnya. Setiap orang memiliki alasan yang dapat dipertanggung jawabkan oleh dirinya sendiri atas pilihan yang ia buat.

Sudah pernah lihat film Ayat-Ayat Cinta 2? Ada scene yang membuatku begidik dan menangis haru. Saat itu Aisyah pergi ke Palestina untuk menjadi relawan. Tanpa diduga ia tertangkap tentara Israel. Ia diseret tiga tentara itu ke penjara. Di penjara itu hanya ada wanita. Tak ada lelaki satu pun. Saat ia dimasukkan penjara, ia melihat tentara yang tadi membawanya membuka sel didepan selnya dan menyeret perempuan didalam sel itu. Tahu apa yang dilakukan tentara itu? Ya. Memperkosa perempuan itu. Melihat itu, Aisyah mencari cara bagaimana agar ia tidak bernasip sama dengan perempuan itu. Ia merusak wajahnya dengan menggosok-gosokkan wajahnya pada dinding sel yang berlubang. Ia juga melumuri tubuhnya dengan kotoran yang ia dapatkan dari closet. Ada satu hal lagi yang harus dijaga. Ia mencari-cari sesuatu yang dapat melindunginya. Ia menemukan pipa besi dan merusak bagian tubuhnya sendiri yang diinginkan oleh tentara itu. Seperti itu.

Aku tahu menuntut pengertian sangat susah. Bukan hanya disini. Dimanapun itu. Tetapi, bukannya lebih damai jika kita saling memahami dan menghargai pilihan orang lain? Perihal apapun itu.



Ibarat tanda baca, mungkin faseku kini disimbolkan dengan koma. Yang artinya jeda sejenak. Bukan berhenti. Mungkin selama ini aku terlalu banyak berucap. Aku ingin rehat sejenak dan mengambil jarak. Memandang dari kejauhan untuk tahu, apa ada yang salah?

Sedikit banyak aku akan mengoreksi. Emosi yang naik turun tak pasti. Aku sadar ada beberapa hal yang harus diperhati. Agar kemudian aku sanggup untuk berlari lagi. jika kau teliti, mungkin aku sering melakukan ini. Dalam wujud mencari jati diir. Aku tak butuh apresiasi yang aku butuh hanyalah diriku sendiri.



Jodoh adalah bagian dari takdir, kalo kata mbah gugel. Yap. Aku setuju sama statement ini. Orang yang ditakdirkan untuk bertemu dengan kita. Atau bisa juga tempat yang ditakdirkan untuk kita kunjungi. Kalo orang jawa bilang, jodohmu ketemu dia, jodohmu emang kerja disana, jodohmu sama rumah ini, dst.

Jodoh apa melulu soal lawan jenis? Nggak. Jodoh bisa juga soal temen. Misal, aku ditakdirkan untuk dateng ke suatu tempat. Ditempat itu aku dipertemukan dengan beberapa orang dengan karakter yang berbeda-beda. Si A yang manja nan cerewet, si B yang angkuh nan keras kepala, si C yang diem, si D yang supel, dan si beberapa variasi manusia yang lain.

Tentunya dalam kurun wantu tertentu dalam ‘perjodohan’ ini pasti ada maksud dan tujuannya. Dari si A yang manja dan cerewet, kita bisa belajar gimana caranya ngehandle orang yang manja. Nambahin skill kesabaran. Bisa juga kita copy buat belajar cara dia berkomunikasi sama orang lain hihi. Karena mungkin menurut Allah skill komunikasi kita masih kurang. Nah, terus dari si B kita juga bisa belajar gimana caranya ngehandle orang yang angkuh. Dan lagi-lagi kesabaran yang diuji. Barangkali satu dua kali pernah direndahkan. It’s okay. Mungkin Allah pengen kita lebih bisa rendah hati sekaligus tegas. Kalo sama si C yang diem, kita bisa belajar ada saatnya kita diem dan menjadi jembatan antara satu dan yang lainnya. Begitupula sama si D, kita bisa ambil ilmu komunikasinya juga.

