• Home
  • Travel
  • Review
    • Film
    • Book
  • Jurnal
    • Event
    • My Space
  • About

                        D e a     M e r i n a

“Don't be pushed around by the fears in your mind. Be led by the dreams in your heart.” ― Roy T. Bennett, The Light in the Heart

Powered by Blogger.



Liburan Natal kali ini saya punya kesempatan untuk staycation di Hotel Regantris Surabaya. Buat yang nggak tahu, hotel ini dulunya bernama Hotel Artotel. Lokasinya ada di Jalan Dr. Sutomo. Hotel ini terkenal dengan muralnya yang keren. Sebelumnya saya pernah datang ke acara seminar tentang film di diadakan di hotel ini. 

Baca Juga: Staycation di Hotel Crown Prince Surabaya

Awalnya saya mau ajak bocil untuk staycation, tapi sayangnya karena nggak ada kolam renang nggak jadi deh. Takutnya si bocil keburu bosen dan saya pun jadi ngak bisa fokus kerja hehe 😅


Room




Kemarin saya nginep di room type S. Karena saya sendirian, jadi buat saya cukup aja sih. Di hotel ini hanya ada 2 type kamar yang dibedakan berdasarkan luas ruangannya, S dan M. Dan juga ada meja yang lebih besar di banding type kamar yang lebih kecil. Selebihnya semuanya sama. 


Yang bikin hotel ini unik adalah mural di dinding tiap kamar itu bedaaaa. Jadi, meski kalian nginep di sini berkali-kali kalau nomor kamarnya beda pasti muralnya beda jugaa. Nah, suasannya pun ikutan beda, ye nggak? 😍




Pertama masuk kamar, kamarnya bersih saya suka. Pernah tuh saya nginep di salah satu hotel yang bisa di bilang grade-nya di atasnya hotel ini tapi kotor. Kayak nggak dibersihin secara menyeluruh dari pemakai kamar sebelumnya. Beruntung kamar ini bersih. Lantai kamar dan kamar mandi nggak licin, alias kering. Sprei bersih dan lumayan wangi. Ada TV yang dipasang tv kabel juga. Saya yang nggak nonton tv kalo di rumah pun di sini iseng nyari acara yang oke. Dan saya nancep di Twilight hihi 😆


Di meja pun lengkap ada peralatan minum beserta teh dan kopinya. Sayangnya nggak ada kulkas mini aja sih. Tapi, menurut penjelasan Traveloka bisa pesen kamar yang ada kulkasnya. Kebetulan saya nggak nanyain hal ini kemarin waktu pesan hehe. Yang bikin saya kesulitan adalah nggak adanya list nomor telepon. Waktu saya butuh telepon resepsionis saya pun mencoba-coba ngasal, untung aja bener haha 😉


Yang lebih pentingnya lagi adalah alat mandi yang disediakan lengkap. Fiuh, saya pun bersyukur. Karena saya bener-bener nggak bawa apapun dari rumah hehe. Mulai dari handuk, pasta gigi beserta sikatnya, shower cap, dan sabun. Oh ya, pintu kamar mandinya ini cukup unik karena sekaligus jadi cermin full body. Rada tricky ya. Saya yang awalnya nggak tahu pun bingung, lha kamar mandinya manaaaaa😆



Makanan




Waktu malam tiba, telepon kamar saya bunyi. Ternyata staff dapurnya nanyain makananya mau dibawain ke kamar atau makan di restoran bawah. Saya yang pengen sekalian lihat-lihat pun memilih makan di bawah 😄


Beruntung waktu turun, bener-bener sepi nggak ada orang. Mungkin karena sudah jam 8 malam haha. Saya pun jadi lebih leluasa lihat-lihat. Restorannya terbilang kecil, tapi tetap nyaman dengan interior serba kayu dan penerangan yang hangat. Kayaknya menghabiskan waktu malam di sini oke juga sih. Bisa outdoor juga. Apalagi ada pohon natal di tengah-tengah jadi makin syahdu gimana gitu hehe 🌻 


Makan malamnya saya dihidangkan Spaghetti Bolognese dan Healthy Mocktail. Spaghettinya enak sausnya kerasa banget, potongan dagingnya juga nggak pelit. Nah untuk minumannya ini si Healthy Mocktail ini ternyata campuran dari jeruk, jahe, wortel, dan madu. Saya langsung keinget dulu jaman SD saya tiap hari diminta buat minum jus wortel demi kesehatan mata yang minusnya udah 3 kala itu hihi. Btw, minumannya enak sih kerasa jeruknya dan anget. Fyi, wortelnya nggak kerasa sama sekali sih. Mungkin kalah sama rasa jeruk dan sodanya yang lebih kuat. Baguslaahh karena sejujurnya saya nggak suka wortel haha. Tapi at least tetap dapat khasiatnya 👀





Setelahnya saya balik ke kamar dan merasa harus bergerak. Karena asli kenyang bangeeettt haha. Saya pun baca buku sambil ngerjain beberapa hal. Sampai jam 1 malam saya baru tidur. 


