Gaji baru masuk, belum seminggu, saldo sudah hampir habis. Tagihan sudah dibayar semua sih, tapi kok kayaknya gaji jadi cuma numpang lewat ya? Ini antara gaji yang kurang atau akunya yang nggak bisa ngatur keuangan?
Pernah ngerasain situasi ini juga? Rasanya uang keluar terus tanpa sadar dan tiba-tiba kita cuma bisa menatap layar mobile banking sambil mikir, “Lho, kok tinggal segini?”
Saya pun begitu. Apalagi urusan membayar tagihan, biasanya saya catat di Google Calendar supaya nggak kelewatan dan berujung fatal. Nggak lucu kan kalau sampai saya lupa bayar tagihan listrik dan bikin saya sekeluarga gelap-gelapan? Meski sudah mencatat di Google Calendar, nggak jarang juga saya nggak ngeh karena lagi riweh dengan pekerjaan.
Adegan dewasa yang cukup mengerikan kalau sampai terlewatkan ini, membuat saya berkenalan dengan AstraPay. Saat ini memang ada banyak dompet digital.
Tapi, AstraPay memiliki kelebihan karena kemudahannya dalam bertransaksi dengan produk Astra Group, seperti FIF Group, asuransi Astra Life, Astra Credit Companies (ACC), dan lainnya.
Fitur yang Bikin Hidup Lebih Ringan
Saya merasa beruntung hidup di era digital, karena hampir semua hal bisa dilakukan dengan lebih praktis, termasuk dalam melakukan berbagai transaksi.
Kehadiran dompet digital seperti AstraPay memudahkan kehidupan dewasa. Aplikasinya ringan, tampilannya sederhana, dan prosesnya cepat.
Tanpa perlu membuka banyak aplikasi, AstraPay sudah cukup untuk memenuhi hampir semua kebutuhan transaksi harian. Mulai dari membayar tagihan, top up saldo, hingga belanja menggunakan QRIS.
Beberapa fiturnya jadi andalan saya setiap bulannya. Bayar tagihan seperti listrik, air, BPJS, dan internet bisa diatur langsung dari satu dashboard tanpa ribet. Top up dan transfer saldo juga jadi lebih praktis. Bisa transfer ke sesama pengguna maupun ke rekening bank lain dalam sekejap.
Untuk belanja, belakangan saya makin sering menggunakan QRIS, karena makin banyak warung dan toko kecil yang sudah mendukung pembayaran digital. Tinggal scan, langsung beres.
Salah satu alasan saya memilih menggunakan QRIS daripada pembayaran tunai adalah memudahkan pencatatan keuangan bulanan. Di AstraPay saya bisa melihat histori transaksinya dengan rapi dan jelas. Hal ini pun membuat saya lebih bijak dalam mengatur keuangan.
Selain fungsinya yang lengkap, pengalaman pemakaiannya pun nyaman. Aplikasinya nggak berat, nggak banyak notifikasi promosi, dan loading-nya juga cepat.
Buat saya yang hidup serba cepat, AstraPay jadi solusi yang pas: praktis, efisien, dan membuat urusan finansial jauh lebih ringan.
Dulu Impulsif, Kini Terkendali
Dulu saya termasuk tipe yang mudah tergoda membeli ini itu, apalagi soal buku dan perintilan rumah. Menggabungkan tabungan dan biaya kebutuhan hidup pada satu ATM saja nyatanya membuat saya menjadi lebih boros.
Seorang praktisi keuangan pun menyarankan saya untuk memisahkan tempat menyimpan tabungan dan biaya kebutuhan supaya lebih memahami batasan.
Dalam laporan McKinsey tentang perilaku finansial masyarakat Asia Tenggara menyatakan sekitar 65% responden dari Indonesia lebih disiplin menabung ketika menggunakan rekening yang berbeda untuk tujuan tabungan dan kebutuhan sehari-hari.
Selain itu, laporan ini juga menyebutkan bahwa metode memisahkan tabungan dengan kebutuhan sehari-hari dapat membantu menurunkan pengeluaran tidak terencana hingga 20%.
Menggunakan AstraPay sebagai dompet digital, tentunya menjadi win win solution. Sebagai batasan, kita bisa mengisi saldo dompet digital sesuai kebutuhan.
Misalnya, setelah mengetahui pengeluaran bulanan saya, untuk satu bulan saya langsung top up Rp4.000.000 sebagai “batas aman” agar pengeluaran nggak bablas.
Dana tersebut pun bisa langsung saya gunakan untuk pembayaran berbagai tagihan bulanan (air, listrik, internet, dan lainnya) karena semuanya telah tersedia di AstraPay.
Selain itu, adanya histori transaksi yang rapi membuat saya dapat mengetahui alokasi pengeluaran lebih detail. Saya bisa melihat, misalnya, ternyata saya terlalu sering membeli kopi atau berbelanja.
Dari histori itulah saya mulai mengatur ulang prioritas antara keinginan dan kebutuhan. Seiring berjalannya waktu, saya pun jadi terbiasa mencatat pengeluaran, dan dapat mengalokasikan pengeluaran berlebih ke tabungan seperti dana darurat.
AstraPay mungkin bukan aplikasi pencatat keuangan seperti Excel atau Google Sheets, tapi memiliki efek yang serupa, yaitu membantu lebih disiplin tanpa pusing.
Bukan Sekadar Transaksi, tapi Investasi dalam Gaya Hidup
Saya percaya, gaya hidup digital bukan hanya melakukan pembayaran secara cashless atau QR code. Tapi juga soal mindset. Dan untuk saya, AstraPay memiliki peran sebagai “pengingat” kecil bahwa uang perlu dikelola, bukan sekadar dihabiskan. Karena sebanyak apapun gaji kita, kalau kita nggak bisa mengaturnya tentu akan habis juga.
Statistiknya pun mendukung. Menurut survei Indonesia Fintech Trends 2024 dari JakPat, 96% responden mengaku sudah memiliki atau menggunakan e-wallet.
Selain itu, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada 2024, hampir 30% rumah tangga di Indonesia memiliki dompet digital atau e-wallet.
Saya juga melihat AstraPay semakin aktif terlibat dalam edukasi literasi keuangan digital, terutama untuk anak muda dan pelaku UMKM.
Saya sangat senang dengan adanya edukasi tersebut karena nyatanya masih ada banyak orang yang belum memahami bagaimana mengelola keuangan yang baik.
Bukan Soal Seberapa Banyak, Tapi Seberapa Bijak
Memiliki penghasilan besar nyatanya nggak selalu sejalan dengan keuangan yang sehat kalau nggak dibarengi dengan pengelolaan yang bijak. Di era digital seperti sekarang, memisahkan dana tabungan dan kebutuhan harian nggak lagi ribet.
Cukup dengan memanfaatkan dompet digital seperti AstraPay, kita bisa membuat rekening tambahan untuk pengeluaran bulanan. Alat kecil yang membantu menciptakan perubahan besar, dari gaya hidup konsumtif menjadi lebih mindful.
Dengan fitur-fitur seperti pengingat transaksi dan pencatatan histori, keputusan finansial pun menjadi lebih terarah. Karena pada akhirnya, bukan soal seberapa banyak uang yang kita punya, tetapi seberapa bijak kita mengelolanya agar tetap terkendali dan berkelanjutan.
Post a Comment