Tapi, terkadang yang bikin aku bingung adalah jangka waktu dalam ‘perjodohan’ ini. Apa iya kalo aku udah ngerasa nggak sreg itu artinya aku udah nggak jodoh lagi sama mereka? Atau itu tanda ujian buat aku? Anggep aja mid test. Kalo aku bisa lewatin berarti ada nilai plus yang aku dapet atau kalo aku nyerah gitu aja itu tandanya aku kalah. Semoga aja kita semua bisa peka sama tanda-tanda yang dikasih Allah.





Pagi ini suasananya mendung. Membuatku untuk enggan segera beranjak beraktivitas. Sekelebat pemikiran tiba-tiba muncul.

“kalo aku nggak kayak gini, kira-kira orang lain akan memperlakukan aku sama nggak ya?”

Sebenernya, kalo boleh jujur. Sering banget kalimat diatas terlintas. Kadang aku mikir, mungkin ada sesuatu yang membuat orang lain untuk bertahan disekeliling kita. Entah itu yang nampak (fisik) atau nggak (inner beauty).

Sepuluh menit. Gimana kalo aku? Kira-kira apa ya yang bikin orang lain ada di sekelilingku? Kalo misalnya aku nggak jilbaban apa orang-orang itu bakalan tetep ada di sampingku? Kalo aku pendek, apa mereka masih mau temenan sama aku? Kalo aku suka marah-marah, apa orang-orang ini bakalan tetep bertahan di sekelilingku?

Tujuh menit. Aku harap sih apa yang orang-orang sekelilingku pilih untuk bertahan disekelilingku bukan karna sesuatu yang nampak. Kadang aku ngerasa nggak adil. Aku nggak terima kalo ada orang yang pilih-pilih komunikasi karena fisik belaka. Itu memuakkan. Harusnya, kamu memilih untuk mau berkomunikasi dengan seseorang, karena kemampuan komunikasinya termasuk isi percakapan itu.

Empat menit. Karena seringkali hal itu menyulitkan. Membuat aku menimbang-nimbang. Apa dia benar-benar ingin berada disekelilingku? Atau hanya ingin mendapatkan sesuatu? Apakah wajar aku berpikir seperti? aku hanya ingin mendapatkan keikhlasan dari orang-orang disekelilingku. itu saja. 

Baiklah. Waktuku sudah habis. Dan aku harus segera beranjak untuk bersiap. 




Lagi-lagi perasaan itu muncul ke permukaan. Selayaknya orang terpenjara, bahkan untuk bernafas lega pun aku tak bisa. Sesak yang ada. Dan lagi-lagi, keraguan itu muncul. Menghampiri hati. Mungkin, ini konspirasi yang dilakukan hati dan logika terhadapku. Tinggalkan! Begitu kata hati. Tapi, tak sepenuhnya. Nyatanya ada sebagian kecil hati yang ingin untuk tetap tinggal. Perlahan otak pun ikut bersuara. Tidak kah kamu ingat berapa waktu yang kau punya? Aku tak sanggup untuk menjawab. Otak menjabarkan panjang lebar waktu yang tlah kutempuh dan kira-kira sisa waktu yang aku punya. Ia juga mengingatkan untuk tak melakukan hal yang sama seperti yang tlah aku lakukan di masa lampau.

Mengenai asa. Aku bahkan tak berani untuk sekedar bermimpi. Bayang-bayang hitam itu selalu saja menghampiri. Setiap kali aku ingin untuk melangkah menggapainya, bayangan itu selalu saja muncul. Segores senyum yang selalu ingin aku ukir diwajahnya. Bahkan, mungkin menjadi alasan aku untuk tetap bertahan. Antara cita dan realita. Selalu ada hati yang dikorbankan.