Keesokan harinya saya turun untuk sarapan. Sudah ada beberapa orang yang makan. Saya pikir, karena saya turun jam 06.30 restorannya bakalan sepi. Pilihan menunya nggak begitu banyak untuk sarapan. Menu utama ada nasi goreng, nasi putih, sayur lodeh, potongan jagung dan buncis, mie, dan bubur ayam. Sedangkan dessertnya ada pepaya, pudding, dan kue kering. 


Secara keseluruhan makanannya enak. Saya pikir awalnya buburnya hambar, eh ternyata nggak. Nasi gorengnya juga enak apalagi kerasa banget pedasnya. Mantap lah pagi-pagi biar melek haha 🍮


Fasilitas


Hotel Regantris ini tergolong hotel yang nggak ada kolam renangnya. Jadi buat kalian yang pengen liburan tipis-tipis sambil berenang sorry to say nggak bisa di hotel ini. Tapi, sebagai gantinya kamu bisa memanjakan diri dengan fasilitas spa yang disediakan nih 😌 sayangnya kemarin saya nggak sempat cobain. Mungkin next time. 


Selain kolam renang, hotel ini juga nggak menyediakan tempat gym. Tapi, di dekat hotel ini ada Taman Korea yang bisa jadi alternatif kamu jogging di pagi atau sore hari. Saya pribadi sih memang lebih suka lari di luar ruangan ketimbang di treadmill. Kayak kurang ada motivasinya gitu deh 😆


Hal lain yang bikin saya rada nggak nyaman adalah parkiran motornya di luar dan nggak ada penutupnya, alias outdoor. Saya pun terpaksa bawa helm masuk ke kamar. Dan selain itu saya jadi harus merelakan motor saya kehujanan kalau hujan turun huhu. 


Pelayanan di sini ramah banget. Saya cukup tersentuh waktu di telpon staff dapur malam-malam buat nanyain makan malam. Karena nggak ada doi yang nanyain, begitu ada orang yang nanyain saya jadi terharu. Haha nggak ding nggak gitu konsepnya. Karena nggak semua tempat bisa sepeduli itu sama customernya. Even hal-hal kecil semacam ini saya rasa perlu diapresiasi 👏🏽


Review



Over all, saya menikmati staycation kali ini. Karena semua kegiatan juga tetap saya lakukan di kamar jadi fasilitasnya cukup. Apalagi dengan pelayanan yang sangat memuaskan saya jadi senang. 

Bisa nih jadi alternatif teman-teman yang nggak tahu mau ngapain dan ke mana di akhir tahun. Apalagi di Surabaya juga lagi ada jam malam, penutupan jalan, dan banyak operasi protokol kesehatan. Menepi di hotel satu ini bakalan bisa bikin kamu fresh lagi untuk menghadapi awal tahun 😉


Nah, kalau teman-teman gimana nih, akhir tahunnya rencana mau ngapain?




Judul : Quarantine Tales

Release         : December 2020

Duration         : 90 minutes

 

Nougat





Menceritakan kisah tiga kakak beradik, Ubai, Ajeng, dan Deno. masing-masing dari mereka menjalani hidup masing-masing dan berjarak setelah kepergian orangtua mereka. Meski pun begitu mereka tetap berusaha untuk berkomunikasi dengan memanfaatkan teknologi, video call. Hingga suatu hari Ajeng nggak tahan lagi untuk nggak berkata sejujurnya pada Ubai. Kata-kata Ajeng itupun membuat Ubai sakit hati dan mereka berjarak. 


Baca Juga: Karakter dalam Drama 'Start-Up' yang Layak Dicontoh

Cook Book





Seorang koki yang terjebak dalam rumah karena pandemi, akhirnya berhasil membuat buku resep. Suatu malam, ia mendapatkan telepon dari seorang yang tak dikenalnya melalui video call. Anehnya gadis itu mengatakan bahwa mereka berdua adalah manusia terakhir yang tersisa. Mereka harus melakukan sesuatu untuk tetap bertahan. 


