• Promo
  • Home
  • Travel
  • Beauty
  • Review
    • Film
    • Book
  • Journal
    • Journal
    • Portfolio
    • Cerita Karir
  • Lifestyle
  • Blog
    • Blogging
    • BPN Challenge
  • Fiction
Powered by Blogger.


Cihuuyyy! Setelah dari Pop! Hotel Diponegoro, esok harinya saya lompat ke Pana House. Masih dalam rangka untuk me time sebelum menghadapi hari pertama bekerja setelah libur lebaran hehe 😆

Kenapa Pana House? 


Penginapan ini terbilang baru dengan konsep yang unik. Biasanya saya cuma lihat dari luar aja. Jadi kepo gitu deh. Pana House nggak bisa dikatakan sebagai hotel, tapi lebih tepatnya Boutique Guest House 🏠 



Pana House berlokasi di Jalan Gayung Kebonsari Surabaya. Dekat dengan Masjid Al-Akbar Surabaya dan jalan utama, Jalan Ahmad Yani. Kemarin saya booking dengan harga Rp218.000 di Tiket.com 😊


Yang bikin jatuh cinta adalah konsep exterior nya yang asri. Udah berasa di hutan aja gitu. Di tengah-tengah bangunannya banyak banget pepohonan rimbun yang cukup tinggi. Untuk dindingnya sendiri sebenarnya lebih ke industrial alias bergaya unfinished wall design. Begitu pula dengan lantainya yang mengekspos tampilan semen saja 😍


Baca juga: Perjalanan Mencari Bibir Sehat


Karena hanya memiliki 3 lantai saja, Pana House nggak memiliki lift, uniknya mereka menggantinya dengan ramp di setiap lantai. Ramp ini juga memiliki design unfinished. Jadi teman-teman bisa bayangkan seperti parkiran mall yang bertingkat. Kurang lebih seperti itu bentuknya hihi. Jadi buat teman-teman yang bawa koper nggak perlu khawatir bakalan mengangkat koper sampai kamar 😉 


Kamar


Di dalam kamarnya juga mengusung tema serupa dengan exterior bangunan. Begitu masuk rasanya nyaman banget berasa di rumah (meski lebih estetik kamar ini dibanding kamar saya haha) 🥺


Permainan warna pastel dan penataan furniture minimalis bikin mata saya seketika adem. Luas kamar jenis superior ini 16m2 yang menurut saya cukup untuk 1 orang. Teman-teman bisa pilih kamar deluxe dengan luas kamar 21m2 kalau menginap berdua atau lebih 😀



Isi kamarnya juga cukup minimalis dengan ranjang ukuran king (ini juga bisa pilih kalau mau yang twin), meja kerja putih yang luas beserta kursi besi, dan rak gantungan baju yang terbuka. Sayangnya, menurut saya kursi yang disediakan nggak begitu nyaman untuk bekerja karena terlalu tinggi dan nggak ada sandaran 😶


Baca juga: Review Film Ali & Ratu Ratu Queens (2021)


Selain kursi, saya juga nggak nyaman dengan pencahayaan di dalam ruangan ini yang menurut saya terlalu gelap untuk bekerja dengan laptop. Akhirnya saya pun menarik meja kerjanya ke dekat ranjang. Awalnya sih mau saya pindahkan ke sisi sebelah kiri ranjang, tapi ternyata saya nggak kuat mengangkatnya sendirian haha (nah, kan berasa kamar sendiri diubah-ubah) 🤣



Pencahayaan ruangan ini jadi bikin saya mikir, kenapa di hotel yang nggak pernah pasang lampu tepat di atas ranjang pencahayaannya bisa terang dan nyaman di mata? Padahal ruangan ini memasang lampu tepat di atas ranjang, eh tapi malah gelap. Ternyata mereka menggunakan pantulan cahaya dari hidden lamp yang biasanya berada di sandaran ranjang atau tepi jendela atau di plafon area ranjang. Jadi, selain nggak mengganggu mata, juga nggak perlu menggunakan lampu yang terlalu terang. Menarik! ✨