Finally surabaya hujaaannn! Hehe setelah sekian lama menunggu hujan. Baru hari ini aku ngerasain hujan padahal yang di daerah timur udah pada hujan dari kemaren. Ngomong-ngomong hujan, aku lagi pengen cerita sesuatu. Jadi tadi lagi iseng buka askfm, eh dapet pertanyaan.

“gimana sih cara move on?”

Hmmmmm. Hujan dan move on.Haha cocoklah ya #apaansih.

Oh iya btw, maap maap aja yak kalo beberapa postingan bakalan random nggak jelas gitu. Soalnya lagi capek serius hehe. Pusyang pala aing. Lagi pengen santai aja hehe. Hidup jangan terlalu diseriusin, katanya.

Aku mau berbagi sedikit rasa.

Dulu, waktu baru awal-awal putus, emang rasanya bener-bener susah banget. Yaaa selayaknya orang putuslah. Galau mulu bawaannya. Sedih pula kalo ditanyain soal si dia. Karena ngerasa capek sedih terus, tetiba aku kayak orang kesamber petir yang langsung terpeletik semangatku. Aku nggak bisa kayak gini terus, aku harus membuka diri, semacam itulah. Begitu keesokan harinya aku bener-bener membuka diri untuk bersosialisasi dengan siapapun. Termasuk ke orang yang bahkan nggak pernah aku ajak ngobrol sekalipun sebelumnya. Karena aku sadar kalo selama ini aku terlalu menutup diri, membatasi dengan beberapa hal dan orang. Mungkin, karena ada yang harus dijaga.

Dan seketika aku merasa hidup kembali. Tersadarkan kalo nyatanya aku pun bisa tanpa dia. Aku merasa bebas untuk berbincang dengan siapapun tanpa menjaga perasaan siapapun. Karena toh aku hanya ingin berteman, tidak lebih. Menambah relasi bukannya penting? Kesana kemari pun aku juga bebas nggak harus ngabarin siapapun (kecuali ortu ya). Rasanya itu bener-bener kayak bebas sebebas-bebasnya deh hehe #lebaydeh. Selain memperbaiki kehidupan sosial, aku juga berusaha untuk menambah wawasan, dengan berorganisasi. Aku mulai ikut organisasi ini dan itu. Mencari-cari mana yang sekiranya cocok untukku. Menyibukkan diri dari pagi hingga malam. Sungguh menyenangkan. Aku bertemu dengan orang baru, menambah wawasan baru, dan yang terpenting aku seolah menemukan hidupku kembali. Maksud hati sih biar nggak bengong dan ujung-ujungnya keinget doi gitu deh. Anggep aja hari-hariku sangat produktif saat itu haha.

Lama-kelamaan aku hidup seperti robot. Yang kalo bisa dibilang nggak ada capeknya. Keluar pagi sampe malam. Rapat ini, ngurus itu, dateng ke acara ini itu. Karena emang berniat menyibukkan diri. Hingga pada akhirnya aku sadar, aku terlalu memaksakan diri. Sesuatu yang dipaksakan emang nggak akan baik. Aku malah makin sakit dan nggak terima dan mempertanyakan banyak hal. Sampe-sampe aku berada di titik, aku capek. Aku pun berhenti sejenak. Menenangkan diri.

Hingga aku memutuskan untuk membiarkan perasaan itu. Aku tidak lagi memaksa otak dan hatiku untuk melupakan. Aku bener-bener ngebiarin gitu aja. Kalo lagi keinget yaudah inget aja. Pasrah mah. Terserah sama Yang Diatas mau gimanain. Karena setahuku Tuhan sangat mudah membolak balikkan hati manusia.

