• Home
  • Travel
  • Review
    • Film
    • Book
  • Jurnal
    • Event
    • My Space
  • About

                        D e a     M e r i n a

“Don't be pushed around by the fears in your mind. Be led by the dreams in your heart.” ― Roy T. Bennett, The Light in the Heart

Powered by Blogger.


Judul : A Separation

Genre : Drama

Release         : 2011

Actor : Leila Hatami, Payman Maadi

Director         : Asghar Farhadi

Duration      : 120 minutes


Semua orang selalu berharap pernikahan membawa mereka dalam kebahagiaan. Tetapi, yang namanya hidup memang tidak menjanjikan akan selalu baik-baik saja. Seperti yang diamali oleh pasangan suami istri berkebangsaan Iran, Nader (Payman Maadi) dan Simin (Leila Hatami). Mereka memutuskan untuk bercerai karena merasa tak lagi bisa sejalan. Simin ingin ke luar negeri agar Termeh, anak perempuannya, bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Sedangkan sang suami, tidak bisa meninggalkan ayahnya yang mengidap penyakit alzheimer sendirian. Tetapi, pengadilan tentu tidak semudah itu mengijinkan perceraian dan meminta mereka untuk berdiskusi mencari solusi terbaik. 


Karena ditolak pengadilan, Simin pun memutuskan untuk tinggal di rumah orangtuanya sementara. Ia berkata kepada anaknya, ini tak akan lama. Tapi, Termeh tentu saja tidak semudah itu percaya. Meski ia masih berumur 14 tahun, ia mengerti situasi dalam keluarganya. 


Termeh tinggal dengan ayah dan kakeknya. Semenjak ibunya pergi, karena ayahnya harus bekerja dan Termeh sendiri harus sekolah, tak ada yang menjaga kakeknya. Ayahnya mempekerjakan seorang asisten rumah tangga untuk mengurus rumah dan juga mengurus kakeknya selama ayahnya dan Termeh tidak di ruamah. 


Razieh, asisten rumah tangga Termeh, merupakan seorang muslim yang taat. Awalnya ia berpikir kalau ini adalah pekerjaan yang cukup mudah. Hanya membersihkan rumah, kan? Tetapi, Razieh menjadi ragu saat ia harus mengantarkan kakek Termeh ke kamar mandi untuk berganti pakaian karena ia mengompol. Razieh yang kebingungan akhirnya bertanya kepada salah seorang ulama yang ia percaya. Ia menjelaskan kondisinya di rumah tidak ada seorang pun dan kondisi kakek yang tak berdaya mengurus dirinya sendiri. 


“Kalau ia sudah lanjut usia dan tak mampu mengurus dirinya sendiri, kau bisa membantunya berganti pakaian. Itu tidak akan berdosa. Ia mengidap penyakit alzheimer bukan?”


Razieh pun akhirnya membantu kakek untuk berganti pakaian meski risih dan takut berdosa. Apalagi kalau sampai suaminya tahu ia akan dimarahi habis-habisan. Bahkan, untuk datang bekerja kemari saja ia tak meminta ijin suaminya karena takut dilarang. Razieh hanya ingin membantu ekonomi keluarga karena kondisi mereka saat ini sedang sulit. Suaminya baru saja dipecat dan belum juga mendapatkan pekerjaan. 


Setelah kejadian itu, Razieh memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan itu. Ia merekomendasikan suaminya kepada Nader. Dengan syarat, Nader tak boleh mengatakan pada suaminya kalau ia pernah bekerja dengan Nader sebagai asisten rumah tangga. Sayangnya, saat hari yang dijanjikan suami Razieh tak bisa hadir dan Raziehlah yang menggantikan suaminya. Ia pun bekerja seperti biasa. 


Saat Razieh sedang membereskan rumah, ia meminta anaknya untuk membuang sampah. Tetapi, sampah itu malah berceceran di tangga dan membuatnya lebih berantakan. Saat Razieh membersihkan tangga, anaknya mengatakan kalau kakek itu tidak ada di kamarnya. Razieh mencari kakek di seluruh sudut rumah. Ia panik karena tak menemukannya. Ia pun mencarinya di luar dan melihat kakek sedang tertatih berjalan membeli koran. 


