• Home
  • Travel
  • Review
    • Film
    • Book
  • Jurnal
    • Event
    • My Space
  • About

                        D e a     M e r i n a

“Don't be pushed around by the fears in your mind. Be led by the dreams in your heart.” ― Roy T. Bennett, The Light in the Heart

Powered by Blogger.


Detective Conan, salah satu serial manga Jepang genre detektif favorit saya. Dulu saya pertama kali nonton sewaktu SD. Detective Conan ini serial yang paling saya tunggu di Minggu pagi selain Doraemon dan Inuyasha. Ketahuan banget kan saya masuk generasi tahun berapa haha 😜

Saya lupa mana yang saya kenal terlebih dulu, komiknya atau serial tv-nya. Yang jelas saya sangat amat menikmati menonton Detective Conan barengan sama kakak, adik, dan ibu saya. Fyi, ibu saya penggemar berat Inuyasha hihi. Ada yang tahu atau suka juga dengan serial Inuyasha ini? 😜


Seminggu belakangan ini tiba-tiba saya rindu banget nonton Detective Conan, jadilah saya cari daaann akhirnya dapaaat. Bener-bener full dari episode pertama (sebelum Shinichi jadi Conan) sampai yang terbaru episode 991. Saya baru tahu kalau serial ini masih tayang sampai Oktober 2020 kemarin. Bahagiaaa sekaliii 😆 Nontonin serial kesayangan emang bikin candu banget ya. Beda tipis lah sama kalau lagi nonton drama Korea haha. Sama-sama bikin lupa waktu dan nggak bisa berhenti hihi.


Bedanya kalau dulu sewaktu SD saya terkagum-kagum dengan semua analisa Conan, di usia sekarang saya jadi lebih banyak mikir. Wait, kok bisa begitu ya? Tadi kayaknya aku nggak merhatiin ada itu? Alhasil saya nontonnya pun sambil ikutan tebak-tebakan kira-kira siapa pelakunya 🤔 


Peka


Setiap kali Conan atau Hattori (teman Shinichi yang dari Osaka) bertemu orang, saya jadi lebih detail lihat gesture atau tanda-tanda yang ada pada orang tersebut. Misal bagian kaki yang ada goresan, pakaian yang ada noda, dll. Meski ini juga gambaran orang tapi seenggaknya si illustrator pasti kasih petunjuk juga kan? Hehe😁 


Baca juga: Review Film Soul (2020)

Saya jadi penasaran dengan penulis cerita ini, Gosho Aoyama. Kayaknya orangnya detail banget ya. Saya kira penulisnya ini punya latar belakang pendidikan psikologi atau yang berhubungan dengan polisi dll. Ternyata lulusan art dong. Keren banget lah si bapak satu ini. Saya jadi penasaran kira-kira dapet ide dari mana ya soal trick pembunuhan, motif, beserta petunjuk-petunjuk yang ditinggalkan? 🤔 


Tebak-tebakan pelaku  


Semenjak nonton ulang serial Detective Conan ini saya jadi makin paham polanya (atau lebih tepatnya ciri khas penulis dalam memecahkan kasus?). Orang-orang yang jadi tersangka biasanya memang tenang banget dan di luar dugaan. Alias, orang yang sebetulnya nggak begitu mencolok 😶 


Meski di beberapa cerita pelakunya justru orang di luar cerita awal. Yang ini sih sering bikin saya terkecoh haha. Bagian tebak-tebakan pelaku ini bagian yang paling seru buat saya. Kalau tebakan saya bener rasanya bangga juga. Apakah itu pertanda saya bakat jadi detektif? Dan berikutnya bakalan ada Detective Dea? Hahaha ngaco banget 🤪 


Selama nonton ini pun saya jadi berimajinasi punya kerabat yang bisa bikin alat-alat canggih kayak Porf Agassa haha. Meski sebenernya juga ada beberapa alat-alat unik yang sudah dijual di pasaran. Seperti bolpen yang ada kameranya. Tapi sepertinya lebih seru aja kalau punya kenalan yang bisa membuat semua peralatan itu. Bisa sekalian request gtu hehe 😆


Karena nostalgia ini pula, saya jadi tahu di Indonesia sendiri ternyata ada detektif perselingkuhan. Dan orang tersebut mengaku menjalani ini sebagai profesi karena suka melihat Sherlock Holmes. Wow! 😱