Prankster



Seorang Youtubers yang populer karena konten isengnya suatu malam sedang melakukan live streaming dengan salah satu temannya, Aurel. Awalnya mereka berdua hanya berbincang biasa, tetapi ternyata Youtubers itu juga sedang melakukan prank pada Aurel. Aurel sih sabar, nggak marah. Sampai saat live streaming sudah berakhir, Aurel menelpon kembali Didi via video call. Saat itulah Aurel membalaskan dendamnya akan perlakuan Didi padanya. 


Happy Girls Don’t Cry





Seperti biasa, saat itu Adinda sedang melihat konten Youtube miliki Youtubers favoritnya. Ia rutin mengikuti giveaway yang diadakan Youtubers tersebut hingga suatu hari ia pun menang dan mendapatkan iMac. Saat hadiah tersebut tiba, ia pun dibuat bingung dengan keadaan. Ayahnya berniat menjual iMac tersebut untuk bertahan hidup. Di sisi lain, Adinda ingin menggunakannya karena itu adalah satu-satunya hal yang ia miliki. 


The Protocol





Seorang perampok dalam perjalanan pulang setelah menyelesaikan misi mereka berdua. Di tengah jalan, salah satu dari mereka tiba-tiba tewas setelah batuk mendadak. Temannya pun berpikir rekannya tewas karena virus. Ia dilema apa yang harus dilakukannya, apakah harus meninggalkannya di jalananan atau menguburkannya dengan resiko ia akan tertular juga. 


Review


Awalnya saya nggak nyangka kalau film ini terdiri dari 5 cerita pendek. Saya cuma tahu kalau Dian Sastrowardoyo jadi sutradara di film ini. Jadi saya penasaran aja tanpa liat trailernya dulu 😂


Sejujurnya film ini biasa aja sih menurut saya tapi tetap relate dengan kondisi pandemi. Dari 5 cerita pendek tersebut saya suka bagian Prankster dan Happy Girls Don’t Cry. keduanya bener-bener issue yang patut diperhatikan untuk para creator. Creator di sini maksud saya adalah mereka yang membuat konten. Yang sudah terkenal atau pun yang masih pemula 😉 


Prankster. Setiap orang sih bebas mau terkenal atau nggak, tapi yah kalau bisa lah bikin kontennya juga yang bermanfaat. Saya pun sering heran sama penonton akun Youtube yang isinya prank, kenapa mereka suka banget ya nonton konten yang isinya ngerjain orang dari yang tingkat rendah sampai berlebihan yang jatuhnya kurang ajar bin nggak sopan. Masih inget kan Youtubers yang bikin konten ngeprank kasih teman-teman waria sampah? Sejujurnya saya nggak habis pikir. Kalau mau ngelucu sih, buat saya pribadi itu nggak ada lucu-lucunya sama sekali. Atau kalau mau ngelawak ya ikut stand up comedy aja gimana? Kan lebih menghibur tuh kayak Bintang Emon misalnya hehe 😌


Kalau sampe kayak si Aurel yang gara-gara di prank makan kue ‘sabun’ terus berakibat lidahnya mati rasa gimana? Padahal Aurel suka banget bikin kue. Jelas dia sedih nggak bisa ngerasain kue hasil buatannya. Sampai akhirnya dia pun bales dendam membunuh Didi, temannya yang nge-prank pakai kue buatannya yang udah dikasih racun 😢 


Dan, lagi-lagi jari warganet yang kurang rasa empati asal aja ngetik di kolom komentar instagram Aurel. Aurel yang jadi psycho karena sakit hati dan dendam pun bikin giveaway kukis. Pemenangnya? Sudah bisa ditebak. Warganet yang hobi komen buruk di akunnya. Selamat menikmati kukis beracun, gitulah pesannya. 


Happy Girls Don’t Cry. sejak teknologi makin canggih dan banyak bermunculan Youtubers baru beserta banyak pula penontonnya, mereka berlomba-lomba mengabadikan momen. Mulai dari momen bahagia hingga sedih. Semuanya demi konten. Settingan atau nggak.


