Travel

FOLLOW US @ INSTAGRAM

Blogger Perempuan
Intellifluence Trusted Blogger

Banner Bloggercrony

Dari Uang Kertas ke Uang Digital: Menyelamatkan Bumi Lewat Transaksi

Post a Comment
Dari Uang Kertas ke Uang Digital Menyelamatkan Bumi Lewat Transaksi
Digitalisasi belakangan bukan sekadar tren teknologi, tapi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup modern. Kita berbelanja, bekerja, belajar, hingga membayar tagihan rumah tangga hanya lewat satu sentuhan di layar ponsel.

Dibandingkan sebelumnya, penggunaan teknologi digital pada kehidupan sehari-hari terasa jauh lebih nyaman, cepat, dan efisien. Di balik semua kemudahan dan efisiensi itu, ada dampak besar yang kadang luput dari perhatian, yaitu digitalisasi ternyata bisa menjadi kunci penting bagi keberlanjutan lingkungan.

Setiap kali kita memilih untuk mengirim dokumen secara digital, bertemu lewat video call alih-alih terbang ke luar kota, atau membayar tagihan dengan QR code, sebenarnya kita sedang meminimalkan konsumsi sumber daya alam.

Menurut Deloitte (2022), adopsi digitalisasi dokumen dapat menurunkan jejak karbon perusahaan hingga 20% pada tahun 2050. 
WWF bahkan menyebut bahwa mendaur ulang satu ton kertas dapat menghemat 26.500 liter air, 400 liter minyak, dan menyelamatkan 17 pohon. 
Ini menunjukkan bahwa setiap kali kita memilih transaksi digital atau dokumen elektronik, kita sedang mendukung bumi yang lebih hijau. Seperti keputusan sederhana memilih e-mail dibandingkan mengirim berkas yang telah dicetak.

Salah satu transformasi paling nyata adalah dalam hal pembayaran di era modern ini. Kini, dompet digital dan aplikasi seperti QRIS dan e-money telah menggantikan peran uang kertas dan koin dalam kehidupan sehari-hari. 

Digitalisasi bukan sekadar efisiensi, tapi juga solusi dari masalah lingkungan secara nyata.

Data dari Bank Indonesia menunjukkan, hingga Oktober 2024 pengguna QRIS telah mencapai 54,1 juta orang, dengan nilai transaksi menembus Rp659 triliun, meningkat dari Rp226 triliun pada tahun sebelumnya. 

Volume transaksi uang elektronik pun mencapai 8,9 miliar kali pada 2023. Hampir dua kali lipat dibandingkan tiga tahun sebelumnya. Peredaran uang tunai pun tercatat turun sekitar 10-15% dalam beberapa tahun terakhir, terutama di kota-kota besar.

Transformasi menuju cashless society ini tidak hanya soal kenyamanan, tapi juga soal efisiensi sumber daya. Proses produksi dan distribusi uang fisik membutuhkan kertas khusus, tinta, logam, energi, dan logistik yang rumit. 

Setiap transaksi digital yang kita lakukan sesungguhnya membantu mengurangi kebutuhan akan bahan-bahan tersebut, sekaligus menekan emisi dari proses distribusinya.

Selain kemudahannya, penggunaan pembayaran digital terbukti mampu mengatasi berbagai kendala klasik dalam transaksi tunai, seperti peredaran uang rusak dan kesulitan mencari kembalian. 

Uang kertas dan koin yang berpindah tangan setiap hari riskan mengalami kerusakan, lusuh, atau robek. Sehingga setiap tahunnya Bank Indonesia harus menarik dan memusnahkan uang tidak layak edar dalam jumlah besar. Padahal dalam proses ini membutuhkan biaya tinggi dan berdampak pada lingkungan.

Sementara itu, transaksi tunai juga kerap menyulitkan penjual dalam menyediakan kembalian, apalagi saat konsumen membayar dengan pecahan besar. 

Tidak jarang hal ini menyebabkan kesalahan atau bahkan kecurangan. Dengan sistem pembayaran digital seperti QRIS, seluruh transaksi dapat dilakukan secara presisi tanpa repot mencari koin atau khawatir uang lusuh. 
Selain meningkatkan kenyamanan, digitalisasi juga mengurangi biaya distribusi dan pencetakan uang, sekaligus memperpanjang umur sistem keuangan nasional secara lebih efisien dan berkelanjutan.
Tidak hanya soal uang, digitalisasi juga hadir dalam berbagai bentuk yang mendukung gaya hidup modern yang lebih ramah lingkungan. Di kota besar, ride sharing menjadi pilihan yang menarik dalam menyediakan alternatif transportasi yang lebih terjangkau dan fleksibel, serta dapat mengurangi kemacetan dan lebih ramah lingkungan. 

Begitu pula dengan transportasi umum berbasis aplikasi yang turut serta dalam mengurangi jumlah kendaraan pribadi di jalan dan polusi udara. Yang masih menjadi tantangan di kota besar seperti Jakarta, yang kualitas udaranya sering masuk kategori tidak sehat menurut IQAir (2024).

Aplikasi smart home pun memungkinkan kita mengontrol konsumsi listrik secara real-time hingga mencegah pemborosan energi. Di ruang digital, media sosial dan platform e-learning juga menjadi sarana edukasi dan kampanye hijau, dari webinar zero waste hingga gerakan bijak berplastik.

Namun, dampak teknologi akan sangat bergantung pada bagaimana kita menggunakannya. Maka dari itu, platform seperti dompet digital memiliki potensi strategis sebagai solusi gaya hidup modern yang berkelanjutan. 

Dengan menyediakan layanan pembayaran tanpa kertas, AstraPay membantu mengurangi konsumsi kertas dan emisi karbon yang dihasilkan dari proses pencetakan dan distribusi uang tunai. 

Seperti yang telah banyak diaplikasikan saat ini. Bukti pembayaran yang sebelumnya dicetak kini tersimpan secara digital hingga mengurangi limbah kertas dan mendukung gaya hidup yang lebih hijau.

Selain itu, kini dompet digital berperan aktif dalam mendukung transportasi publik yang berkelanjutan. Melalui kemitraan dengan layanan transportasi umum, banyak e-money, termasuk AstraPay, memfasilitasi pembayaran non-tunai untuk transportasi umum. 

Hal ini dapat mendorong masyarakat untuk beralih dari kendaraan pribadi ke moda transportasi massal yang lebih ramah lingkungan. Langkah ini tidak hanya meningkatkan efisiensi transaksi tetapi juga berkontribusi pada pengurangan emisi gas rumah kaca.

Pada akhirnya, dengan satu klik bisa menjadi aksi hijau. Mulai dari memilih transaksi digital tanpa kertas, mengurangi streaming berlebihan, hingga menyebarkan inspirasi tentang hidup berkelanjutan lewat media sosial, semuanya bisa menjadi langkah kecil menuju perubahan besar. 

Di era digital ini, masa depan yang lebih hijau bukan lagi sekadar impian, tapi sesuatu yang bisa dimulai hari ini, dari ujung jari kita sendiri.
deamerina
Halo, aku Dea! Perempuan yang tinggal di Surabaya yang suka jalan-jalan, fotografi, menulis, dan baca buku. Aku suka menulis di sini sebagai sarana curhat dan berbagi. Yuk, temenan di Instagram @deamerina

Related Posts

Post a Comment