Termeh dan ayahnya sampai di rumah. Termeh terkejut karena melihat kakeknya pingsan di lantai dengan tangan terikat di dipan kasur. Ayahnya panik dan marah karena tak menemukan Razieh dan anaknya di rumah, padahal ini masih waktu bekerja. Untungnya, sang kakek masih bisa terselamatkan. Meskipun begitu Nader marah bukan main. Saat Razieh datang dan mengatakan ia keluar sebentar untuk urusan mendadak, ia langsung marah dan mengusir Razieh dari rumahnya. Kemarahannya semakin jadi saat ia tahu uangnya yang ia simpan di laci hilang. 


Kondisi Nader yang dalam keadaan marah membuatnya tak bisa menahan diri hingga ia mendorong Razieh dan terjatuh di latai tangga. Meski berkali-kali Razieh mengatakan kalau ia tidak mencuri, Nader tetap tak mempercayainya. 


Setelah kejadian itu, Simin menelpon anaknya dan meminta suaminya untuk datang menemuinya. Simin bertanya kepada Nader kejadian yang sebenarnya, karena Razieh merupakan adik dari kenalannya. Nader terkejut saat Simin berkata Razieh masuk rumah sakit dan bertanya padanya, 


“Apakah kau tahu kalau Razieh sedang hamil?”


Film ini menceritakan isu keluarga yang sering terjadi. Keegoisan masing-masing. Istrinya pengen banget ‘memiliki hidup yang lebih baik’ dengan merantau. Sedangkan suaminya nggak bisa meninggalkan ayahnya. Ia ingin berbakti hingga akhir hayatnya. Nah, kalau sudah begini yang jadi korban jelas anaknya. Meskipun nggak ingin memilih, ia tetap harus memilih. 


Hilangnya peran ibu di rumah, membuat masalah datang satu per satu. Nggak ada yang merawat ayah Nader dan nggak ada yang beresin rumah karena Nader harus kerja. Mau nggak mau harus cari asisten rumah tangga. Dan saya yakin cari asisten rumah tangga yang cocok dan amanah itu juga nggak gampang. Setelahnya, eh muncullah konflik Razieh keguguran yang bikin suaminya sedih. Lantas berubah marah saat ia tahu yang bikin Razieh keguguran adalah Nader. Konflik pun merembet ke ranah hukum. Nader membela diri, meski ia mendorong Razieh ia yakin bukan itu yang membuat Razieh keguguran. Terlebih Nader mengaku kalau ia bahkan nggak tahu kalau Razieh hamil. 


Sampai akhirnya Razieh ketakutan menerima uang damai dari Nader, ia mengaku kalau ia keguguran saat menyebrang jalan mencari ayah Nader. Yap. saat Razieh meninggalkan rumah dan mengikat ayah Nader di ranjang agar nggak kemana-mana, Razieh ke dokter kandungan. 


Dari film ini saya jadi semakin yakin, saat akan menikah semuanya harus di komunikasikan. Menurut saya, seharusnya mereka merencanakan kehidupan mereka sebelum menikah. Yaa, meski bisa aja sih di tengah perjalanan mereka berubah pikiran. 


Kalau di agama saya, islam, perceraian itu hal yang paling dibenci sama Allah. Tapi, terkadang itu satu-satunya jalan keluar yang baik bagi keduanya. Setelah sebelumnya keduanya usaha mencari solusi lain tentunya. Saya nggak bisa komen banyak soal pernikahan sebagai pasangan karena saya belum menikah. Tapi, saya bisa sedikit berkomentar peran anak yang jadi korban karena saya merasakannya juga. 





Bagi saya, anak bakalan jadi korban. Meski terkadang, bakalan ada kelegaan hatinya karena ia nggak bakalan lagi tertekan melihat orangtuanya beradu argumen. Tapi, saat mengalaminya, itu bakalan jadi titik balik sang anak. Entah berubah menjadi semakin dewasa atau malah tenggelam dalam keadaan depresi. Kehilangan sosok salah satu orangtua juga bikin ia kebingungan. Anggep aja misalnya ia tinggal dengan ibunya, ia bakalan lupa peran ayah. Karena yang ia lihat adalah ibu yang merangkap jadi ayah. Pribadi anak pun perlahan bisa berubah.


Over all, film ini cukup bagus. Sangat rekomen untuk ditonton. Buat yang mengalami hal yang sama, semoga makin kuat dan ingat kalau kalian nggak sendirian. Buat yang merasakan keharmonisan keluarga sampai sekarang, film ini bisa jadi bahan pembelajaran untuk lebih memahami orang lain dengan kondisi tersebut. Karena kita nggak pernah ingin mengalami hal itu. 