Di cerita ini yang paling mengena buat saya adalah saat Adinda memilih meninggalkan rumah dan begitu ia keluar rumah langsung ditabrak motor dan luka-luka. Ibunya pun lari nolongin Adinda, bapaknya lari menyelamatkan iMac yang gagal dijualnya dan tergeletak dijalanan. Di bagian ini, handphone Adinda menyala dan menayangkan salah satu Youtubers yang lagi mengadakan giveaway. Bapaknya yang lagi liat pun langsung secara spontan merekam keadaan Adinda yang luka-luka dan ibunya yang teriak-teriak minta tolong. Bisa bayangin kan adegannya? Adinda yang masih belum ditolongin dan bapaknya yang lagi megang handphone ngerekam anaknya 🙃


Meski nggak bisa nonton di bioskop, untungnya sekarang ada BioskopOnline.com yang jadi cara baru nonton film bioskop. Nggak perlu lagi merasa berdosa karena nonton di website ilegal 🤣 Harga tiketnya juga terbilang murah pula. Mulai dari Rp5.000. Kalau untuk film ini harganya Rp10.000. Enaknya lagi bisa ditonton berkali-kali. Kalau di bioskop beneran kan nggak bisa ya hehe.

Over all film ini cukup bikin hati miris dan melek dengan kondisi lingkungan kita sekarang. Saya berharap sih ada film utuh dari Prankster dan Happy Girls Dont Cry. saya salut bangeet sama para tim produksi film ini yang masih tetap bisa aktif dan berkarya di masa pandemi iniiii. Menghasilkan karya dengan keterbatasan jarak itu nggak mudaah. Salut deh 🌻




Sejak akhir pekan kemarin, rumah saya kedatangan krucil-krucil yang lagi liburan sekolah. Rumah yang biasanya sepi sunyi belakangan jadi riweh sejak shubuh. Shubuh? Iya, mereka sudah terbiasa bangun sejak jam 4 pagi. Saya yang kadang kesiangan jadi malu kan 🤣

Biasanya kalau saya udah berkutat sama laptop, alias waktu kerja udah dimulai, saya nggak bakalan bisa diganggu😬 Kemarin, para krucil ngerenggek minta ditemani beli makanan ringan di minimarket. Saya yang lagi riweh-riwehnya pun bilang ke mereka kalau minta temani adik saya yang udah gede, Patrick. Tapi kebetulan si Patrick juga ternyata lagi riweh dan nggak bisa diganggu. Setelah berpikir sejenak, saya pun bilang ke mereka untuk berangkat sendiri. Fyi, trio krucil ini Awan bocah lelaki usia 9 tahun, Any perempuan 7 tahun, dan Ame perempuan 5 tahun. 


Saya berani minta mereka pergi sendiri karena jarak rumah ke minimarket terbilang dekat dan nggak perlu nyebrang-nyebrang. Saya sering antar mereka ke sana, jadi mereka juga sudah hafal. Setelah mereka bertiga pergi, tiba-tiba saya deg-degan. Terlintas pikiran yang nggak-nggak di benak saya. Saya pun auto panik dan bergegas nyusul mereka😵.


Sesampainya di minimarket saya celingukan nyariin mereka dengan hati yang masih deg-degan kenceng. Takut mereka salah jalan dan tersesat. Syukurlaaahhh merekaaa adaaaa 😭 saya lega bukan main. Saya pun nggak langsung menghampiri mereka, tapi sembunyi sambil ngawasi mereka dari jauh. Mungkin kalau mbak-mbak penjaganya liat saya mereka pasti udah curiga. Dirika saya mau maling atau apa kali ya karena selingak-celinguk 🤣


Mereka pun berjaan ke kasir dan bayar belanjaan. Saya dengar dari jauh ternyata uang yang mereka bawa kurang. Saya biarin dulu karena ingin lihat apa keputusan yang mereka ambil. Ternyata mereka mau batalin beli snack. Dan snack itu snack titipan saya! Karena saya nggak rela, saya pun buru-buru nyamperin dan nambah uangnya. Mereka kaget lihat saya tiba-tiba muncul dan bayar kekurangannya. 


Karena ini pertama kalinya mereka pergi sendiri, seenggaknya saya udah nggak begitu panik lagi kalau minta mereka berangkat sendiri lagi karena nggak bakal nyasar. Di perjalanan pulang pun saya jelasin ke mereka lain kali kalau mau belanja dihitung dulu. Seenggaknya Awan sebagai anak tertua udah paham matematika dasar. Dan beberapa wejangan apa yang harus mereka lakukan kalau ada hal-hal yang nggak diingkan terjadi. Saya pun kepikiran buat bawain mereka semacam semprotan merica. Asli sih deg-degan banget tadi waktu di jalan ngikutin trio bocil ini 🥲


Besoknya, karena emang bosen kali ya di rumah terus mereka jadi menawarkan diri untuk beli-beli. Akhirnya mereka pun nggak takut lagi sudah aman sentosa. Uang nggak kurang dan bisa balik dengan selamaat. 