Sejujurnya baru ini saya staycation dan menemukan rak pakaian unik seperti ini hehe. Idenya menarik sih karena jadinya nggak makan tempat dan moveable. Tapi, sepertinya rak pakaian gantung ini kurang cocok untuk tamu yang membawa banyak barang 🧳



Lantai kamarnya sendiri campuran antara lantai unfinished dengan lapisan keramik untuk area dekat kamar mandi. Sebenernya dengan konsep seperti ini sedikit memudahkan pihak management. Karena kalau kotor nggak begitu kelihatan haha canda. Ini asumsi saya aja sih tolong jangan didengeriiinnn 😜


Saya suka banget beberapa sentuhan hiasan di dalam kamar ini. Ada hiasan kain motif bunga yang dibentuk seperti kepala badak gemas sekali. Lalu, ada pula tanaman lidah mertua yang diletakkan di samping pintu kamar 🌿



Teruuussss, saya juga suka banget dengan side desk bulat yang nyambung dengan gantungan untuk lampu. Ah iya, sayang banget ini lampunya kemarin nggak nyala. Pemilihan cermin di atas wastafel dan di sebelah ranjang juga pas bangeeet. Duh, gemas! 🥰


Oh iya, saya hanya mendapatkan air mineral 2 botol kecil. Nggak dapat teh dan sejenisnya beserta gelas 🥛


Kamar mandi 


Seperti penginapan kebanyakan, kamar mandi di Pana House ini mengusung warna putih dengan keramik kecil-kecil senada dengan keramik di lantai depan pintu kamar mandi. Sayangnya, waktu saya masuk ada aroma sedikit nggak nyaman tapi dalamnya bersih kok 👀 


Utilities nya sendiri cukup lengkap. Ada sabun mandi di dalam dispenser yang berarti nggak bisa dibawa pulang haha, ada handuk, sikat gigi dan pasta gigi, sayangnya nggak ada shampoo 😀 


Fasilitas


Public space



Selain kamarnya, yang bikin saya happy adalah banyaknya tempat duduk di area depan kamar. Para tamu pun bisa duduk santai bareng-bareng sambil ngobrol. Seru nggak sih? Buat saya sih seru kalau buat terima tamu (?) 😆 Tempat duduk ini juga jadi salah satu solusi untuk tamu yang merokok. Karena semua kamar di Pana House no smoking room. 


Kopi Komplek



Meski nggak bisa dikatakan hotel yang ada restorannya, di Pana House teman-teman tetap bisa ngopi cantik di Kopi Komplek di lantai bawah. Cafe ini cukup ramai dengan pengunjung. Apalagi waktu weekend. Tempatnya yang nggak begitu luas, bikin Kopi Komplek selalu terlihat penuh pengunjung 😊



Di sebelah Kopi Komplek juga ada tempat makan untuk menu makanan berat. Teman-teman bisa pilih mau duduk-duduk di area Kopi Komplek atau di space tengah bangunan. Sayangnya saya kemarin nggak sempat foto-foto di area ini huhu. Padahal kelihatannya menarik sekali 🥺 


Review


Overall, saya seneng banget bisa staycation di Pana House. Dengan harga 200 ribuan sudah bisa merasakan pengalaman menginap yang menyenangkan. Saya bakalan betah banget deh di dalam kamar berlama-lama 🥰 Tapi, kalau sudah siang asli panas banget mataharinya. Kayaknya sih karena jenis kaca jendela yang digunakan berbeda (?)


Semoga aja semakin banyak Guest House yang unik seperti ini di Surabaya. Biar bisa jadi escape tipis-tipis orang-orang yang sumpek dan butuh jeda kayak saya ini haha 😉



Setelah ngobrol bareng Dyah perihal euforia Ramadan di Taiwan, sekarang saya mau ajak teman-teman ke neara lain di Eropa, Belanda, barengan sama salah seorang teman lama sayaaaa, Jilly Rose 🌸

Mungkin ada beberapa teman yang berencana untuk bekerja di Belanda. Memang sih kalau udah ngomongin culture itu ibaratnya kayak ngomongin jodoh. Cocok-cocokan hehe. Beda kota aja bisa beda culture. Apalagi kalau beda negara. Terlebih di dunia pekerjaan yang biasanya kita akan dituntut untuk serba bisa dan mandiri secara cepat 👀 syukur-syukur deh kalau bisa nemuin mentor yang mau ngajarin. Kalau nggak? Hmm rada ribet ya, Bund~


Nah, kali ini Jilly bakalan berbagi pengalaman bekerja di Belanda. Check this out!