Sekiyaaannnn~ 


P.S: kira-kira next review film apa ya? Sudah nonton Midsommar?




Setelah sekian lama membeku di Surabaya (eh, padahal Surabaya panas membara ya haha), akhirnya weekend kemarin (24/10) saya memberanikan diri buat ke luar kota. Yah, nggak jauh-jauh sih Malang aja yang penting bisa liat hijau-hijau saya udah bahagia~


Seperti biasa, saya ke Malang naik kereta. Sejujurnya kangeeeen banget sama suasana keretaaa. Alhamdulillah kemarin terobati. Nah, saya pesen tikenya lewat aplikasi KAI Acess nih. Jaman sekarang udah enak banget ya, semuanya serba bisa dilakuin di rumah. Tinggal klik-klik aja kelar. Bayarnya, pake apalagi kalau bukan pake LinkAja. 


Saya tuh suka banget pake aplikasi dompet elektronik satu ini. Meski bisa di bilang nggak semuanya pake kayak Ovo, Shopee Pay, GoPay, dan pay pay lainnya. Bedanya apa? Bedanya LinkAja ini bisa bikin saya lebih hemat ngontrol pengeluaran soalnya kerjasama sama merchant makanannya nggak banyak haha. Saya pake LinkAja cuma buat beli bensin, tiket kereta api, dan pulsa. Jadi sebulan saya bisa kontrol pengeluaran bensin, pertiketan (kalau keluar), dan pulsa berapa tiap bulannya. Kalau Ovo dll mah buat jajan doang, dan kebetulan saya nggak begitu suka jajan gitu sih jadi cuma pake LinkAja. Btw, ini jujur sih bukan promosi. 


Saya milih keberangkatan jam 07.35 dengan kereta Penataran Dhoho (kelas ekonomi). Biar nanti sampai di Malang nggak siang-siang amat, jam 10.04. Harga tiketnya masih sama Rp12.000. Dari rumah saya berangkat pakai motor dan di parkir di Stasiun Wonokromo. Karna saya buru-buru dan takut ketinggalan kereta jadi nggak sempet pesen Gojek. 


Sesampainnya di stasiun saya langsung masuk ruang tunggu. Karena ini perjalanan jarak pendek alias lokal jadi nggak pakai rapid test. Khasnya Stasiun Wonokromo ini adalah adanya sekelompok orang yang nyanyi gitu ala-ala band. Yang nyanyi tuh ada 2, mbak yang satu tuh enak banget suaranyaa. Mbaknya ini juga bukan sekadar nyanyi, tapi kalau ada kereta datang mbaknya juga bantu infoin daaaan suaranya itu kayak mbak-mbak voice over gitu deh. Asli, bagus sih suaranya. Intonasinya juga dapeet. Saya beberapa nyobain voice over nggak bisa sebagus ituuu haha. 


Ekpektasi saya, bangkunya penumpangnya bakalan dikasih jarak. Alias satu-satu gitu. Eh, ternyata saya salah dong. Bangku penumpangnya diisi kayak biasa. Saya sebelahan sama ibu-ibu dan di depan saya ada anak sma yang rame banget. Ini dia nih yang saya kangenin kalo naik kereta ekonomi. Dengerin cerita yang unik-unik. Selama perjalanan saya cukup terhibur dengerin 2 remaja sma di depan saya cerita banyak hal. Mulai dari pacarnya, pengalaman mistis camping di salah satu pantai di Malang, dll. 


Saya turun di Stasiun Singosari dan dijemput teman saya. Selain pengen liat yang hijau-hijau, alasan saya ke Malang adalah pengen beli kaktus dan tumbuhan lainnya haha. Iya sih, di Kayoon Surabaya ada tapi kan beda feel-nya nggak bisa naik kereta haha. Dari stasiun, kami langsung cari kaktus. Kami ke Jalan Bukit Berbunga arah Selecta. Sebenernya di jalan besar itu banyak banget yang jual di kanan kiri jalan. Mulai dari tanaman hias sampai yang dun-daunan segar. Tapi, kami lebih suka beli yang langsung dari petaninya di Pasar Sidomulyo. 