Kayaknya saya bakalan seriusan bawain mereka ‘alat tempur’ biar saya bisa lebih tenang. Maaf kalau dianggap lebay, tapi dunia ini udah terlanjur jadi tempat yang nggak aman, apalagi buat anak kecil. Di sisi lain saya juga nggak pengen trio ini ‘jadi bocah terus’. Merka harus belajar ‘hidup’, bukan? 🙂



 



Dalam kegaiatan sehari-harimu, tentu kamu diliputi berbagai macam perasaan. Kadang senang, sedih, kecewa, atau bahkan marah. Nggak ada yang aneh dengan semua perasaan itu. Wajar. Yang bikin nggak wajar adalah saat perasaan itu berlangsung terus menerus dan mengganggu kegiatanmu. Pernah nggak sih kamu merasa saat kepalamu penuh dan nggak tahu mau meluapkannya sama siapa? Honestly, as an introvert, saya sering mengalaminya 🙂


Nyatanya nggak semua orang bisa meluapkan apa yang dia rasakan. Ke teman terbaiknya atau bahkan ke keluarganya sekalipun. Bukan karena nggak percaya, tapi terkadang ada perasaan nggak nyaman saat harus mengganggu orang lain. Atau ada pula yang memang lebih suka untuk tidak menceritakan perasaan yang sedang dialaminya atau masalahnya. 


Baca juga: Serba Serbi Memori 2017 (Part 2)

Tapi, kamu tahu nggak sih kalau memendam perasaan atau pikiran negatif dalam jangka waktu yang lama dapat berakibat buruk bagi kesehatanmu? Nggak mau kan masih umur 20an tapi udah sakit-sakitan? Nah, daripada membayar biaya pengobatan yang nggak murah, mending kamu lakukan hal sederhana lain secara rutin yang bisa membuatmu lebih lega dari hari ke hari dengan journaling.


Apa itu journaling?


Sumber : Pexels


Journaling atau kegiatan menulis jurnal adalah kegiatan menuliskan pikiran atau perasaan yang sedang kita rasakan ke dalam sebuah medium. Hal ini penting untuk dilakukan terutama buat kamu yang sering kebingungan bagaimana meluapkan emosi yang sedang kamu rasakan. 


Kamu bebas menuliskan apa pun tanpa takut dihakimi oleh orang lain. Kamu juga nggak perlu merisaukan tata bahasa. Tulislah sesuai dengan bahasa yang membuatmu nyaman. Bisa dalam bahasa Indonesia, bahasa inggris, atau daerah sekalipun. Nggak perlu juga harus berpatokan dengan PUEBI. Tenang, ini bukan ujian bahasa kok. Just express yourself! 😉



Manfaat journaling


Saya pribadi sebenernya udah suka journaling sejak sd dan hal itu masih saya lakukan sampai sekarang. Meski terkadang sering juga vakum, tapi saya selalu kembali lagi buat ‘curhat’ di buku tulis saya. Sampai sekarang saya nggak tahu pasti sudah berapa banyak buku yang sudah tamat 🤣


Setelah vakum beberapa lama, saya belakangan balik lagi dengan kebiasaan ini. Dan, satu hal yang baru saya sadari. Saya menuliskan semua perasaan saya, saya secara otomatis juga sedang menganalisa perasaan tersebut. Saya jadi lebih paham gambaran umum dari masalah satau perasaan yang sedang saya hadapi. Setelah sekian lama saya baru sadar kalau saya begini dan begitu setelah saya baca ulang tulisan saya kemarin. Setelahnya pun saya jadi tahu apa yang akan saya lakukan. Seolah saya menemukan solusinya. 


Saat sedang menulis pun saya merasakan ada kelegaan dalam hati. Seolah gumpalan awan hitam yang menelimuti hati dan pikiran mengalir dari hati atau pikiran ke pena yang sedang saya gunakan. Dan bahkan, selain lega saya juga jadi merasa, “Eh, kayaknya harusnya saya nggak ngerasa segalau ini deh. Masalahnya cuma gini doang. Astaga ngapain ya tadi aku galau banget?” 🤣 saya nggak tahu kalian juga sama begini atau nggak. Tapi, ini seringkali terjadi di saya hehe. Dari galau lalu sadar sampai akhirnya balik happy lagi. 