Haaiii, Jiillss! Semoga kamu di sana baik-baik aja yaaaa. Eh iya aku tuh penasaran, sebagai orang yang tinggal cukup lama di Indonesia terus pindah ke ‘kampung halaman’ di Belanda, dulu ada culture shock nggak? 👀


Kalau diartikan sebagai orang yang pulang kampung bisa juga sih. Aku pemegang kewarganegaraan Belanda, tapi karena udah lama tinggal Indonesia dari SD kelas 1 sampai lulus SMA, jadi terbiasa sama lingkungan dan kultur Indonesia. Pasti sih ada culture shock. Terutama hal-hal independence gitu 😃 


Di Belanda, rata-rata anak yang udah lulus SMA bahkan Setelah 1 tahun kuliah mereka benar-benar udah mandiri secara finansial. Tapi, bukan berarti mereka nggak ada yang nge-guide ya, karena pasti mereka udah dikasih orientasinya dari sekolah dan didikan keluarga 👨👩


Kalau perihal socializing seperti lifestyle, karena aku cukup terbuka, dalam arti aku udah tahu sejak awal jadi nggak terlalu kaget. Papa sering cerita dari masa-masa mudanya sampai kehidupan sekarang di Belanda 😊


Karena Papa juga sering ke Belanda mampir untuk transit atau untuk kerjaan, jadi selama di Indonesia aku sering diperkenalkan culture Belanda. Misalkan nih salah satunya adalah laki-laki dan perempuan yang tinggal bareng sebelum menikah itu wajar di sini 👀 


Terus ada juga perbedaan culture antara anak dan orang tua. Anak kadang ngobrol sama orangtuanya pakai ‘aku’ dan ‘kamu’ aja. Kadang juga memanggil dengan sebutan nama. Tapi, itu nggak semua karena ada juga yang mengajarkan old school style 😃



Terus, setelah lulus kan kamu pernah cerita nih kalau kamu kerja di bidang yang sangat asing buatmu. Gimana tuh rasanya, Jil? Ceritain sedikit dong tentang pekerjaanmu~ 😆


Aku sudah bekerja sejak kuliah. Waktu itu aku coba cari-cari dan tiba-tiba ada tawaran bekerja part-time di salah satu perusahaan ekspor impor sebagai Social Media Specialist. Aku fokus ke product photography karena basic kuliah aku lebih ke fotografi 📸 


Awalnya aku sama sekali nggak paham dengan Food and Beverage (F&B). Apalagi target market mereka bukan di Eropa, tapi di negara-negara Afrika. Dan sebenernya dalam mengembangkan social media pun aku juga nggak begitu paham. Tapi, sembari belajar aku mulai ngerti sedikit-sedikit 😁 


Akhirnya setelah lulus, karena aku udah nyaman dan aku juga udah mempelajari secara general perusahaan ini arahnya kemana, aku jadi sayang aja buat keluar gitu. Sebenarnya aku juga sempat cari pekerjaan yang sejurusan dengan studi dan ternyata itu nggak mudah. Di sela-sela itu aku juga freelance sebagai event photographer 😜 


Lalu, dari part time berubah jadi permanen. Akhirnya, karena sosial media it’s not my capacity, pimpinan mengarahkan aku ke bidang lain. Kemudian, aku mempelajari administrasi perusahaan dan juga legal 📄 


Jadi, semenjak itu sampai sekarang aku berada di administration and legal department. Di sana, aku menguasai informasi basis perusahaan dan pengurusan registrasi trademark setiap produk yang kita miliki 😁



Oooh, I see. Seru jugaa yaa 😜. Terus, selama bekerja di sana, pernah nggak sih kamu merasa nggak nyambung sama kerjaannya? Kalo ada, apa sih yang membuatmu bertahan? 🤔


