• Promo
  • Home
  • Travel
  • Beauty
  • Review
    • Film
    • Book
  • Journal
    • Journal
    • Portfolio
    • Cerita Karir
  • Lifestyle
  • Blog
    • Blogging
    • BPN Challenge
  • Fiction
Powered by Blogger.


Halo teman-teman!

Pada sadar nggak sih kalau belakangan ini polusi udara di Surabaya semakin meningkat? Saya yang kalau berpergian mengendarai sepeda motor jadi merasa terganggu. Terutama dengan mata saya yang terkena sindrom mata kering atau istilah medisnya keratoconjunctivitis sicca. Apalagi sekarang sedang memasuki musim kemarau. Rasanya mata saya semakin tidak nyaman. Sudah mengantisipasi menggunakan kacamata tetapi tetap saja tidak ada perubahan. Malahan, terkadang mata saya jadi terasa perih.

sumber : insto.co.id


Bukan hanya di luar ruangan, begitu pula di dalam ruangan. Saya yang kebanyakan beraktifitas di depan layar pun seringkali merasakan mata lelah, sepet dan pegel. Mengedit foto dan video yang seharusnya sehari bisa selesai, karena kondisi mata saya yang tidak sehat jadinya terhambat. Begitu juga kegiatan saya yang lainnya. Terlebih lagi kegiatan saya berjualan online mengharuskan saya berjam-jam memandang layar ponsel dan laptop untuk membalas beberapa chat dari pelanggan. Tentunya dengan kondisi mata kering seperti ini jelaslah mengganggu kegiatan saya.



Mata sebagai organ vital tubuh kita tentu harus dijaga dengan baik. Kalau terlambat mengambil tindakan bisa berakibat fatal. Apalagi di era yang serba digital ini. Mata kita dipaksa untuk bekerja lebih. Tanpa kita sadari banyak dari kegiatan kita yang menimbulkan gejala-gejala sindrom mata kering seperti  mata sepet, kering, pegel, perih, dan lelah. Seperti yang saya alami belakangan ini. Untungnya seorang teman merekomendasikan InstoDry Eyes. Hingga sekarang cairan ampuh ini selalu saya bawa kemana-mana. Berjaga-jaga kalau saja mata saya perlu pelumas.

Nah, maka dari itu sebelum teman-teman mengalami mata kering seperti saya, lebih baik kita kenali penyebab-penyebab mata kering. Seperti kata pepatah, lebih baik mencegah daripada mengobati bukan?
  1. Produksi air mata berkurang. Kondisi ini timbul karena usia tua, penyakit tertentu (misalnya diabetes, rheumatoid arthritis, lupus, skleroderma, sindrom Sjogren, gangguan hormon tiroid, kekurangan vitamin A), konsumsi obat-obatan tertentu (misalnya antihistamin, dekongestan, antidepresan, obat hipertensi, obat jerawat, obat penyakit Parkinson, atau obat terapi pengganti  hormon), kerusakan kelenjar air mata karena radiasi atau akibat operasi laser mata.
  1. Air mata lebih cepat menguap. Kondisi ini dapat disebabkan cuaca (angin, asap, atau udara kering), kondisi yang membuat jarang berkedip (saat membaca atau bekerja terlalu lama di depan layar komputer), kelopak mata yang berbalik ke luar (ektropion) atau berbalik ke dalam (entropion).
  1. Komposisi air mata tidak seimbang. Air mata terdiri dari 3 komposisi, yaitu minyak, air, dan lendir, dengan komposisi tertentu. Ketika komposisi ini berubah, misalnya karena sumbatan kelenjar minyak, blefaritis, atau rosacea, dapat mengakibatkan mata kering.
Ternyata, mata juga membutuhkan pelumas lho teman-teman. Agar kegiatan kita lancar sesuai rencana, siap sediakan pelumas mata seperti Insto Dry Eyes di tas teman-teman semua ya. Karena kandungan dalam Insto Dry Eyes ini menganduk bahan aktif yang dapat mengatasi kekeringan dan juga membunuh bakteri pada mata seperti Hypromellose methylcellulose.


sumber : insto.co.id


Hypromellose digunakan untuk mengobati mata kering. Obat ini termasuk kelas obat yang disebut pelumas mata. Hypromellose juga dapat digunakan untuk mengobati sejumlah gangguan mata lainnya, seperti keratitis (radang kornea mata) dan penurunan sensitivitas kornea. Obat ini akan mengembalikan dan menjaga kelembapan mata, membantu melindungi mata dari cedera dan infeksi, dan mengurangi gejala mata kering seperti sensasi terbakar, gatal, dan iritasi.