Dengan mengeluarkan semua uneg-uneg ke dalam tulisan kamu juga sedang berusaha untuk menjaga kesehatan mentalmu agar tetap baik-baik aja. Jangan pernah meremehkan perasaanmu sekecil apa pun. Karena hal kecil yang dibiarkan menumpuk berlarut-larut bakalan jadi sesuatu yang nggak diinginkan ke depannya 🙂 





Selain itu, menurut video Satu Persen yang saya tonton, journaling juga punya manfaat untuk mengasah otak kiri khususnya bagian analitical dan rasional. Buat kalian yang sedang memahami diri sendiri, bisa banget nih nontonin video Satu Persen di Youtube atau bisa juga ngikutin Instagram-nya. Banyak banget pembahasan psikologi yang membantu kita untuk mengenal diri sendiri. 


Cara memulai journaling


Nggak ada waktu yang pasti kapan harus melakukan journaling. Senyamannya aja. Kalau saya pribadi lebih sering melakukannya malam hari. Sekalian refleksi diri kira-kira seharian udah ngapain aja. Tapi, kalau kalian lebih nyaman pagi karena mungkin lebih semangat juga nggak ada masalah. 


Journaling juga nggak butuh waktu yang lama. Mau 10 menit atau lebih juga boleh banget. Yang penting mah lega aja. Kegiatan ini nggak akan terlihat hasilnya kalau hanya dilakukan sekali atau dua kali aja. Dengan konsisten melakukan kegiatan ini 10 menit setiap hari, baru deh bakalan kelihatan hasilnya. 


Kegiatan ini bisa dilakukan oleh siapa pun, berapa pun umurnya, apa pun pekerjaannya, introvert atau extrovert (mostly introvert sih setahu saya ehhe), dan yang jelas kegiatan healing ini gratis 😆 Jadi, apakah masih ada alasan untuk nggak mencobanya? Hehe


Selamat mencobaaaa~




Sudah h+ sekian setelah episode terakhir drama Start-Up, nyatanya explore Instagram saya masih penuh dengan foto-foto pemain drama tersebut. Kan saya jadi gagal move on. Kalau ditanya tim mana, saya dengan lantang jawab #teamHanJipyeong 😍 Jangan tanya kenapa karena saya punya banyak alasan kuat buat jadi tim mentor Han Ji-pyeong haha. 

Saya suka banget sama drama yang satu ini. Selain karena membahas hal yang relate banget sama anak muda jaman sekarang, yaitu perkembangan startup, adalah karena karakter dari para tokoh yang dihadirkan. Mereka masing-masing punya karakter yang kuat yang mampu menginspirasi, menurut saya sih. Apalagi di akhir tahun gini, jadi bikin makin semangat untuk menyambut tahun baru dengan segudang list target baru huehuehue. Jadi dari drama ini saya nggak cuma belajar banyak megenai lika-liku merintis startup dari awal, tapi kegigihan para tokohnya juga patut ditiru 😉


Baca juga: Alive (2020), Antara Bertahan atau Menyerah

Meski saya mau cerita karakter dari setiap tokoh, tapi mungkin bakalan ada sedikit spoiler hehe. Check this out!


Seo Dal-mi


Seo Dal-mi


Tokoh utama dari drama ini, seorang perempuan yang kuat. Kalau di bilang kasihan, emang kasih banget sih Dal-mi ini. Nggak tega banget liat dia di episode 1 dan 2 yang di dominasi oleh tangisan huhu 😭


Dal-mi yang bisa masuk kampus ternama terpaksa nggak melanjutkan studinya karena nggak ada biaya. Bahkan ia terpkasa mengambil beberapa pekerjaan sekaligus untuk membelikan neneknya kendaraan untuk berjualan. Saya yakin, untuk sebagian orang memutuskan untuk berhenti kuliah itu sangat sulit. Apalagi kalau udah diterima di kampus ternama. Aduh, sayang banget nggak sih?  