Kebetulan teman saya ini nggak begitu tahu lokasi pasar ini. Dan saya sendiri meski pernah kesitu tapi lupa karena udah lama banget hehe. Alhasil kami muter-muter masuk dari gang ke gang. Sampai-sampai saya harus liat archive story Instagram soalnya saya pernah bikin story waktu kesana haha. Tapi, sayang banget hasilnya nihil. Saya juga menjelajah history saya di maps yang berujung….nggak nemu. Setelah sekitar 2 jam kami keliling dan nggak nemu tempat yang dulu saya datengin bareng adek saya, kami pun salat dulu. Untungnya di situ banyak banget masjid. Setelah salat, kami coba cari lagi.


“Oke, kali ini terakhir deh kita cobain jalan yang sebelah sana. Kalo nggak ada, yaudaahhh aku nyerah. Beli di kios yang ada aja,” kata saya ke teman saya karena rada nggak enak juga sih sama dia hehe. 


Emang yang namanya kerja keras itu nggak akan menghianati hasil, setelah salat pula. Kami nemu tempatnya! Bahagiaaa~ akhirnya kami pun lompat dari satu tempat ke tempat yang lain. Enaknya di tempat ini adalah kita bisa parkir dan jalan kaki keliling kios gitu. Pilihannya juga beragam makanya saya prefer di tempat ini. Akhirnya saya pun bawa beli Kaktus Lidah Buaya alias Haworthia Attenuata (Rp20.000) dan Jewel Orchid (Rp20.000). Oh ya, saya juga beli biji Bunga Matahari (Rp10.000). Harganya memang lagi naik karena lagi pandemi, demand-nya juga naik. Kalau dulu sih sebelum pandemi harganya mulai dari Rp5.000. 




Udah ke Malang, rasanya nggak afdal kalau nggak ke Alun-Alun Malang yakan? Kami pun akhirnya mampir sebentar ke Alun-Alun Malang. Ternyata pandemi gini rame juga ya. Rame banget malah. Yasudahlah, asal bisa jaga diri masing-masing. Setelah salat di masjid sebrang alun-alun, kami berburu makanan. Laper juga cuy gegara keliling cari Pasar Sidomulyo haha. 


Sejujurnya, saya belum pernah makan ketan susu yang terkenal sampe antri-antri ituu dan pengen banget cobain. Tapi, sayangnya belum buka. Atau tutup sementara saya juga nggak tahu. Akhirnya kami pun jajan sempol dan telur gulu. Pas keliling, eh ada kedai ketan susu yang rada kekinian. Yaudah deh cobain aja siapa tahu cocok rasanya yakan. 


Ternyata biasa aja sih rasanya. Nama kedainya Ketan Susu Pak Yan. service-nya lama banget deh. Selain jual ketan susu dengan berbagai macam topping, kedai ini juga jual snack dan mie instant. Minumannya juga sejenis yang susu gitu. Over all, biasa aja sih. Tapi, tempatnya emang lumayan menarik. Kekinian. Harga ketannya mulai dari Rp8.000.


Setelahnya kami naik bianglala hehe. Saya suka banget naik wahana ini. Harga tiketnya Rp5.000 dengan 1x putaran slow. Sayangnya, waktu itu sore dan mendung jadi nggak seberapa bisa liat lampu-lampunya hehe. Tapi, tetep seneng sih. Setelah kami naik, antriannya panjang juga. Nggak bayangin kalau malam gimana ya? Kayaknya meski cuma bianglala yang sederhana ini tetep menarik wisatawan sih (kayaknya orang lokal juga). Selain bianglala, di alun-alun ini ada juga komidi putar (Merry Go-Round) dengan harga tiket sama. 


Kelar puas keliling, kami pulang deh biar sampai Surabaya nggak kemaleman. Karna motor saya juga kan ada di stasiun. Kami mampir ke rumah temen saya dulu buat ambil barang-barang temen saya. Yap. kami pulang naik motor. Nah, sebelum kami pulang ternyata mamanya temen saya ini juga habis beli tumbuhan di tetangganya. Alhasil saya kepo dong. Ternyata di tetangganya temen saya ini lebih murah dan tanemannya juga nggak kalah cantiiikkk. Yaampu, tahu gitu dari awal aja yakan haha. Eh, tapi kalau nggak gitu nggak seru juga sih haha. 