Kalau teman-teman gimana nih? Ada yang suka nonton Detective Conan juga? Atau punya serial detektif lainnya? Hmm, kayaknya selanjutnya saya mau nonton ulang Sherlock Holmes deh hihi. Gimana? 😆




 Judul : Soul 

Genre : Animation/Comedy

Release      : 2020

Actor : Jamie Foxx, Tina Fey

Director     : Pete Docter

Duration     : 100 minnutes

 

Joe Gardner, guru musik smp yang bercita-cita menjadi seorang pemain piano jazz. Meski ibunya melarangnya dengan alasan ia tak akan bisa hidup terjamin dari bermusik, ia tetap kekeh dengan cita-citanya. 

 

Suatu ketika, ia mendapatkan telepon dari salah satu muridnya yang tergabung dengan grup band jazz, Dorothea Williams, salah satu idola Joe. muridnya tersebut menawarkan untuk menggantikan pianis mereka yang sedang pergi keluar kota. Dengan semangat Joe pun mendatangi mereka dan menajalni audisi bersama Dorothea Williams.

 

Saking asyiknya bermain, Joe bahkan sempat melamun yang justru membuat grup musik tersebut terpana. Ia pun lolos dan dapat bergabung dengan grup musik idolanya tersebut. Kabar gembira tersebut membuat Joe begitu bahagia dan menelepon salah satu temannya. Dalam perjalannya pulang sambil menelepon tersebut, Joe terjatuh ke dalam lubang saluran air. 

 

Tiba-tiba saat ia membuka mata ia berada di dimensi yang berbeda. Alam sesudah. Ia yang baru saja senang karena mimpinya terwujud pun bersikukuh ingin kembali hidup. Apa pun ia lakukan. Termasuk tugas membimbing 22 untuk menemukan jati dirinya agar roh 22 dapat kembali ke dunia. 

 

Di sinilah konflik di mulai. 22 merasa nggak mau hidup di dunia  karena dunia nggak menarik baginya. Sedangkan Joe ingin kembali ke dunia. Mereka pun membuat perjanjian, karena 22 nggak mau hidup di dunia, saat 22 merasa menemukan api dalam dirinya dan mendapatkan kartu pas untuk hidup di bumi, Joe lah yang akan menggunakannya. Kira-kira, apakah Joe berhasil kembali ke dunia dan menjalani mimpinya sebagai pianis jazz dalam grup band Dorothea Williams? Dan, apakah 22 akan menemukan tujuan hidupnya lalu kembali ke dunia atau akan tetap berada di dimensi lain?




 

Review

 

Film ini bercerita tentang pencarian api alias tujuan hidup seorang lelaki. 22 yang diceritakan pada awalnya nggak mau hidup di dunia, setelah masuk ke dalam tubuh Joe dan merasakan kehidupan pun menemukan tujuannya untuk hidup. Makna hidup bukan sesuatu yang besar. Hanya sesederhana ingin menikmati udara yang baik, senang berbagi cerita dengan orang lain, mendengarkan permainan musik seseorang, dan lainnya 😌 

 

Baca juga: Review FIlm Quarantine Tales, Adaptasi Teknologi di Masa Pandemi


Bahkan Joe yang sudah memiliki passion dalam hidupnya pun sempat merasa jenuh. Saat ia diterima bergabung dengan Dorothea Williams dalam grup jazz-nya, ia merasa tidak begitu bahagia lagi. Seakan, “Ha? Gini doang? Kok aku nggak berasa sebahagia yang aku pikirkan kalau aku bisa bergabung dengan grup jazz idolaku?” Perjalanan dengan 22 lah yang membuat Joe sadar 😥


Menurut saya ini film yang harus ditonton oleh semua orang sih. Apalagi mereka yang merasa stuck. Film ini pun sukses bikin saya mikir berat semalam. Yang berujung saya nggak bisa tidur dengan kertas penuh dengan coretan hehe 😆





Saya pun pernah merasa di posisi Joe. saat salah satu mimpi sudah terwujud, rasanya kok nggak ada bedanya sama sebelumnya ya? Semacam itulah. Yang bikin saya terus mencari dan mencari hal-hal yang akan membuat saya puas. Nyatanya manusia memang nggak pernah berpuas diri. Setelah satu hal sudah tercapai, ia akan mencari 😣


