Travel

FOLLOW US @ INSTAGRAM

Blogger Perempuan
Intellifluence Trusted Blogger

Banner Bloggercrony

Kelas Inspirasi Mojokerto 6

4 comments



Setelah pengalaman pertama saya mengikuti Kelas Inspirasi Lamongan, saya jadi tertarik untuk mengikuti kegiatan ini di kota lainnya. Mungkin lebih tepatnya candu. Kali ini saya mendaftar di Mojokerto sebagai, apalagi kalau bukan relawan dokumentator hehe. Sebenarnya ingin mencoba menjadi relawan pengajar. Tapi, rasanya saya masih perlu belajar memupuk rasa percaya diri. Karena bagi saya, berdiri di depan kelas meski itu hanya anak sd, tetaplah tak mudah. Belum lagi kita harus mampu menarik perhatian mereka agar tak berisik dan keluar kelas heuh butuh tenaga extra hehe.

Kelas Inspirasi Mojokerto 6 dilaksanakan tanggal 31 Agustus 2018 dan saya baru sempat nulisnya sekarang hehe. Kemarin saya ke Mojokerto naik bus barengan sama teman kampus yang kebetulan ikutan acara ini juga. Kami berangkat hari jumat tanggal 30 dari Terminal Bungurasih sekitar pukul setengah 8 malam. Untungnya perjalanannya nggak lama, hanya 1,5 jam saja. Karena kalo lama-lama sepertinya saya bakalan muntah karena berdiri dan supirnya bener-bener ugal-ugalan.

Baca juga: Kangen Jadi Volunteer


Sesampainya di Terminal Mojokerto pukul 9 malam, kami jalan kaki sebentar ke SPBU terdekat yang jadi meeting point. Disana kami bertemu dengan fasilitator dan relawan yang juga dari luar kota. Sambil menunggu teman yang lain, kami berkenalan dan sedikit meluruskan kaki. Setelah rombongan komplit, kami berangkat ke balai kelurahan yang jadi tempat berkumpul relawan sebelum dipisah ke SD yang sudah ditentukan. Yap. Kami dibagi menjadi beberapa rombongan belajar (rombel). Saya kebetulan dapat rombel SDN Kalikatir.




Waktu itu tinggal saya dan 3 teman lainnya yang datang terakhir ke sd tempat kami. Ternyata sekolahnya tidak begitu jauh dari balai kelurahan. Hanya 30 menit. Jalan yang kami lewati cukup gelap. Karena minim penerangan jalan. Hanya menggunakan lampu sein motor. Saya sempat sedikit was was karena melewati kuburan hehe. Imajinasi saya sudah melayang-layang tak karuan. Saya berusaha membunuh imajinasi yang tidak-tidak dengan bercakap dengan Kak Arie yang membonceng saya.

Sesampainya di sekolah, ternyata sudah berkumpul semua. Kami bertujuhbelas menginap di sekolah ini. Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam lebih, tapi tangan kami masih sibuk menggunting dan menempel atribut untuk adik-adik besok sambil bercerita mengenai diri masing-masing. Sekitar satu jam setelahnya, acara menggunting selesai dan kami terlelap. Tetapi, tidak semuanya. Ada beberapa teman yang masih terjaga dan saling bertukar cerita. Cerita apalagi yang pas saat situasi dan kondisi seperti ini kalau bukan cerita horror haha. Didukung cerita yang sedang booming di media sosial, KKN di desa penari sebagai pemicunya topik ini.

Saya yang baru saja menutup mata jadi tidak mengantuk dan memaksakan diri untuk tidur. Berharap agar saya tidak perlu pergi ke kamar mandi malam-malam karena kamar mandi sekolah ini lampunya mati. Keduanya pula haha kebetulan sekali bukan? Sialnya saya malah ingin ke kamar mandi tapi saya tahan dan tetap memaksakan diri untuk tidur. Untungnya berhasil.

Baca juga: Memanjakan Mata di Kebun Teh Wonosari Lawang


Saya terbangun jam 4 pagi karena alarm teman-teman begitu kencang dan berisik. Beberapa saat setelahnya sebagian teman-teman bangun dan sholat. Ada yang sangat rajin langsung mandi. Dingin begini saya mah ntaran saja mandinya. Saat saya dan seorang teman akan mandi, ternyata airnya habis. Dan krannya mati. Bagus sekali. Alhasil kami pun memutuskan untuk mandi di musholla terdekat. Tapi, sayang sekali mushollanya tidak ada kamar mandi. Hanya tempat wudhu. Beruntung di dalam musholla ada seorang bapak yang sedang mengaji dan bertanya pada kami. Beliau pun memperbolehkan kamu menggunakan kamar mandi di rumahnya. Alhamdulillah masih bisa bertemu dengan orang baik yang tidak dikenal. Mungkin wajah kami cukup melas saat itu hihi.

Saat giliran teman saya yang mandi, saya menunggu di teras rumah bapak itu. Asisten rumah tangga bapak itu menyuguhi saya jajanan dan minuman. Sangat amat baik. Saya pun mengobrol dengan bapak itu. Menjelaskan kegiatan yang akan kami lakukan pagi ini di desanya. Bapak pun sangat senang dan mengapresiasi kegiatan kami. Tapi ada yang disayangkan. Lagi-lagi pertanyaan yang sama muncul, mengapa hanya sehari? Aih bapak, kalo kegiatannya seminggu masa iya kami harus ijin cuti seminggu? Gimana nanti tanggapan pimpinan kami? Yang ada nanti kami di berikan surat cinta hehe.