Seperti yang udah aku ceritain tadi, aku sempat merasa bingung tapi aku perlahan mengerti setelah belajar pelan-pelan. Lalu, hal yang membuat aku tetap ingin kerja di sini adalah karena aku mendapat ilmu baru ✨ 


Ilmu yang aku dapat ini menurutku penting untuk kedepannya misal aku berencana membuka bisnis sendiri. Setidaknya aku jadi memiliki pengalaman dan observasi bagaimana sesuatu perusahaan itu beroperasi and running a business isn't as easy as I thought. Dari sini aku belajar, ternyata untuk memulai bisnis banyak banget hal yang harus disiapkan. 





Buat aku, ada baiknya kalau kita merasakan sebagai staff dulu dan belajar dari nol sebelum terjun langsung. Aku pribadi suka yang step by step. Aku nggak bisa kalau langsung nyemplung tanpa ada persiapan. Dan pada akhirnya aku merasa ini jalanku 😊 


Makanya itu yang membuat aku bertahan karena jadinya nyambung dengan prinsip aku dalam berkarir 😁



Wah, bener juga sih. Kita jadi bisa belajar dari management dan pimpinan kita. Kamu kan udah lama nih kerja di bidang itu, hal yang paling berkesan buatmu apa?


Pengalaman kerja yang sangat berkesan buat aku adalah tidak dipandang sebelah mata sebagai junior 😉 Misalkan aku ada ide yang lebih bagus mereka akan terima walaupun sebenarnya perusahaan ini bukan perusahaan European 100%. 


Karena pemiliknya adalah orang India, jadi masih ada Indian culture yang dibawa. Kadang adalah kesalahpahaman antara kolega dan melibatkan orang ketiga, atau seringnya melibatkan atasan. Dalam arti, “Kenapa sih kok nggak secara private aja disampaikannya? Atau secara civil gitu? Dibanding ‘main belakang’ atau langsung komplain ke atasan?”👀 


Tapi, itu emang bukan style mereka. Kadang kita juga harus memposisikan diri kita seperti  mereka. Karena mereka sudah terbiasa seperti itu dan kalau kita pakai European style yang 100% mereka bakal tersinggung dan nggak familiar. Jadi, kita juga belajar untuk saling menghargai culture masing-masing 😊





Culture kerja itu yang menjadi pelajaran aku juga sebagai half Indonesian and half Dutch. Kadang aku ada sisi nggak enakannya, cuman makin kesini sisi Belanda aku makin dominan. Kadang aku juga kelupaan terlalu direct kalau ngomong dan terlalu sharp 😬


Beberapa minggu yang lalu, karena pandemi aku lebih sering kerja dari rumah. Kalo kerja dari kantor tiap 1 lantai diisi 1 pekerja. Kalau kantor atas bagian ruangan aku kosong aku bisa kerja di situ 🖥️


Nah, kebetulan aku udah lama banget nggak ketemu kolega aku yang A ini. Dan aku suka banget kerja sama dia karena fun. Selama pandemi, aku udah terbiasa ngelakuin semuanya sendiri dan harus tepat waktu. Istilahnya, ya udahlah nggak ada waktu untuk main, nggak ada waktu untuk banyak celoteh-celoteh lagi 🙂 


Aku kasih instruction. Dia nanya ke aku, ada yang bisa dibantuin nggak? Aku jawab aja kalau emang lagi luang, tolong bantuin itu. Terus dia nanya banyak pertanyaan yang menurut aku nggak perlu dipertanyakan. Istilahnya, bisa kamu lakukan sendiri dan kreatif dikit dong. Jangan apa-apa nanya aku. Menurut aku, kalau kamu berniat membantu aku, ya bantulah 100%. Jangan setengah-setengah. Setelah aku bilang kayak gitu, akhirnya dia diem aja 😬 


Setelah kita selesai kerja, dia baru nanya 

A : Kamu hari ini kenapa? Lagi sedih ya?