Selain menggunakan Insto Dry Eyes, jangan lupa juga untuk menjaga mata agar lebih sehat. Kurangi berlama-lama menatap layar. Jika memang pekerjaan kalian di haruskan untuk menatap layar, setidaknya beri jeda 15 menit untuk mata melihat sekeliling terutama benda yang jaraknya jauh. selain itu jangan lupa untuk menggunakan kacamata di luar ruangan ya, supaya mata kamu terhindar dari debu dan bakteri. 

Jadi, jangan lupa selalu bawa si kecil Insto Dry Eyes di dalam tasmu ya!


Sumber referensi : 
1. https://insto.co.id/
2. https://instodryeyeducation.com/
3. https://www.alodokter.com/mata-kering
4. https://hellosehat.com/obat/hypromellose/





Suatu hari Ki Woo kedatangan teman lamanya, Min, di rumah basementnya. Min menawarkan sebuah pekerjaan menjadi guru les bahasa inggris seorang gadis kaya. Merasa hidup di bawah garis kemiskinan, tanpa pikir panjang Ki Woo menerima tawaran itu. Keluarga Ki Woo memang sedang membutuhkan uang. Ayahnya, Kim Ki Taek, tidak bekerja. Ibunya, Choong Sook, melayani jasa lipat kardus makanan. Tapi, upahnya tidaklah seberapa. Adik perempuannya, Ki Jeong, seharusnya mengambil kursus. Tapi karena tidak mampu membayar biaya kursus yang mahal, akhirnya ia pun hanya di rumah. Mereka semua membutuhkan pekerjaan demi menyambung hidup.



Keesokan paginya, Ki Woo mendatangi rumah gadis itu. Ia terkagum-kagum melihat rumah besar yang ia masuki dengan halaman yang luas dan desain yang indah. Sebuah rumah impian. Setelah diterima, Ki Woo merekomendasikan keluarganya untuk bekerja di rumah itu. Tentunya dengan berbagai cara. Salah satunya adalah menipu nyonya pemilik rumah.



Suatu malam saat pemilik rumah sedang berkemah untuk beberapa hari, Ki Woo dan keluarganya memanfaatkan momen itu dengan bercengkrama di ruang tamu rumah besar dengan minum sake. Tentunya tanpa sepengetahuan pemilik rumah. Mereka berlaga seolah-olah itu adalah rumah mereka sendiri. Tengah malam saat hujan deras, tiba-tiba asisten rumah tangga yang lama datang berkunjung. Saat itulah konflik berdatangan.

Di menit pertama kita akan disuguhi komedi-komedi ringan yang membuat kita cukup terhibur sambil mengenal beberapa tokoh dan karakternya. Meski berdurasi 2 jam, film ini tidak terasa membosankan karena alurnya yang membuat kita penasaran. Atau lebih tepatnya mengejutkan.

Film yang disutradarai oleh Bong Joon Ho ini mengangkat isu sosial yang banyak kita jumpai. Perbedaan orang kaya dan miskin. Dari sudut pengambilan gambarnya menunjukkan secara halus kontrasnya posisi orang kaya dan miskin. Orang kaya di gambarkan memiliki rumah di atas. Jadi, jika kita ingin berkunjung kesana maka kita harus menaiki tangga yang tinggi dan jalanan yang panjang. Begitupula sebaliknya.