Matahari mulai nampak dan menghangatkan tubuh. Gelap perlahan hilang berganti dengan cahaya terang. Adik-adik mulai berdatangan. Melirik-lirik malu pada kami sekumpulan orang asing. Berlari-lari dihadapan kami mencari perhatian. Berbisik-bisik dengan teman mereka sambil senyum-senyum sendiri.






 Kegiatan di mulai dengan tari Maumere. Mereka nampak bersemangat mengikuti Kak Rizal dan Kak Arie sebagai koreografer. Setelah beberapa kata sambutan dan foto bersama mereka masuk kelas masing-masing. Jangan tanya kenapa fotonya di awal acara. Karena supaya kami kakak-kakak relawan masih pada kece di kamera. Alias belum pada kumus-kumus hehe.

Saya masuk ke kelas 1 bersama Kak Rizal dan Kak Abil. Di sekolah ini siswanya sudah cukup banyak. Sekitar 150 anak. Berbeda dengan saat saya di Lamongan. Ada yang siswanya hanya 3 anak dalam 1 kelas. Kak Rizal menjelaskan profesinya sebagai programmer pada adik-adik. Mereka sangat bersemangat dan aktif dalam menimpali perkataan Kak Rizal. Setelah memotret beberapa moment saya pun berkeliling ke kelas yang lainnya.




Saya masuk ke kelas 4. Siswanya lebih riuh dibandingkan dengan kelas yang sebelumnya. Maklum sudah sedikit besar. Ada hal yang membuat hati saya ngilu saat berada di dalam kelas ini. Saat itu tiba-tibaada seorang bocah laki-laki masuk dan berlarian di dalam ruang kelas 4. Sebut saja ia B. Lalu ada seorang anak yang berujar pada saya, “Mbak, anak itu lho gila”. B memang anak yang istimewa. Tapi ia cukup pintar. Hanya kurang mampu berkomunikasi. Setelah memotret saya berkeliling lagi.






Bel tanda pulang berbunyi. Kami semua berkumpul disuatu ruangan dan berfoto bersama (lagi). Saat perlahan siswa-siswa sekolah ini pulang, saya dan beberapa relawan yang lain melihat B. kami pun memanggilnya dan sedikit berbincang. Kak Nidzam cerita, tadi B makan spidol trus muntah-muntah di kamar mandi. Tiba-tiba saya teringat kata-kata seorang anak kelas 4 yang mengatai B dengan sebutan gila. Mirisnya hati saya. Mungkin seharusnya para guru memberikan penjelasan kepada teman-teman B mengenai kondisinya. Dan melarang mereka untuk berkata yang tak semestinya. Tapi mungkin memang tidak mudah memberikan penjelasan pada anak sekolah dasar. Semoga saja B tetap bisa belajar dan berteman seperti selayaknya anak yang lain.

Selesai kegiatan kami para relawan melakukan evaluasi dari kegiatan hari itu. Beberapa masukan pun di lontarkan supaya acara selanjutnya jauh lebih baik. Lalu kami melakukan tukar kado secara acak sambil menyanyikan lagu potong bebek angsa. Untung kami semua membawa kado jadi pas hihi.

Selesainya berkemas kami melakukan refleksi di balai kelurahan bertemu dengan relawan dari rombel sekolah yang lainnya. Saya nggak tahu ada berapa relawan. Mungkin 100 atau lebih. Karena memang banyak banget.

Saya senang rasanya ikut kegiatan seperti ini. Banyak hal yang bisa saya dapatkan. Salah satunya yang jelas adalah pengalaman. Karena selama ini saya hanya tahu wajah pendidikan di kota saya sendiri. Adik-adik disini lebih sopan dibandingkan dengan di kota saya haha. Jelas. Mereka waktu ngomong saja pakai bahasa jawa halus. Untungnya saya paham dikit-dikit hehe. Alhamdulillah sekolahannya meski di desa sudah cukup maju. Banyak dari mereka yang sudah paham sosial media. Entah saya harus merasa senang atau sebaliknya. Riskan saja membiarkan anak sekolah dasar mengakses internet. Cita-cita mereka pun beragam. Malahan ada yang mau jadi youtuber. Baguslah. Setidaknya tidak melulu dokter, guru, polisi, dan yang umum lainnya. Dan semoga saja mereka bisa jadi youtuber yang bisa membuat konten yang berfaedah. Aamiin.

Setelah menampilkan yel-yel dari setiap rombel, kami berfoto bersama. Lalu pulang.

Dalam hati saya berdoa, semoga bisa bertemu mereka lagi. Entah relawannya atau adik-adiknya di lain kesempatan yang lebih baik.




Nb: sebenarnya foto-foto yang lainnya masih banyak. bisa di tengok di instagram saya ya @deamerina

***


Cerita Kelas Inspirasi lainnya

- Kelas Inspirasi Mojokerto

- Kelas Inpirasi Lamongan

- Kelas Inspirasi Semarang

- Kelas Inpirasi Malang

- Kelas Inspirasi Solo


deamerina
Hai! Selamat datang di blog saya. Silahkan menyelami kegiatan yang saya lakuakn. Saya menulis berbagai macam hal seperti review film, buku, skincare, cerita jalan-jalan, dan penalaman pribadi.

Related Posts

4 comments

sistem saraf said…
Seru... Jadi pengen ikutan.. :D
deamerina said…
daftar weesssss. di jkt ada kok
ikut kegiatan kayak gitu pasti asyik banget ya mbak. ketemu adek-adek kecil yang unyu-nyu.trus pengalamanya juga nggak terlupakan.
taoi saya sedih pas baca cerita soal si B tadi, saya juga berdoa semoga ia tetap semangat sekolah daan punya banyak teman.
deamerina said…
iyaaa seru bangeeet. ikutan gih kepoin webnya
aamiin makasih doanya