Kegigihan dan keberanian Dal-mi dalam mengambil keputusan ini bikin saya takjub. Padahal dia mah nggak tahu pasti apa yang bakal menjaminnya di depan. Relasi? Nggak punya. Dana? Boro-boro buat usaha, buat sehari-hari aja dia harus kerja banting tulang. Di tempatnya bekerja, Dal-mi selalu berusaha totalitas dengan apa yang dikerjakannya. Bahkan, pernah tuh Dal-mi sampai bikin rekor penjualan tertinggi. Semangatnya ini pantes banget buat ditiru. Dia seolah mengerjakan semuanya dengan sepenuh hati 🌻 


Waktu tiba-tiba ketemu In-jae di Sandbox, Dal-mi nggak mau kelihatan buruk di depan kakaknya itu. Dia berlagak seakan dia hidup dengan sangat baik. Dal-mi pun sampai berbohong ke In-jae kalau dia punya usaha sendiri barengan sama Do-san. Meski berawal dari kebohongan dan gengsi, Dal-mi berusaha menjadikan nyata semua omongannya. Pilihan yang tepat, mengubah gengsi itu jadi energi untuk mengapai tujuannya. 


Setelah bergabung dengan Samsan-tech, akhirnya ke dua teman Do-san tahu kalau Dal-mi hanyalah lulusan sma. Dan mereka sempat merendahkan kemampuan Dal-mi dalam bidang ini. Udah nggak tahu dunia start-up, dia juga cuma lulusan sma. Apa dia merasa rendah diri dan sedih gitu aja? Nggak cuy, justru dia jadi banyak belajar sampai nggak tidur. 


Nam Do-san


Nam Do-san


Berbekal passion dan kegeniusannya, Do-san memutuskan untuk membuat perusahaannya sendiri sama ke dua temannya, Sansam-tech. Selama 2 tahun kerja bareng, meski nggak membuahkan hasil tapi seenggaknya mereka bertiga masih gigih untuk terus mencoba. Sempat diremehkan oleh Han Ji-pyeong dan sakit hati, mereka membuktikan diri dengan memenangkan sebuah perlombaan internasional. Tapi, sayangnya mereka tenggelam dalam euforia kebahagiaan itu sampai lupa mempersiapkan banyak hal sebelum bertemu dengan investor 😐


Sifat Do-san lainnya yang bikin saya terkagum adalah setiap Dal-mi mengatakan sesuatu, Do-san pasti berusaha untuk mengabulkannya. Saya rasa, bukan hanya karena Dal-mi yang request, tapi memang karakternya yang selalu berusaha mencoba semustahil apapun. Hmm, sepertinya bagi Do-san nggak ada yang mustahil. Dia suka banget berjalan tanpa arah. Sing penting yakin, ibarat motto orang jawa mah begitu. Tapi mungkin bagi sebagian orang yang terencana, sifat ini cukup membahayakan. 


Meski sering direndahkan oleh Ji-pyeong, Do-san tetap nggak malu untuk minta masukan ke Ji-pyeong. Dia sadar dia memang perlu belajar banyak. Atau saking polosnya Do-san kali ya 🤣 Gemaaasss banget liat keluguan Do-san tuh kadang ahha. 


Selama 2 tahun menjadi CEO Samsan-tech dan nggak pernah berhasil mendapatkan investor, Do-san menerima kritikan Ji-pyeong dengan lapang dada. Dia akhirnya sadar kalau memang dia nggak berbakat untuk memimpin. Mungkin dia memang bisa mengayomi dan bekerja sama dengan timnya. Tapi, dia juga sadar diri kalau nggak bisa mengambil keputusan sebagai pemimpin. Nggak semua orang bisa nerima kritikan orang lain selegowo ini sih menurut saya. Bahkan banyak juga yang menyangkal dan tetap memaksakan diri. Padahal, itu nggak masalah sih karena tiap orang punya kapasitasnya sendiri. Seorang CEO pun belum tentu bisa melakukan hal-hal teknis. 



Han Ji-pyeong




Tokoh favorit saya yang satu ini memang terkesan dingin. Tapi hatinya hangaaaaattt 🥺 terbukti melihat hubungannya dengan neneknya Dal-mi. Meski kata-kata yang terlontar dalam mulutnya seringkali nyelekit tapi dia tulus bangeeettt huhu nggak bisa move on beneran nih jadinya. 


Berbeda dengan Do-san, Ji-pyeong sosok yang terencana dan visioner. Dia selalu memperhitungkan dengan matang segala hal yang ia lakukan. Kemandiriannya membuat Ji-pyeong dapat menghasilkan uang jutaan dari saham yang dia mainkan di usia yang belia. Dari situlah Ji-pyeong mulai merencanakan masa depannya. 