Baca juga: Naik Perahu di Wisata Mangrove Gunung Anyar

Hal yang dilakukan oleh keluarga Ki Woo pun seperti sindiran bagi kita. Menghalalkan segala cara hingga berbohong dan mengusir orang lain demi mendapatkan pekerjaan. Tanpa peduli bagaimana keadaan orang tersebut setelah itu. Seolah keegoisan menguasai hati dan pikiran mereka saat melihat kelemahan orang lain. Sayangnya berbohong tetaplah tindakan kriminal yang memiliki resikonya sendiri. Dibalik itu semua, ada hal yang disembunyikan oleh asisten rumah tangga yang lama di basement rumah besar. Hal yang memulai konflik sesama asisten rumah tangga. Orang yang sama-sama butuh uang dan pekerjaan.

Selain memanjakan visual agar tidak nampak monoton, sinematografi yang epic membuat film ini dapat menyampaikan banyak makna tanpa dialog. Pesan-pesan tersiratkan dengan jelas melalui pengambilan gambar jarak dekat. Didukung dengan ekspresi pemain yang baik tidak heran film ini memenangkan penghargaan festival film Cannes. Yang paling aku suka adalah pengambilan gambarnya secara flatlays dibeberapa bagian. 

Baca juga: Review Skincare eBright Skin Sunscreen

Namun ada sedikit hal yang membuat aku cukup bingung. Salah satunya adalah saat Ki Woo mendadak naik gunung dan mengintip rumah besar menggunakan teropong. Padahal sebelumnya tidak ada penjelasan apapun.

Meski begitu, secara keseluruhan film ini memang bagus. Jadi, layak untuk menemani waktu senggangmu. 



“Hmmm, apalagi ya? Ini udah, ini udah, ini udah, kayaknya udah semua. Oh ya, baju ganti,” kataku segera membuka lemari pakaian dan mengambil beberapa pakaian bersih. “Oke udah semua,” aku pun keluar kamar dan berpamitan dengan Mama.

 “Kamu naik apa, Mbak?” tanya mama yang sedang membersihkan kamar.

“Gojek aja, Ma,” ujarku sambal memesan ojek online.

“Yaudah, hati-hati ya,” 

“Assalamualaikum,” aku pun mencium tangan mama dan pergi.

“Waalaikumsalam”

**

Setibanya di terminal Bungurasih, aku berjalan santai menuju ke dalam terminal. Aku sudah mulai terbiasa dengan terminal ini. Sekarang terminal ini sudah tampak bagus. Kinerja Ibu Walikota memang tidak diragukan lagi. Dalam beberapa tahun menjabat saja beliau sudah banyak melakukan perbaikan di kota ini. Sebuah kemajuan untuk pelayanan publik. Aku menyusuri lorong melewati barisan penjual makanan dan berbelok ke kiri memasuki ruangan serba putih berjalan menuju eskalator naik. Aku teringat beberapa hari lalu membeli kudapan di penjual dekat eskalator ini. Sungguh mahal bukan main harganya. Aku tak akan mengulanginya lagi.

Saat menginjak lantai 2 aku berjalan ke arah kanan dan berbelok ke arah kiri menyusuri lorong. Hari ini tidak begitu banyak orang berpergian. Maklum, bukan hari libur atau akhir pekan.

“Kediri! Tulungagung!” Para calo yang nampak akan haus mangsa berlomba-lomba menawarkan tujuan bus mereka.

“Malang! Blitar! Langsung, langsung!” teriak salah seorang supir bus. Aku pun berbelok dan menuruni tangga berplakat nomor 7 ini. 

“Malang, Mbak?” aku mengangguk dan mengikutinya ke bus. “Woy, Mbak e Malang!” teriaknya pada temannya dibawah. Aku masuk ke dalam bus dan mencari kursi kosong yang berada di tepi jendela. 

“Oke, bus, mari kita mulai perjalanan lagi. Harus sabar,” aku menghela nafas dalam-dalam menenangkan diri. Sepuluh menit kemudian bus berangkat.

Selama perjalanan aku asyik melihat ke luar jendela. Kapan lagi bisa mengamati perkembangan kota ini dengan tenang. Toh, biasanya aku menjadi pengemudi bukan penumpang. Dinding beton mulai tumbuh subur menjulang di kota ini. Aku bahkan kesulitan menemukan lahan kosong di pinggir jalan. Sampai setinggi apa bangunan ini nanti? Berapa lama bumi bisa bertahan memikul beban ketamakan manusia di sini? Entahlah. Tidak akan ada yang tahu aku rasa.
         