Bersyukur adalah salah satu pesan dalam film ini. Berusaha untuk menikmati setiap detik kehidupan dengan mindful. Bukannya berfous pada masa lalu atau masa depan. Terkadang karena terlalu fokus mengejar sesuatu kita bahkan lupa untuk menikmati saat ini. Hal ini juga sering saya dengar dari beberapa psikolog dan praktisi mindfulness di media sosial mereka. Dalam film ini pun digambarkan mereka yang terlalu fokus pada sesuatu yang jadi ambisi pun mengalami kehilangan jati diri 😔


Over all, film ini sangat direkomendasikan untuk semua orang yang sedang terlalu sibuk mengejar ambisinya hingga lupa menikmati saat ini. Apalagi ini masih awal tahun jadi bisa sekalian me-refresh pikiran huehuehue. Selamat menonton~ 🌻




Judul : Quarantine Tales

Release         : December 2020

Duration         : 90 minutes

 

Nougat





Menceritakan kisah tiga kakak beradik, Ubai, Ajeng, dan Deno. masing-masing dari mereka menjalani hidup masing-masing dan berjarak setelah kepergian orangtua mereka. Meski pun begitu mereka tetap berusaha untuk berkomunikasi dengan memanfaatkan teknologi, video call. Hingga suatu hari Ajeng nggak tahan lagi untuk nggak berkata sejujurnya pada Ubai. Kata-kata Ajeng itupun membuat Ubai sakit hati dan mereka berjarak. 


Baca Juga: Karakter dalam Drama 'Start-Up' yang Layak Dicontoh

Cook Book





Seorang koki yang terjebak dalam rumah karena pandemi, akhirnya berhasil membuat buku resep. Suatu malam, ia mendapatkan telepon dari seorang yang tak dikenalnya melalui video call. Anehnya gadis itu mengatakan bahwa mereka berdua adalah manusia terakhir yang tersisa. Mereka harus melakukan sesuatu untuk tetap bertahan. 


Prankster



Seorang Youtubers yang populer karena konten isengnya suatu malam sedang melakukan live streaming dengan salah satu temannya, Aurel. Awalnya mereka berdua hanya berbincang biasa, tetapi ternyata Youtubers itu juga sedang melakukan prank pada Aurel. Aurel sih sabar, nggak marah. Sampai saat live streaming sudah berakhir, Aurel menelpon kembali Didi via video call. Saat itulah Aurel membalaskan dendamnya akan perlakuan Didi padanya. 


Happy Girls Don’t Cry





Seperti biasa, saat itu Adinda sedang melihat konten Youtube miliki Youtubers favoritnya. Ia rutin mengikuti giveaway yang diadakan Youtubers tersebut hingga suatu hari ia pun menang dan mendapatkan iMac. Saat hadiah tersebut tiba, ia pun dibuat bingung dengan keadaan. Ayahnya berniat menjual iMac tersebut untuk bertahan hidup. Di sisi lain, Adinda ingin menggunakannya karena itu adalah satu-satunya hal yang ia miliki. 


The Protocol





Seorang perampok dalam perjalanan pulang setelah menyelesaikan misi mereka berdua. Di tengah jalan, salah satu dari mereka tiba-tiba tewas setelah batuk mendadak. Temannya pun berpikir rekannya tewas karena virus. Ia dilema apa yang harus dilakukannya, apakah harus meninggalkannya di jalananan atau menguburkannya dengan resiko ia akan tertular juga. 


Review


Awalnya saya nggak nyangka kalau film ini terdiri dari 5 cerita pendek. Saya cuma tahu kalau Dian Sastrowardoyo jadi sutradara di film ini. Jadi saya penasaran aja tanpa liat trailernya dulu 😂


Sejujurnya film ini biasa aja sih menurut saya tapi tetap relate dengan kondisi pandemi. Dari 5 cerita pendek tersebut saya suka bagian Prankster dan Happy Girls Don’t Cry. keduanya bener-bener issue yang patut diperhatikan untuk para creator. Creator di sini maksud saya adalah mereka yang membuat konten. Yang sudah terkenal atau pun yang masih pemula 😉 