Jadi, jawaban dari pertanyaan diatas adalah, emang sih menyibukkan diri itu bisa bikin lupa perasaan. Tapi, kayaknya itu nggak akan bertahan lama (bagiku, entah yang lain hehe). Kalo kalian mau nyoba dulu ya gpp sih, toh tiap orang beda-beda hehe. Kalo bisa ya selesaiin dulu baik-baik sampe bener-bener jelas dikedua pihak. Kalo aku sih lebih milih untuk ngebiarin perasaan itu sampe bener-bener flat gitu. Kalo emang udah waktunya toh bakalan ilang sendiri. Biar Allah yang ngatur. Dan, jangan takut galau, kadang kita dapet banyak inspirasi waktu galau. Yang suka nulis, bisa deh salurin semua emosi kamu jadi bahan cerita. Yang suka bikin puisi, jadiin kenangan lalu bait-bait puitis yang indah. Nah, bisa deh kalian ikutin lomba sekalian gitu biar si doi tau #eeh haha. Atau bisa juga buat lagu nih. Gitu deh. Galau itu nggak melulu negatif kok. Jadi, nikmatin aja hehe.

*** 

Pagi itu langit sedang kelabu. Ragu antara hujan atau cerah jadilah sendu. Kamu menungguku diteras kampus. Aku menaggih janjimu untuk mengajakku ke suatu tempat. Seperti biasa aku sangat excited. Sepanjang perjalanan pun aku bersenandung. Lagu apapun yang muncul di kepalaku aku nyanyikan begitu saja. Ditengah keasikkanku kamu bertanya, hafal ayat kursi?, katamu sambil tetap fokus pada jalanan didepan. Aku pun menggeleng dan tetap melanjutkan senandungku.

“Hati-hati lho, jalanan disini itu sepi, rawan banget. Gimana kalo lagumu diganti ayat kursi aja?”  Katamu membuatku begidik melihat sekitar. Seketika aku pun membuka handphone dan mulai menghafalkan ayat kursi.

Sesampainya dilokasi, ditengah ketakjubanku melihat keindahakn yang ditawarkan alam, kamu bertanya lagi, udah hafal?, yang kujawab dengan anggukan mantap dan melafadkannya.

***

PS : buat orang bersangkutan kalo baca tulisan ini, thanks a lot ya hehe. Semoga ini jadi amal jariyahmu ke aku. InsyaAllah.




Dulu, image pengajian biasanya di identikkan dengan para ibu-ibu atau bapak-bapak yang lagi kumpul di masjid. Tema yang dibahas pun cenderung kaku dan berat. Trus, ust atau usthnya kebanyakan yang udah berumur. Pakaian yang dikenakan juga pakaian dinas ala ust/usth yang lagi ceramah. Nggak menarik banget deh pokoknya buat anak muda. Serius banget.

Tapi, beberapa tahun belakangan image itu berubah drastis. Kalo diperhatiin sekarang masjid-masjid dipenuhi oleh kawula muda. Alhamdulillah suatu kemajuan. Title yang melekat pada mereka adalah pemuda hijrah.

Apasih yang bikin pemuda-pemudi tertarik untuk ikut kajian?

Jomblo. Jodoh. Dua pembahasan ini yang menarik para jomblowan jomblowati mencari jodoh. Hmm, aku rasa sih emang tepat sasaran. Mungkin karena kebanyakan populasi di era ini adalah usia produktif alias 20tahunan keatas. Entah kenapa dan gimana asal usulnya, jaman sekarang orang dengan status jomblo itu digambarkan seolah adalah orang yang hidupnya paling menyedihkan didunia ini. Sampe ledek-ledekan. Bahkan, 80% guyonan meme lokal dan internasional adalah perihal kejombloan. Padahal, ya nggak gitu-gitu amat.