J : Nggak. Lagi ada schedule lain aja. Jadi aku pengen sesuai schedule. Mungkin kesananya buru-buru

A : Kamu hari ini sharp banget

J : Oh, maaf 


Terus aku bilang aja, aku memang seperti ini sebenarnya. Kalau dulu sebelum pandemi aku lebih sering ketemu dia dan lebih banyak waktu luang untuk ngobrol, kalau sekarang cuma sehari doang dan ya pengen kerjaan cepet kelar aja 😀


Jadi, hal-hal seperti itu yang aku rasa jadi plus minus kerja di Belanda. Kita harus saling menghargai culture kerja dan behavior satu sama lain. Walaupun dia orangnya European tapi ternyata di setiap bagian Eropa juga memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Itu sih hal yang paling penting dan yang paling berkesan selama aku bekerja diisi 😊



Kalau ngomongin culture itu emang ya kadang ribet tapi seruu sih buatku jadi tahu gimana setiap orang punya kebiasaannya sendiri termasuk dalam hal bekerja yang harus kita hargai 😆. Kalau perihal overtime gimana, Jil? Atau pernah nggak sih pas hari libur ditelpon perihal pekerjaan gitu?


Culture kerja di sini yang paling European banget dan Belanda banget adalah jam 9 kita mulai bekerja dan jam 5 itu kita dianjurkan untuk pulang. Kita kerja jangan sampai overtime. Kalau pun lembur paling lama sampai jam 5.30. Karena kalau kita sakit karena lembur, perusahaan nggak mau bertanggung jawab. Mereka sudah mewanti-wanti misalkan kalau itu efek samping dari lembur setiap hari 👀 


Selain itu, kita juga punya hak untuk kehidupan pribadi. Apalagi kalau sudah berkeluarga masa iya kita pulang tinggal tidur aja. Kita pasti pengen spending time sama partner kita. Atau kayak aku misalkan, ngekos sendiri masih belum ada siapa-siapa, tapi kan ada teman yang bisa diajak ketemu setelah kerja 😁





Tapi, aku pernah overtime atas kemauan sendiri karena aku ngerasa ntar pulang juga nggak ngapa-ngapain. Jadi aku pengennya lembur aja deh biar besok ngerjain task baru. Karena 24/7 itu tidak cukup haha 😅 Apalagi pas pandemi begini. Jadi itu atas kemauan sendiri dan jangan dicontoh ya hehe.


Sampai saat ini aku nggak pernah ditelpon atasan, paling hanya di chat. Karena bos aku berekspektasi aku akan meluangkan waktu buat setidaknya balas chat kerjaan. Walaupun tidak dikerjakan saat itu juga tapi seenggaknya ngecek HP. Tapi nggak wajib juga sih 👀 


Dulu sih sempet diomelin kayak, ayo dong sekali aja kasih waktu weekend buat kerja. Tapi, aku dari awal sampai sekarang tetap orangnya, weekend is me time 😉 



Eh iya, kamu kan hobi ngelukis dan menulis juga, Jil. Pernah nggak sih berpikir untuk bekerja yang sesuai dengan hobimu? 🎨


Absolutely yes! Bahkan hampir tiap hari. Tapi, lebih ke freelance kali ya dan aku lagi pengen ambil kursus atau kuliah lagi di bidang yang aku banget. Aku usahakan sih, tapi nggak wajib hehe. Karena sekarang lagi pandemi, mencari kerja di bidang melukis dan menulis di Belanda sangat sulit. I will keep on trying. 👩🏻‍🎨



Semangaat, Jillsss. Terakhirrr nih. Ada tips nggak nih buat teman-teman yang bekerja di bidang yang asing banget buat mereka? Biar mereka tetap semangat gitu hihi 💃🏼


Ada doonggg! 😆 Semua itu tidak instan. Meski kita awalnya nggak ngerti apa-apa, itu nggak apa-apa. Tapi, pasti adalah hal-hal mendasar yang kita pahami. Nah, dari situ coba kita kembangkan  


Misalnya nih, kamu lulusan komunikasi, tapi kamu kerjaannya bidang administratif. Pasti ada hal basic yang bisa dikembangkan. Karena sebenarnya semua bidang studi itu saling berhubungan dan dibutuhkan satu dengan yang lainnya. Bekerja di administratif kamu juga butuh communication skill untuk menyalurkan informasi tersebut ke orang-orang department lain kan? 👀 