Intinya, hari ini saya seneng bangeet setelah nggak keluar kota sekian lama, akhirnya menghirup udara segar dan liat hijau-hijau. Alhamdulillah aman pula. Baiklaah segitu dulu cerita kali ini ya, Bund~





Sebenernya saya bukan tipikal wanita yang suka coba-coba skin care. Saya juga nggak begitu paham sih hehe. Jadi biasanya saya pake yang emang bener-bener udah jelas aja barangnya. Kalo coba-coba itu takut breakout dan baliknya juga bakal susah nemuin yang cocok juga. 


Nah, kemarin kebetulan saya lagi iseng buka-buka ecommerce, Lazada. Eh ada diskon gede-gedean dong. Karena kepo yaudahlah berkelana dari merk ke merk. Waktu itu yang lagi diskon skin care Wardah, Emina, MakeOver, dan BioAqua. Karena nggak pernah pake BioAqua saya jadi pengen nyobain. Diskonnya 50% sih soalnya haha. Akhirnya saya beli beberapa produknya. Salah satunya Serum Wajah 24K Gold Skin Care Essence ini. Ditulisnya harga normal Rp55.000 di diskon jadi Rp25.000 untuk ukuran 30ml. Gile nggak tuh!


Waktu barangnya datang, saya excited banget kaan. Karena emang kebetulan produk yang biasa saya pake lagi habis. Saya biasa pake Nature Republic. Simpang siur sih katanya produk itu bisa buat serum. Beh, tapi emang seger banget sih langsung meresap gitu tiap pake Nature Republic. Oke, back to BioAqua!


Sebelum beli, saya sempet liat-liat review orang-orang di Youtube dan blog tentang produk BioAqua 24k Gold ini. Banyak yang bilang bikin glowing dan mereka cocok gitu. Meski ada juga beberapa bilang yang nggak cocok. Tapi, saya tetep beli karena saya pikir, tiap orang kulitnya beda-beda jadi cocok-cocokan gitu deh. Siapa tahu saya cocok yakan?


Waktu saya coba, kesan pertama saya ngolesin serum BioAqua ini ke wajah, rasanya wajah saya kayak dilumuri minyak. Asli. Saya tunggu aja gitu kan beberapa jam siapa tahu meresapnya lama. Dan, nggak meresap-meresap. Kalo dibandingin sama pake Nature Republic jauh banget. Efek glowingnya sih ada karena kayak ada bulir-bulir keemasan gitu di cairannya. Tapi ini oily banget. Beberapa hari kemudian wajah saya jadi muncul jerawat kecil-kecil gitu. Fix, saya nggak nerusin make lagi. Fyi, jenis kulit wajah saya normal. 


Yaa, maklum lah ya harganya aja segitu mau hasil yang bagus haha. Btw, setelah saya cek-cek harga normalnya memang sekitaran Rp20.00-Rp30.00 nggak sampe Rp50.000. Tapi nggak tahu deh kenapa di Lazada ditulisnya harga normalnya Rp55.000. Mungkin biar banyak yang minat kali ya kalo ada tulisan diskon (?) 


Buat saya, produk ini nggak cocok sih. Tapi, mungkin bisa aja cocok di wajah kalian. Karena ya balik lagi, tiap jenis kulit wajah tiap orang beda-beda kan jadi cocok-cocokan hehe. Ini dia linknya BioAqua yang kemarin saya beli ya klik. 







Hipwee, bisa di bilang salah satu media online yang ada di Indonesia cukup lama. Sejujurnya, saya sendiri baru tahu awal tahun 2020 ini hehe. Singkat cerita saya liat di feed instagram salah satu akun nulis (saya lupa juga haha kayaknya saya makin pikun aja makin tua ini kebanyakan glukosa kali ya), trus saya daftar. Meski saya nggak begitu pede karena nggak punya background yang mumpuni waktu itu, saya nekat aja daftar magang editorial di Hipwee. Saya lebih mending udah nyobain tapi gagal daripada nyesel nggak nyobain dan penasaran seumur hidup. Omg! Thats would be the worst feeling ever. Satu-satunya portfolio saya yang bisa saya andalkan adalah blog ini dan beberapa tulisan yang diterbitkan media seperti IDN Times, Hipwee, Brilio, dan UC Media. That’s it!