Prankster. Setiap orang sih bebas mau terkenal atau nggak, tapi yah kalau bisa lah bikin kontennya juga yang bermanfaat. Saya pun sering heran sama penonton akun Youtube yang isinya prank, kenapa mereka suka banget ya nonton konten yang isinya ngerjain orang dari yang tingkat rendah sampai berlebihan yang jatuhnya kurang ajar bin nggak sopan. Masih inget kan Youtubers yang bikin konten ngeprank kasih teman-teman waria sampah? Sejujurnya saya nggak habis pikir. Kalau mau ngelucu sih, buat saya pribadi itu nggak ada lucu-lucunya sama sekali. Atau kalau mau ngelawak ya ikut stand up comedy aja gimana? Kan lebih menghibur tuh kayak Bintang Emon misalnya hehe 😌


Kalau sampe kayak si Aurel yang gara-gara di prank makan kue ‘sabun’ terus berakibat lidahnya mati rasa gimana? Padahal Aurel suka banget bikin kue. Jelas dia sedih nggak bisa ngerasain kue hasil buatannya. Sampai akhirnya dia pun bales dendam membunuh Didi, temannya yang nge-prank pakai kue buatannya yang udah dikasih racun 😢 


Dan, lagi-lagi jari warganet yang kurang rasa empati asal aja ngetik di kolom komentar instagram Aurel. Aurel yang jadi psycho karena sakit hati dan dendam pun bikin giveaway kukis. Pemenangnya? Sudah bisa ditebak. Warganet yang hobi komen buruk di akunnya. Selamat menikmati kukis beracun, gitulah pesannya. 


Happy Girls Don’t Cry. sejak teknologi makin canggih dan banyak bermunculan Youtubers baru beserta banyak pula penontonnya, mereka berlomba-lomba mengabadikan momen. Mulai dari momen bahagia hingga sedih. Semuanya demi konten. Settingan atau nggak.


Di cerita ini yang paling mengena buat saya adalah saat Adinda memilih meninggalkan rumah dan begitu ia keluar rumah langsung ditabrak motor dan luka-luka. Ibunya pun lari nolongin Adinda, bapaknya lari menyelamatkan iMac yang gagal dijualnya dan tergeletak dijalanan. Di bagian ini, handphone Adinda menyala dan menayangkan salah satu Youtubers yang lagi mengadakan giveaway. Bapaknya yang lagi liat pun langsung secara spontan merekam keadaan Adinda yang luka-luka dan ibunya yang teriak-teriak minta tolong. Bisa bayangin kan adegannya? Adinda yang masih belum ditolongin dan bapaknya yang lagi megang handphone ngerekam anaknya 🙃


Meski nggak bisa nonton di bioskop, untungnya sekarang ada BioskopOnline.com yang jadi cara baru nonton film bioskop. Nggak perlu lagi merasa berdosa karena nonton di website ilegal 🤣 Harga tiketnya juga terbilang murah pula. Mulai dari Rp5.000. Kalau untuk film ini harganya Rp10.000. Enaknya lagi bisa ditonton berkali-kali. Kalau di bioskop beneran kan nggak bisa ya hehe.

Over all film ini cukup bikin hati miris dan melek dengan kondisi lingkungan kita sekarang. Saya berharap sih ada film utuh dari Prankster dan Happy Girls Dont Cry. saya salut bangeet sama para tim produksi film ini yang masih tetap bisa aktif dan berkarya di masa pandemi iniiii. Menghasilkan karya dengan keterbatasan jarak itu nggak mudaah. Salut deh 🌻




Sudah h+ sekian setelah episode terakhir drama Start-Up, nyatanya explore Instagram saya masih penuh dengan foto-foto pemain drama tersebut. Kan saya jadi gagal move on. Kalau ditanya tim mana, saya dengan lantang jawab #teamHanJipyeong 😍 Jangan tanya kenapa karena saya punya banyak alasan kuat buat jadi tim mentor Han Ji-pyeong haha. 