Memang semua harus dipelajari dari scratch. Jangan malu bertanya juga dengan kolega. Cari kolega yang bisa terbuka sama kamu. Karena kan ada juga tuh tipe kolega yang menuntut kamu harus cari tahu sendiri. Kalau seperti itu ya susah ya. Tapi, kamu juga harus targetin jangan keterusan dan jadi ketergantungan. Karena kita juga harus dilatih kemandiriannya. Atasan juga pasti menilai kita punya potensi bisa work as a team dan individual juga 😁 


Oh ya yang terpenting juga, terbuka dengan culture kerja orang lain. Tapi, bukan berarti membunuh prinsip kita ya. Hal ini penting banget supaya rasa empati kita lebih luas lagi.  Karena mau nggak mau kita kerja juga sama manusia lain 😉





Kalau udah ngomongin kerjaan dan culture emang harus bisa beradaptasi dengan baik ya. Kan beda sama teman kuliah yang belum tentu kita intens ketemu 5 to 9 all day. Jadi walaupun nggak bisa nerima culture temen kuliah pun kadang nggak masalah karena nggak bakalan yang ketemu tiap hari berjam-jam hehe. Karena kalau nggak cocok kita juga nggak bisa resign gitu aja hihi 😉


Buat teman-teman yang mau bersilahturahmi bisa banget main-main ke Instagramnya Jilly yaaa. Semangaat, Jiiillyyy kerjanyaaa dan semua kegiatannya di sanaaa ✨


Baca juga cerita seru teman-teman lainnya di sini ✨
Newer Posts
Older Posts
RajaBackLink.com

About Me

My photo
deamerina
Hai! Selamat datang di blog saya. Silahkan menyelami kegiatan yang saya lakuakn yang berhubungan dengan menulis dan fotografi hihi
View my complete profile

Follow Me

  • instagram
  • YouTube
  • FB
  • LinkedIn

Community

Blogger Perempuan
Intellifluence Trusted Blogger

Blog Archive

  • ►  2022 (42)
    • ►  May (5)
    • ►  April (8)
    • ►  March (6)
    • ►  February (8)
    • ►  January (15)
  • ▼  2021 (117)
    • ►  December (15)
    • ►  November (7)
    • ►  October (8)
    • ►  September (14)
    • ►  August (12)
    • ►  July (9)
    • ▼  June (10)
      • Review Staycation di Pana House
      • Lika-liku Kerja di Belanda
      • Perjalanan Mencari Bibir Sehat
      • Review Film: Ali & Ratu Ratu Queens (2021)
      • Resep Jajanan Nggak Sehat yang Bikin Happy
      • Museum Pendidikan Surabaya
      • Review Scarlett Whitening Bodycare
      • Critical Eleven, Pilih Buku atau Film?
      • Pengalaman Jadi Estimator Bangunan
      • Review Drama: Move to Heaven (2021)
    • ►  May (10)
    • ►  April (14)
    • ►  February (4)
    • ►  January (14)
  • ►  2020 (52)
    • ►  December (17)
    • ►  November (10)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (6)
    • ►  April (2)
    • ►  March (3)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2019 (20)
    • ►  October (1)
    • ►  September (5)
    • ►  August (1)
    • ►  July (3)
    • ►  June (3)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2018 (63)
    • ►  December (1)
    • ►  November (12)
    • ►  October (5)
    • ►  September (4)
    • ►  August (1)
    • ►  July (3)
    • ►  June (8)
    • ►  May (4)
    • ►  April (6)
    • ►  March (7)
    • ►  February (8)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (15)
    • ►  December (6)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  August (1)
    • ►  June (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2016 (6)
    • ►  October (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2015 (22)
    • ►  November (3)
    • ►  October (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (6)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)

Friends

Popular Posts

  • Review Film : Searching (2018)
  • Review Film : Hotel Translyvania 3, Summer Vacation (2018)
  • Salah Isi Saldo Go-Pay!
  • Pengalaman Magang Content Writer di Hipwee

Voucher Discount

Voucher Discount

Created with by BeautyTemplates | Distributed by blogger templates