Kalau Do-san hobi jalan tanpa arah, Ji-pyeong tipikal yang realistis. Bermimpi boleh, tapi tetap sadar diri. Melihat kapasitas diri itu penting banget. Karakter Ji-pyeong yang satu ini selalu bisa bikin saya sadar, kalau mimpi itu juga kudu realistis. Meski Ji-pyeong juga pada akhirnya tertampar dengan keberhasilan Do-san 🤣 Luntur sudah rekor cenayangnya. 


Menyukai orang yang sama nggak lantas bikin Ji-pyeong menjatuhkan Do-san. Nyatanya dia tetap bisa bersikap profesional. Tetap memberikan nasihat sebagaimana mestinya seorang konsultan. Dewasa banget yakaaannn 🥺 


Berhasil meraih kesuksesan nggak lantas membuatnya lupa daratan. Ia masih ingat pada nenek Dal-mi dan tetap berusaha untuk membalas budi. Bahkan dia sampai rela repot-repot memindahkan kantor Samsan-tech ke rumahnya. Saat membalas budi pun Ji-pyeong nggak perhitungan. Semuanya dia lakukan dengan tulus. Bahkan turut sedih sewaktu tahu nenek Dal-mi perlahan kehilangan pandangannya. 


Kesuksesan yang diraihnya tentu hasil dari kegigihan yang telah dilakukannya dalam waktu yang lama. Selain itu Ji-pyeong juga pandai melihat peluang. Memanfaatkan setiap kesempatan yang ada. Karena dari kesempatan kecil dia tahu bakalan ada peluang-peluang lain yang menghampiri. Setiap langkah yang diambilnya pun tentu telah melewati banyak perhitungan sebab akibat dan beberapa faktor. Aih, pokoknya #TeamHanJipyeong selalu deeeeehhh 😍


Nah, gimana? Buat kalian yang sudah nonton pasti paham banget kan yang saya maksud hehe. Yang belum nonton wajib nonton! Mayan lah buat hiburan akhir tahun sekalian menambah semangat di awal tahun hihi. Please, jangan salahin saya kalau sampai kalian ikutan nggak bisa move on haha. Semoga next ada drama atau film semacam ini lagi.


Kalian tim siapa nih? Apakah kita di tim yang sama? 😍


Newer Posts
Older Posts

Follow by Email

1Minggu1Cerita

1minggu1cerita

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan

LET’S BE FRIENDS

Blog archive

  • ►  2021 (18)
    • ►  February (4)
    • ►  January (14)
  • ▼  2020 (53)
    • ▼  December (17)
      • Review Hotel Regantris, Hotelnya Orang Seni
      • Review Film: Quarantine Tales, Adaptasi Teknologi ...
      • Ngebiarin Bocil ke Minimarket Sendirian
      • Emosi Sering Nggak Menentu, Jangan Sepelekan Keseh...
      • Karakter dalam tokoh drama 'Start-up' yang layak d...
      • Review Buku: Padang Bulan by Andrea Hirata
      • Kerja di Koridor Coworking Space di saat Pandemi
      • Dear 2020...
      • Nek, Maafkan Saya
      • Bersepeda Keliling Surabaya yang Berujung Nyobain ...
      • Jatuh Hati dengan Iced Charcoal Latte ala Arung Senja
      • Atlantis Land Surabaya, Taman Hiburan yang Bikin P...
      • Libreria Eatery, Cafe Nyaman yang Bikin Lupa Waktu
      • Naik Perahu di Wisata Mangrove Gunung Anyar
      • Curahan Hati Seorang Pembuat Konten
      • Kondisi Food Junction Grand Pakuwon Surabaya saat ...
      • Review Buku: Young on Top - Updated (Billy Boen)
    • ►  November (10)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (7)
    • ►  April (2)
    • ►  March (3)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2019 (20)
    • ►  October (2)
    • ►  September (5)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2018 (63)
    • ►  December (1)
    • ►  November (12)
    • ►  October (5)
    • ►  September (4)
    • ►  August (1)
    • ►  July (3)
    • ►  June (8)
    • ►  May (4)
    • ►  April (6)
    • ►  March (7)
    • ►  February (8)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (15)
    • ►  December (6)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  August (1)
    • ►  June (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2016 (6)
    • ►  October (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2015 (22)
    • ►  November (3)
    • ►  October (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (6)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)

SUBSCRIBE NEWLETTER

recent posts

Created with by BeautyTemplates | Distributed by blogger templates