Saya suka banget sama drama yang satu ini. Selain karena membahas hal yang relate banget sama anak muda jaman sekarang, yaitu perkembangan startup, adalah karena karakter dari para tokoh yang dihadirkan. Mereka masing-masing punya karakter yang kuat yang mampu menginspirasi, menurut saya sih. Apalagi di akhir tahun gini, jadi bikin makin semangat untuk menyambut tahun baru dengan segudang list target baru huehuehue. Jadi dari drama ini saya nggak cuma belajar banyak megenai lika-liku merintis startup dari awal, tapi kegigihan para tokohnya juga patut ditiru 😉


Baca juga: Alive (2020), Antara Bertahan atau Menyerah

Meski saya mau cerita karakter dari setiap tokoh, tapi mungkin bakalan ada sedikit spoiler hehe. Check this out!


Seo Dal-mi


Seo Dal-mi


Tokoh utama dari drama ini, seorang perempuan yang kuat. Kalau di bilang kasihan, emang kasih banget sih Dal-mi ini. Nggak tega banget liat dia di episode 1 dan 2 yang di dominasi oleh tangisan huhu 😭


Dal-mi yang bisa masuk kampus ternama terpaksa nggak melanjutkan studinya karena nggak ada biaya. Bahkan ia terpkasa mengambil beberapa pekerjaan sekaligus untuk membelikan neneknya kendaraan untuk berjualan. Saya yakin, untuk sebagian orang memutuskan untuk berhenti kuliah itu sangat sulit. Apalagi kalau udah diterima di kampus ternama. Aduh, sayang banget nggak sih?  


Kegigihan dan keberanian Dal-mi dalam mengambil keputusan ini bikin saya takjub. Padahal dia mah nggak tahu pasti apa yang bakal menjaminnya di depan. Relasi? Nggak punya. Dana? Boro-boro buat usaha, buat sehari-hari aja dia harus kerja banting tulang. Di tempatnya bekerja, Dal-mi selalu berusaha totalitas dengan apa yang dikerjakannya. Bahkan, pernah tuh Dal-mi sampai bikin rekor penjualan tertinggi. Semangatnya ini pantes banget buat ditiru. Dia seolah mengerjakan semuanya dengan sepenuh hati 🌻 


Waktu tiba-tiba ketemu In-jae di Sandbox, Dal-mi nggak mau kelihatan buruk di depan kakaknya itu. Dia berlagak seakan dia hidup dengan sangat baik. Dal-mi pun sampai berbohong ke In-jae kalau dia punya usaha sendiri barengan sama Do-san. Meski berawal dari kebohongan dan gengsi, Dal-mi berusaha menjadikan nyata semua omongannya. Pilihan yang tepat, mengubah gengsi itu jadi energi untuk mengapai tujuannya. 


Setelah bergabung dengan Samsan-tech, akhirnya ke dua teman Do-san tahu kalau Dal-mi hanyalah lulusan sma. Dan mereka sempat merendahkan kemampuan Dal-mi dalam bidang ini. Udah nggak tahu dunia start-up, dia juga cuma lulusan sma. Apa dia merasa rendah diri dan sedih gitu aja? Nggak cuy, justru dia jadi banyak belajar sampai nggak tidur. 


Nam Do-san


Nam Do-san


Berbekal passion dan kegeniusannya, Do-san memutuskan untuk membuat perusahaannya sendiri sama ke dua temannya, Sansam-tech. Selama 2 tahun kerja bareng, meski nggak membuahkan hasil tapi seenggaknya mereka bertiga masih gigih untuk terus mencoba. Sempat diremehkan oleh Han Ji-pyeong dan sakit hati, mereka membuktikan diri dengan memenangkan sebuah perlombaan internasional. Tapi, sayangnya mereka tenggelam dalam euforia kebahagiaan itu sampai lupa mempersiapkan banyak hal sebelum bertemu dengan investor 😐


Sifat Do-san lainnya yang bikin saya terkagum adalah setiap Dal-mi mengatakan sesuatu, Do-san pasti berusaha untuk mengabulkannya. Saya rasa, bukan hanya karena Dal-mi yang request, tapi memang karakternya yang selalu berusaha mencoba semustahil apapun. Hmm, sepertinya bagi Do-san nggak ada yang mustahil. Dia suka banget berjalan tanpa arah. Sing penting yakin, ibarat motto orang jawa mah begitu. Tapi mungkin bagi sebagian orang yang terencana, sifat ini cukup membahayakan. 


