Tulisan ini aku tulis untuk kamu. Kamu yang aku tak tau berada dimana. Untuk kamu yang sangat jauh disana sehingga tak tau bagaimana keadaan berjalan. Untuk kamu yang pernah terselip dalam doa.
Pernah aku memberitahumu akan satu hal. Tidak. Banyak hal. Tentang aku, kamu, kita, dan dunia. Perlahan lahan aku menjelaskan arus. Bumi yang kita injak. Udara yang kita hirup. Bulan yang kita lihat. Aku berharap kamu tau akan rasa. Bukannya aku tak mau tau. Tapi, kamu yang membungkam mulutku untuk bertanya. Setidaknya apa kabar? Kamu yang merusak jembatan itu hingga aku tak dapat melintas. Dan kini, kamu menyalahkanku saat aku tak dapat melintas untuk bertegur sapa. Sedangkan kamu hanya mematung layaknya manekin.
Untuk kamu yang sedang bergumul dengan pikiranmu sendiri tanpa mau melihat sekitar. Jika seperti ini terus, siapalah yang akan berprasangka. Kamu tentunya akan bertanya tanya. Apa? Mengapa? Bagaimana? Tapi tentunya pertanyaan itu tak akan pernah tersampaikan. Ia hanya akan menggantung dilangit malam yang sepi. Dipagi buta yang sunyi nan dingin.
Untuk kamu yang selalu berdiam diri terkunci dalam kubus. Melewati cerita demi cerita, kejadian demi kejadian. Bebaskan mata dan telingamu kesemua arah mata angin. Bersualah dengan alam. Tidakkah kau sadari bahwa pintu itu mengangga lebar. Bahkan kubusmu tak pernah terkunci.
Post a Comment
Post a Comment