Sampe-sampe hampir semua kajian pemuda hijrah bertemakan kedua hal tersebut. Kalo nggak perihal move on ya gimana caranya dapet jodoh cepet atau kajian pranikah. Semuanya serba jodoh, jodoh, dan jodoh. Kayak gini,

A             : Mau kemana?
B             : Pengajian
A             : Cieehh, kajian pranikah yaaa / Cieehh, kajian move on yaaa

Dan lama-lama aku pun mulai (maaf) eneg. Kayak, men kenapa sih kudu hal itu mulu yang dibahas? Emang nggak ada hal lain yang bisa dijadiin topik? Toh hidup kita ini bukan melulu soal hati merah jambu. Dan hijrah itu juga bukan melulu soal jodoh. orang hijrah itu orang yang ingin memperbaiki diri. Buat siapa? Jodohnya? Bukan! Ya buat dirinya sendirilah. Ngapain berubah buat orang lain.

Lambat laun, aku sempet baca di ig perihal mereka yang (mungkin) kesel juga dengan kedua pembahasan ini. Aih, ramenya. Dari yang halus sampe kasar ada. Macam-macam lah netijen kita ini.
Karena kepo, aku pun iseng browsing dan nemu artikel yang cukup menjelaskan latar belakang digemborkannya kajian pemuda hijrah secara garis besar.

Siapa sasaran kajian? Anak muda mulai usia awal 20tahun terutama yang jomblo.

Kenapa kudu yang jomblo? Soalnya mereka ini rentan dan gampang baper. Ada yang masih labil pula. Bisa-bisa jatuhnya ke hal-hal negatif kalo nggak mampu nahan ejekan ataupun syahwat.

Terus tujuannya? Menjauhkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti tindak kriminal (pelecehan seksual dll), hamil diluar nikah, tingginya tingkat aborsi, dst. Lalu, menancapkan iman dihati mereka. Biar nggak galau mulu. Nggak kosong hatinya Cuma gegara nggak ada pasangan.

Solusinya? Menikahlah bagi yang mampu dan siap. Bukan berarti semua pemuda kudu segera menikah.

Intinya, hijrah itu bukan melulu soal mencari jodoh, mengejar jodoh, atau apapun lah itu soal jodoh. Tapi, fase memperbaiki diri untuk kehidupan yang lebih baik. Untuk menjadi pribadi yang pada awalnya nggak tahu jadi tahu. Yang awalnya nyasar jadi on track. Dan yang paling penting memperbaiki doktrin-doktri yang selama ini melekat tanpa tahu pembenarannya.

Jadi, nggak semua orang yang hijrah itu ngebet nikah.




Meningitis atau radang selaput otak merupakan virus menular yang rentan dijumpai saat kita berkumpul dengan orang lain. Terutama dengan mereka yang berasal dari daerah endemic seperti afrika. Jadi, amannya kalo mau pergi-pergi suntik vaksin dulu biar aman. Pergi sehat, balik juga sehat.

Nah, kali ini aku mau cerita gimana prosedur suntik vaksin meningitis di Juanda, Surabaya.



Pertama.

Kalian harus isi formulir di web Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP). Nah, setelah kalian buka webnya perhatiin jadwal pelayanan yang tertera beserta lokasi yang menyediakan. Karena di Surabaya ada 2 tempat, yaitu di Juanda dan Perak, aku lebih milih di Junda karena emang lebih deket. Kalo udah pilih daftar. Oh iya, sebenernya bisa juga sih kalian langsung dateng gitu tanpa daftar online, tapi bakalan antri lama banget hehe. Jadi ya lebih baik daftar online aja.


Kedua.

Isi formulir yang disediakan. Pilih juga lokasi tujuan pelayanan. Biasanya bakalan tertera kuota tersisa berapa. Karena tujuannya antrian online ini, ya biar orang tau dia masih bisa daftar apa nggak. Biar kehadirannya nggak sia sia gitu hehe. Jangan lupa scan passpport kalian. Kalo udah ngisi formulir online klik submit. Kalian bakalan dikasih salinan dari formulir yang kalian isi tadi. Jangan lupa di print ya. Disitu juga tertera jam berapa kalian harus dateng.

Ketiga.