Meski sering direndahkan oleh Ji-pyeong, Do-san tetap nggak malu untuk minta masukan ke Ji-pyeong. Dia sadar dia memang perlu belajar banyak. Atau saking polosnya Do-san kali ya 🤣 Gemaaasss banget liat keluguan Do-san tuh kadang ahha. 


Selama 2 tahun menjadi CEO Samsan-tech dan nggak pernah berhasil mendapatkan investor, Do-san menerima kritikan Ji-pyeong dengan lapang dada. Dia akhirnya sadar kalau memang dia nggak berbakat untuk memimpin. Mungkin dia memang bisa mengayomi dan bekerja sama dengan timnya. Tapi, dia juga sadar diri kalau nggak bisa mengambil keputusan sebagai pemimpin. Nggak semua orang bisa nerima kritikan orang lain selegowo ini sih menurut saya. Bahkan banyak juga yang menyangkal dan tetap memaksakan diri. Padahal, itu nggak masalah sih karena tiap orang punya kapasitasnya sendiri. Seorang CEO pun belum tentu bisa melakukan hal-hal teknis. 



Han Ji-pyeong




Tokoh favorit saya yang satu ini memang terkesan dingin. Tapi hatinya hangaaaaattt 🥺 terbukti melihat hubungannya dengan neneknya Dal-mi. Meski kata-kata yang terlontar dalam mulutnya seringkali nyelekit tapi dia tulus bangeeettt huhu nggak bisa move on beneran nih jadinya. 


Berbeda dengan Do-san, Ji-pyeong sosok yang terencana dan visioner. Dia selalu memperhitungkan dengan matang segala hal yang ia lakukan. Kemandiriannya membuat Ji-pyeong dapat menghasilkan uang jutaan dari saham yang dia mainkan di usia yang belia. Dari situlah Ji-pyeong mulai merencanakan masa depannya. 


Kalau Do-san hobi jalan tanpa arah, Ji-pyeong tipikal yang realistis. Bermimpi boleh, tapi tetap sadar diri. Melihat kapasitas diri itu penting banget. Karakter Ji-pyeong yang satu ini selalu bisa bikin saya sadar, kalau mimpi itu juga kudu realistis. Meski Ji-pyeong juga pada akhirnya tertampar dengan keberhasilan Do-san 🤣 Luntur sudah rekor cenayangnya. 


Menyukai orang yang sama nggak lantas bikin Ji-pyeong menjatuhkan Do-san. Nyatanya dia tetap bisa bersikap profesional. Tetap memberikan nasihat sebagaimana mestinya seorang konsultan. Dewasa banget yakaaannn 🥺 


Berhasil meraih kesuksesan nggak lantas membuatnya lupa daratan. Ia masih ingat pada nenek Dal-mi dan tetap berusaha untuk membalas budi. Bahkan dia sampai rela repot-repot memindahkan kantor Samsan-tech ke rumahnya. Saat membalas budi pun Ji-pyeong nggak perhitungan. Semuanya dia lakukan dengan tulus. Bahkan turut sedih sewaktu tahu nenek Dal-mi perlahan kehilangan pandangannya. 


Kesuksesan yang diraihnya tentu hasil dari kegigihan yang telah dilakukannya dalam waktu yang lama. Selain itu Ji-pyeong juga pandai melihat peluang. Memanfaatkan setiap kesempatan yang ada. Karena dari kesempatan kecil dia tahu bakalan ada peluang-peluang lain yang menghampiri. Setiap langkah yang diambilnya pun tentu telah melewati banyak perhitungan sebab akibat dan beberapa faktor. Aih, pokoknya #TeamHanJipyeong selalu deeeeehhh 😍


Nah, gimana? Buat kalian yang sudah nonton pasti paham banget kan yang saya maksud hehe. Yang belum nonton wajib nonton! Mayan lah buat hiburan akhir tahun sekalian menambah semangat di awal tahun hihi. Please, jangan salahin saya kalau sampai kalian ikutan nggak bisa move on haha. Semoga next ada drama atau film semacam ini lagi.