Semenjak ruas jalan tol Pandaan-Malang jadi, bus lebih memikat hatiku. Selain karena fleksibel, pada akhirnya jauh lebih cepat naik bus ke Malang. Terima kasih kepada bapak presiden yang sudah membenahi pembangunan Indonesia. Tanpa adanya tol baru ini, mungkin aku akan masih terjebak dalam macet yang disebabkan oleh Pasar SIngosari. Aku pernah terjebak macet hingga 1 jam disana. Sungguh melelahkan. Tak apa, yang penting sekarang sudah tak begitu lagi.
            
Pemandangan bangunan beton sudah berganti hamparan sawah. Beberapa petani nampak sedang bekerja dengan cangkulnya. Dari kejauhan nampak sesosok anak kecil berlarian dengan temannya. Mungkin sudah sangat menyenangkan bagi mereka hidup seperti itu. Mereka bahkan tak pernah menuntut lebih. Seandainya seluruh penghuni pencakar langit menganut paham yang sama dengan anak-anak itu. Aku pun hanya tertawa kecil membayangkannya.

Setelah satu jam setengah, tibalah aku di tujuanku. Saat tujuanku disebutkan aku bersiap untuk turun. Ikut mengantri dengan yang lain menuju pintu bus. Bus berhenti sempurna di depan mini market. Kami turun satu per satu. Hal pertama kali yang aku lakukan adalah emnghirup udara segar ini dalam-dalam sambil memejamkan mata. Segar sekali.

“Sya” seseorang memanggil namaku dan membutaku terkejut bukan main saat melihat wajahnya.

Baca juga: Resep Jajanan Nggak Sehat yang Bikin Happy

Newer Posts
Older Posts
RajaBackLink.com

About Me

My photo
deamerina
Hai! Selamat datang di blog saya. Silahkan menyelami kegiatan yang saya lakuakn yang berhubungan dengan menulis dan fotografi hihi
View my complete profile

Follow Me

  • instagram
  • YouTube
  • FB
  • LinkedIn

Community

Blogger Perempuan
Intellifluence Trusted Blogger

Blog Archive

  • ►  2022 (42)
    • ►  May (5)
    • ►  April (8)
    • ►  March (6)
    • ►  February (8)
    • ►  January (15)
  • ►  2021 (117)
    • ►  December (15)
    • ►  November (7)
    • ►  October (8)
    • ►  September (14)
    • ►  August (12)
    • ►  July (9)
    • ►  June (10)
    • ►  May (10)
    • ►  April (14)
    • ►  February (4)
    • ►  January (14)
  • ►  2020 (52)
    • ►  December (17)
    • ►  November (10)
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (6)
    • ►  April (2)
    • ►  March (3)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ▼  2019 (20)
    • ►  October (1)
    • ►  September (5)
    • ►  August (1)
    • ▼  July (3)
      • Bye Mata Kering ala Insto Dry Eyes
      • Review Film : Parasite (2019)
      • Sebuah Pertemuan
    • ►  June (3)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2018 (63)
    • ►  December (1)
    • ►  November (12)
    • ►  October (5)
    • ►  September (4)
    • ►  August (1)
    • ►  July (3)
    • ►  June (8)
    • ►  May (4)
    • ►  April (6)
    • ►  March (7)
    • ►  February (8)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (15)
    • ►  December (6)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  August (1)
    • ►  June (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2016 (6)
    • ►  October (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2015 (22)
    • ►  November (3)
    • ►  October (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (6)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)

Friends

Popular Posts

  • Review Film : Searching (2018)
  • Review Film : Hotel Translyvania 3, Summer Vacation (2018)
  • Salah Isi Saldo Go-Pay!
  • Pengalaman Magang Content Writer di Hipwee

Voucher Discount

Voucher Discount

Created with by BeautyTemplates | Distributed by blogger templates