Tanggal 15 Mei saya kirim lamaran, lalu tanggal 27 Mei saya dapat email balasan buat interview. Asli, waktu itu kaget sih bisa dapet balesan email. Karena masih pandemi, jadi semuanya dilakukan di rumah, termasuk interview. Selayaknya interview pada umumnya, yang ditanyain pun ya sekitaran dunia kepenulisan dan kegiatan sehari-hari. Meski magangnya bakal dilakuin di rumah dan santai, tapi ada beberapa waktu yang butuh kehadiran buat meeting via google hangouts. 


Singkat cerita saya diterima dan super duper excited! Ini pertama kalinya saya berhubungan langsung degan tim media (kerja or magang). Saking senangnya saya berpikir, mungkin ini bisa jadi langkah awal yang bakalan bisa bikin saya ke cita-cita saya. Aamiin!


Magang di mulai tgl 8 Juni 2020 - 31 July 2020. Yap. hanya 2 bulan ajaa. Super singkat ya. Awalnya juga saya pikir bakaln 3 bulanan gitu. Bisa di bilang magang kali ini pertama kalinya dilakuin di rumah alias internship  from home haha. Kali ini saya barengan sama 3 anak kece dari berbagai kota. Enaknya wfh gini sih bisa ketemu orang dari mana aja. Ada Retha dari Bandung. Doi lulusan ITB. Baru aja lulus. Kedua, ada Dhanty dari Yogyakarta. Doi masih kuliah semester akhir di UPN. yang ketiga ada Daus, doi juga semester akhir di UPN kalo nggak salah. See? I;m the oldest! Haha. but it’s okay. Nah, kali ini saya bakalan cerita nih gimana sih rasanya magang di Hipwee? Check this out!


1. Submit 3 artikel per minggu 



Ekspektasi saya, kami magangers bakalan lumayan sibuk dengan kegiatan tulis menulis setiap hari. Tapi, nggak juga sih. Karena kami masih magang jadi kami hanya dikasih kewajiban setor tulisan 3 artikel tiap minggu. Tiap minggu kami bakalan di rolling ke kanal yang berbeda (hiburan, tips, feature, travel, dll)

Fyi, kalo udah jadi writer or editor in-house rata-rata harus bikin 3-5 artikel per hari. Kalo writer senin - jumat  kerjanya, nah kalo editor tiap hari nih karena kan websitenya harus selalu update artikel. Woah nggak kebayang sih hecticnya gimana. 

Nah, kalo kemarin workflow-nya biasa saya jam 8 pagi pasti nyapa editor buat sekadar brainstroming bareng sambil editornya jelasin pilar-pilar di kanal tersebut. Setelah itu barulah ngajuin ide. Pengajuan ide ini saya kudu kasih 10 option yang ntar bakalan dipilih 3 buat di tulis. Ini nggak harus langsung gitu sih bisa bertahap tiap hari. Kalo udah approved bisa deh langusng di kerjain. Tiap anak magang udah di kasih akses buat langsung nulis di platformnya. Kemarin kami langsung nulis di wordpress. Boleh selsai hari itu juga 1 artikel (lebih baik) atau besok paginya juga oke. Setelahnya editor bakalan ngecek dan kami revisi sampe tulisannya udah layak. Kalo udah layak, bakalan bisa terbit gengs! Sebuah apresiasi sih menurut saya hehe.


2. Ngerasain nulis dikejar-kejar deadline



Untuk beberapa kanal memang santau banget. Boleh submit artikel besoknya. Tapi, hal ini nggak berlaku buat kanal update kayak showbiz. Ya, ntar kalo submitnya kelamaan bakalan basi dong beritanya hehe. maklum , kalo di media kita nggak bisa idealis. Ini sih yang saya jadi belajar. Meski menurut kita ide kita bagus, tapi belum tentu buat orang lain bagus (pembaca). Apalagi tergantung sama audience media tersebut. Buat artikel showbiz (update) maksimal banget harus kelar jam 3 sore. 


3. Ikutan meeting team editorial



Seminggu sekali tim editorial bakalan ngadain meeting buat ngebahas konten yang sudah dikerjakan dan ide-ide baru yang bakalan mereka garap. Saya kira ya, namanya meeting itu bakalan jalan kaku gitu. Ternyata nggak dong. Rame banget haha. Isinya bercandaan juga tapi dari situ akhirnya muncul beberapa ide. Jujur, ini seru banget. Hehe maklum selama ini saya kerjanya di tempat yang serius terus. 