Kalian tim siapa nih? Apakah kita di tim yang sama? 😍



 

Judul                : Alive

Genre               : Horror/Thriller

Release            : 2020

Actor                 : Park Shin-hye, Yoo Ah-in

Director             : Cho I;-hyung

Duration            : 90 minutes

 

Seorang gamer, Oh Joon-woo, yang terbangun seperti biasa di apartemennya. Ia tinggal dengan kedua orangtuanya dan saudara perempuannya. Saat akan memulai bermain game dengan teman-temannya, ia melihat berita yang aneh di tv. Kegaduhan terjadi di jalanan. Dari balkon apartemennya, ia panik melihat orang-orang saling menyerang bahkan lebih brutalnya lagi mereka saling memangsa. Kanibalisme terjadi di kotanya. 


Joon-woo berusaha menghubungi keluarganya yang sedang keluar berbelanja. Sayangnya keadaan kota sedang tak terkendali. Sinyal telepon tidak ada dan internet mengalami gangguan. Ia terjebak di apartemennya seorang diri. Dalam keadaan ketakutan dengan kondisi kota, Joon-woo pun menutup pintunya rapat-rapat untuk melindungi diri. Sayangnya, saat ia mengintip kegaduhan di depan pintunya seseorang berhasil masuk. Tetangganya yang sedang melarikan diri dari serangan kakaknya yang telah terinfeksi. 


Meski mengaku tidak terinfeksi, Joon-woo tetap was-was dengan tetangganya. Ia hanya mengijinkannya memakai kamar mandi lalu ia menyuruhnya keluar. Tanpa disangka, ternyata sebelum tetangganya sempat keluar, ia sudah berubah menjadi zombie terlebih dulu. Dengan segala upaya, Joon-woo akhirnya mampu mengusir zombie tersebut dan kembali menutup pintunya rapat-rapat. 


Read: Peninsula, Film Zombie atau Fast and Furious?


Suatu hari Joon-woo mendapatkan pesan suara dari keluarganya. Ia bersyukur keluarganya baik-baik saja. Mereka meminta Joon-woo bertahan. Kata-kata itulah yang menguatkannya setiap hari. Hingga sudah memasuki hari ke-20, persediaan makanannya mulai menipis. Joon-woo pun terpaksa meminum persediaan minuman ayahnya. Hingga ia berhalusinasi keluarganya pulang ke rumah dan mereka dapat berkumpul dengan bahagia. Hal ini tentu membuatnya semakin sedih.


Dihinghapi perasaan kesepian dan ketakutan, Joon-woo pun depresi. Tali ia kuatkan pada langit-langit dan ia bersiap gantung diri. Hitungan ketiga ia menanggalkan kursinya. Tiba-tiba cahaya pointer merah mengusiknya. Ia mengikuti arahnya yang membentuk tulisan "Bodoh". Ia pun berusaha menggagalkan niatnya dan mencari tahu sumber pointer stersebut.


Joon-woo merasa senang bukan main menemukan teman. Ia seorang gadis di sebrang apartemennya, Yoo-bin. Mereka pun saling bertukar makanan dan berbincang melalui walkie talkie yang diambil Joon-woo dari kamar tetangganya. 


Saat keadaan semakin tidak menentu, mereka berdua memutuskan untuk pergi ke suatu tempat yang lebih aman. Sayangnya, perkiraan mereka salah dan malah terjebak di sebuah apartemen dengan seorang lelaki. Ia memiliki banyak persediaan makanan. Ia mengatakan akan ada bantuan yang datang segera. Mereka berdua pun terharu bahagia karena akhirnya dapat terlepas dari para zombie. 


Joon-woo dan Yoo-bin pun makan dengan penuh rasa bahagia. Tanpa disangka, ternyata lelaki tersebut memasukkan obat tidur dalam makanan mereka. Lelaki tersebut membawa Yoo-bin yang setengah sadar masuk ke dalam ruangan dan menguncinya. Hal yang tak diduga terjadi. Ada zombie di dalam ruangan tersebut. Ternyata lelaki pemilik apartemen ini menyembunyikan isyrinya yang telah menjadi zombie di dalam ruangan. Lelaki itu menjadikan Yoo-bin sebagai makanan istrinya. 