Sebelum berangkat, jangan lupa bawa passport asli dan fotokopi 1x. Sampai di lokasi datengin meja informasi dan ambil antrian. Jangan lupa bilang juga kalo kamu udah isi formulir online. Disini kamu bakalan dapet formulir kecil satu lembar yang harus diisi. Kalo kamu antrian biasa (bukan online) kamu bakalan kudu ngisi beberapa lembar formulir.

Keempat.

Duduk manis nunggu dipanggil. Tadi aku dateng sekitaran jam 9an dan dapet antrian nomor 100. Waktu aku dateng, antrian yang di panggil baru nomor 48. Karena laper aku pun makan dulu di warung sebelah hehe. Sekitaran setengah jam aku balik lagi. Lima menit kemudian aku dipanggil. Cepet juga, batinku.

Kelima.

Serahkan berkas-berkas yang diperlukan. Disini kamu bakalan ditanyain ada alergi obat atau nggak, trus alergi makanan apa, sudah menikah atau belum (buat yang baperan jangan baper ya haha), masih haid apa nggak (buat yang berumur), dll. Terus nunggu lagi deh buat dipanggil untuk bayar. Biaya suntik 305.000 untuk 1 orang.

Keenam.  

Setelah bayar, kalian nunggu di panggil lagi buat suntik. Nggak lama sih sekitar 10 menit. Dan usahain kalian duduk dideket pintu ruangan suntiknya ya. Soalnya mbak-mbaknya ini kalo manggil nggak pake pengeras suara, dan suasananya berisiiik banget. Entah ya aku sampe mikir, di luar negeri juga begini nggak sih suasannya? Ini apa gegara kebanyakan penghuni ruangannya ibu-ibu ya maka berisik betul.

Ketujuh.

Disuntik deh hehe. Btw, jangan lupa buat pake baju yang nyaman biar waktu suntik nggak ribet. Aku saranin sih pake baju yang ada kancing depannya a.k.a kemeja soalnya suntiknya dilengan kiri. Suntiknya nggak sakit kok Cuma celikit. Haha akunya aja yang takut jarum. Dulu waktu nganterin adek imuniasis aja aku yang begidik nutup mata.

Kedelapan.

Tanda tangan di buku kuning terus pulang deh.

Pelayanannya enak kok yang di juanda. Cepet pula nggak perlu nunggu lama. Tapi kalo mau lebih cepet lagi, dateng pagi banget aja jam 8. Dijamin nggak pake nunggu.

Nah, gitu deh cerita hari ini. Sekian.


Newer Posts
Older Posts

Follow by Email

1Minggu1Cerita

1minggu1cerita

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan

LET’S BE FRIENDS

Blog archive

  • ►  2021 (17)
    • ►  February (3)
    • ►  January (14)
  • ►  2020 (53)
    • ►  December (17)
    • ►  November (10)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (7)
    • ►  April (2)
    • ►  March (3)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2019 (20)
    • ►  October (2)
    • ►  September (5)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ▼  2018 (63)
    • ►  December (1)
    • ▼  November (12)
      • Gabung Blogger Ketje
      • Kenapa Gadis Berbingkai?
      • Nano-Nano Blog
      • Kenapa Menulis di Blog?
      • Perempuan
      • Koma
      • Perjodohan
      • Lima Belas Menit
      • Terpenjara
      • Move On?
      • Hijrah Itu Bukan Melulu Soal Jodoh
      • Vaksin Meningitis
    • ►  October (5)
    • ►  September (4)
    • ►  August (1)
    • ►  July (3)
    • ►  June (8)
    • ►  May (4)
    • ►  April (6)
    • ►  March (7)
    • ►  February (8)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (15)
    • ►  December (6)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  August (1)
    • ►  June (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2016 (6)
    • ►  October (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2015 (22)
    • ►  November (3)
    • ►  October (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (6)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)

SUBSCRIBE NEWLETTER

recent posts

Created with by BeautyTemplates | Distributed by blogger templates