4. Paham workflow editorial 




Dengan ikutan magang ini, akhirnya saya jadi tahu flow-nya tulisan dari ideation sampe diterbitin. Termasuk platformnya. Which is wordpress. Selama saya kerja jadi content writer freelance memang saya udah biasa megang wordpress, tapi ternyata beda-beda plug ini yang di pake. Termasuk kriteria nulisnya. Dan dari magang ini juga saya jadi tahu tulisan seperti apa yang sekiranya lolos editor. Terutama untuk bahasanya, bisa di bilang Hipwee punya bahasa yang beda kalo diperhatiin. Lebih casual gitu deh. Selama saya nulis di IDN Times langsung kerasa banget sih hehe. 


5. Ikutan ngedit tulisan kontributor



Di minggu terakhir, kami anak magang dikasih kesempatan buat ngedit tulisan kontributor. Yap. di Hipwee siapa aja bisa kirim tulisan lho. Buat kamu yang doyan nulis, kirim gih siapa tahu terbit dan lumayan kan buat portfolio. 

Bagian ini memang bagian paling seruu. Setelah dijelasin gimana caranya ngedit tulisan kontributor yang layak, kami dikasih 1 artikel yang harus di edit dan di publish. Waktu itu saya dapet tulisan yang isinya curhatan dan asliiiiiiii nggak ada tanda titik komanyaa :(( sedih banget. Gini ternyata rasanya ngedit tulisan yang berantakan banget. Tapi, kocak sih haha. Ternyata nggak cuma saya, beberapa temen juga dapet yang isinya curhatan. Malah ada yang nggak pakai bahasa indonesia. 


6. Orang-orang yang santai dan kocak



Hal yang paling bikin saya betah adalah orang-orangnya yang asik banget. Dari sekian editor cuma 1 sih yang sangat amat nggak komunikatif. Ah, jadi inget lagi keselnya waktu harus brainstroming bareng doi. Makan ati. Untung cuma 1 sih hehe. Meski cuma bisa komunikasi lewat internet, rasanya udah asik banget. Coba bisa ketemu langsung mungkin tambah asik lagi sih. 


Sampai sekarang pun sebenernya saya masih nggak nyangka sih bisa punya pengalaman magang editorial di Hipwee dengan background yang nggak nyambung hehe. Apalagi usia yang sudah tidak lagi muda, Ferguso. Saya pribadi kemarin sempet kepo dan nanya, kok bisa saya di terima? Emang nggak ada batesan usianya ya? Ternyata, karena ini dilakukan wfh jadi nggak ada batesan usia. Tapi, sebelumnya emang diperuntukkan hanya untuk yang masih kuliah. Wah, seneng banget! Thank you Hipwee sudah kasih kesempatan! 


Buat kalian yang mau cobain, cus pantengin instagramnya!





Title : Memories of Murder

Genre : Thriller/Crime

Release : 2003

Actor : Kang Ho-song, Kim Sang-kyung

Director : Bong Joon-ho

Duration : 132 minutes


Park Doo-man, seorang detektif di sebuah desa terpencil yang dikejutkan dengan ditemukannya mayat wanita di tengah ladang. Mayat itu ditemukan dalam keadaan tidak memakai pakaian dan tangan terikat di belakang sedangkan mulutnya dibungkam oleh kaus kaki. Dengan sekilas pandangan, polisi berasumsi bahwa ini adalah kasus pemerkosaan dan pembunuhan. 


Selang beberapa hari kemudian, ditemukan mayat wanita dengan kondisi yang sama persis. Hanya berjarak beberapa meter dari kejadian pertama. Sejak saat itu, desa tersebut menjadi berbahaya bagi para wanita untuk berkeliaran seorang diri di tengah malam. Penyelidikan yang di ketuai oleh tim Park Doo-man sayangnya menemui jalan buntu. Kurangnya petunjuk membuat Park Doo-man memanipulasi barang bukti agar nama baiknya tidak tercemar. Hal ini pun membuatnya sembarangan menuduh dan memaksa orang tersebut untuk mengakui hal yang tidak dilakukannya. 


Kesulitan tersebut pada akhirnya membuat detektif senior dari Seoul datang untuk membantu, detektif Seo Tae-yoo. Berbeda dengan detektif Park, detektif Seo bekerja dengan tenang dan teliti. Ia memeriksa setiap kemungkinan yang ada untuk menemukan pelaku yang sebenarnya.  Tentunya hal ini membuat detektif Park terganggu karena ketua pada akhirnya lebih mempercayai detektif Seo. Hingga pada akhirnya kasus diambil alih oleh detektif Seo. 