Untungnya Joon-woo segera tersadarkan dan menolong Yoo-bin. Yoo-bin terselamatkan sedangkani lelaki pemilik apartemen tersebut jadi makanan istrinya sendiri. Merasa tertipu Yoo-bin pun lelah dan putus asa. Ia meminta Joon-woo untuk menembaknya. Daripada menjadi mangsa zombie, ia lebih memilih untuk ditembak mati. Pistol sudah berada di tangan Joon-woo. Meski ia tak tega, Yoo-bin bersikeras untuk meminta Yoo-bin menembaknya. Saat Joon-woo akan melepaskan tembakan, terdengar suara helikopter bantuan. 





Joon-woo dan Yoo-bin berlari melewati para zombie dan menuju atap apartemen. Saat sudah berada di atap, mereka tak menemukan helikopter. Mereka telah pergi menjauh. Mereka berdua datang terlambat. Mereka berdua pun pasrah di tepi atap. Membayangkan akan menjadi mangsa zombie yang mulai merusak pintu  dan mendekat. Di saat itulah helikopter bantuan datang. Mereka pun terselamatkan. 


***


Woaahhh! Setelah nonton perzombian duniawi, Train to Busan and lanjut Peninsula dan lanjut nonton iniiiii saya rasanya sudah terbiasa dengan wajah-wajah zombie hehe. Jujur, saya sebelumnya jijik banget sama zombie. Meski yaaa mending zombie daripada harus nonton film horror yang hantu. 


Meski nggak seseru Peninsula yang ada adegan balapannya, Alive punya cerita sendiri yang menegangkan. Scene yang memperlihatkan tokoh Joon-woo yang seolah-olah jadi manusia normal satu-satunya yang ada di kota emang bikin depresi. Saya nggak kebayang aja sih kalau jadi dia. Udah stok makanan menipis, nggak ada sinyal telpon dan internet, nggak tahu kabar keluarga pula. Hopeless banget pokoknya 😢


Kehadiran tokoh si lelaki jahat ini juga unpredictable banget sih. Meski awalnya sempat dicurigai dan membuktikan diri kalau doi orang baik-baik, plot twist bangeeettt. Dan saya sempat terbawa suasana waktu si lelaki itu minta maaf ke Yoo-bin karena jadiin dia makanan buat istrinya. Kok ya bisaa ada orang kayak gitu. Udah jelas istrinya itu ‘udah nggak ada’ tapi masih aja di lindungi bahkan mengorbankan manusia normal 😤 


Beberapa scene juga bikin saya ikutan sedih. Waktu Joon-woo mau gantung diri itu emang nggak kebayang aja sih. Trus scene terakhiiiirrrrr paling greget. Udah mereka berdua berjuang mati-matian buat sampai atap eh nggak ada dong helikopternya. Aku jadi mereka sih udah lemes duluan sebelum di kepung para zombie. Tapiii, untungnya ajaaa helikopternya beneran adaaa ❣️


Film ini rekomen sih buat kalian yang suka film tegang dan dibikin gemes sendiri. Eh, tapi ada satu hal yang bikin saya penasaran. Kira-kira itu para cameo zombie gimana ya actingnya? Peralihan dari manusia normal ke zombie itu kan badannya kayak melintir-melintir gituuu. Apakah para zombie itu dancer? Apakah ada yang penasaran juga? Atau kalian ada yang punya pencerahan?



Older Posts

Follow by Email

1Minggu1Cerita

1minggu1cerita

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan

LET’S BE FRIENDS

Blog archive

  • ▼  2021 (18)
    • ▼  February (4)
      • Happy February
      • Akhirnya Surabaya Punya Alun-Alun!
      • Ngalor Ngidul
      • Roti Bluder, Roti Peninggalan Belanda yang Super L...
    • ►  January (14)
  • ►  2020 (53)
    • ►  December (17)
    • ►  November (10)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (7)
    • ►  April (2)
    • ►  March (3)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2019 (20)
    • ►  October (2)
    • ►  September (5)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2018 (63)
    • ►  December (1)
    • ►  November (12)
    • ►  October (5)
    • ►  September (4)
    • ►  August (1)
    • ►  July (3)
    • ►  June (8)
    • ►  May (4)
    • ►  April (6)
    • ►  March (7)
    • ►  February (8)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (15)
    • ►  December (6)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  August (1)
    • ►  June (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2016 (6)
    • ►  October (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2015 (22)
    • ►  November (3)
    • ►  October (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (6)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)

SUBSCRIBE NEWLETTER

recent posts

Created with by BeautyTemplates | Distributed by blogger templates