Saat petunjuk demi petunjuk mulai mengarah pada sebuah benang merah, detektif Seo bersama timnya mulai berusaha untuk menjebak pelaku. Kedua pembunuhan itu memiliki pola. Sama-sama terjadi saat hujan turun dan saat sebuah lagu sedih diputar di radio. Kedua korban juga mengenakan baju berwarna merah. Pada jalanan yang diduga menjadi titik pelaku menculik korbannya, detektif Seo bersembunyi. Sayangnya, penantian detektif Seo dan timnya tak membuahkan apapun. Tidak ada pembunuhan yang terjadi saat itu. Ia bersama timnya malah mendengarkan cerita mengenai toilet sekolahan yang angker.


Dari cerita toilet sekolahan angker tersebut, detektif Seo menemukan beberapa petunjuk lagi hingga mengarah pada seseorang yang tak pernah diduga sebelumnya


Sejujurnya ini film Bong Joon-ho yang kedua yang saya tonton setelah Parasite. Dengan tokoh utama yang sama, film ini seru banget. Plotnya bikin penasaran dan saya jadi ikutan excited menebak-nebak siapa sekiranya pelaku yang sebenernya. POV kameranya juga bikin saya berpikir kalau pelakunya itu tim detektif itu sendiri. Karena dari body language-nya keliatan banget kalo dia benci banget perempuan. Eh, ternyata saya salah dong. 


Bisa di bilang ini film dengan ending gantung yang bikin penasaraaannnn asli. Di endingnya saya jadi bingung padahal udah di test urine tapi pelaku tersebut nggak terbukti. Kan saya jadinya menerka-nerka ini teknologinya yang kurang canggih atau begimaneee. Penasaran asli kok bisaaa. Yang suka ending gantung mungkin bakalan cocok karena nggak ada penjelasan kenapa pelaku melakukan pembunuhan yang brutal tersebut. 


Seperti film Parasite, di film ini juga ditampilkan secara nyata kesadisan adegan kayak waktu saksi yang gangguan mental ditabrak kereta api. Itu bener-bener ditampilakn dan bikin saya ngilu bangeet. Beberapa luka di mayat juga ditampilkan dengan sangat gamblang. Buat yang gampang terganggu dengan hal-hal sadis dan darah mungkin bakalan mual dan risih. Bukan cuma penyajian visual, ceritanya juga serem. Setiap mayat perempuan memiliki luka yang berbeda sesuai dengan barang yang dibawa. Misalnya aja anak sekolahan yang bawa alat tulis dan alat makan, semua benda itu di masukkan ke (maaf) alat kelaminnya. Saya nggak kuat banget sih liatnya. 


Over all, film ini bagusss bangeeet. Ceritanya unik, menarik, dan bikin kepo. Saya cuma nggak habis pikir aja sama perilaku dan pemikiran psikopat si pelaku. Semoga aja nggak ada manusia seperti itu di dunia ini. Wajib nonton, mindblowing bangeett!!



Newer Posts
Older Posts

Follow by Email

1Minggu1Cerita

1minggu1cerita

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan

LET’S BE FRIENDS

Blog archive

  • ►  2021 (18)
    • ►  February (4)
    • ►  January (14)
  • ▼  2020 (53)
    • ►  December (17)
    • ►  November (10)
    • ▼  October (5)
      • Review Film: A Separation (2011)
      • Naik Kereta Ke Malang Saat Pandemi
      • Review bioaqua serum wajah 24k gold skin care essence
      • Pengalaman Magang Content Writer di Hipwee
      • Review film: Memories of Murder (2003)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (7)
    • ►  April (2)
    • ►  March (3)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2019 (20)
    • ►  October (2)
    • ►  September (5)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2018 (63)
    • ►  December (1)
    • ►  November (12)
    • ►  October (5)
    • ►  September (4)
    • ►  August (1)
    • ►  July (3)
    • ►  June (8)
    • ►  May (4)
    • ►  April (6)
    • ►  March (7)
    • ►  February (8)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (15)
    • ►  December (6)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  August (1)
    • ►  June (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2016 (6)
    • ►  October (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2015 (22)
    • ►  November (3)
    • ►  October (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (6)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)

SUBSCRIBE NEWLETTER

recent posts

Created with by BeautyTemplates | Distributed by blogger templates