Spoiler alert!
Setelah lama bekerja si sebuah swalayan di Jakarta, ayah Sherina harus pindah ke Bandung untuk bekerja di perkebunan seorang rekan. Hal yang selama ini diimpikannya. Akhirnya, mereka sekeluarga pun berangkat ke Bandung.
Baca juga: Ngabuburit di Destinasi Wisata Lontar Sewu Gresik
Melihat Sherina uring-uringan, ayahnya mengajak keluarganya pergi ke perkebunan dan menginap di villa Pak Ardiwilaga. Sherina tanpa ditanya dua kali jelas setuju.
Untuk yang kesekian kalinya Natasha datang dan mengutarakan niatnya untuk membeli perkebunan keluarga Ardiwilaga. Hal ini tentunya ditolak mentah-mentah oleh Pak Ardiwilaga. Meski sedang mengalami kesusahan karena perkebunannya tidak membuahkan hasil satu tahun terakhir, perkebunan ini merupakan warisan turun temurun. Apapun yang terjadi, Pak Ardiwilaga akan mempertahankan perkebunan ini. Selain itu, perkebunan ini merupakan sumber penghasilan warga sekitar. Kalau sampai perkebunan ini jatuh ke tangan yang salah, alih-alih warga sekitar mendapatkan pekerjaan. Yang ada mereka semua akan diusir karena proyek pembangunan.
Baca juga: Kawan Bincang
Sherina begitu senang berada di rumah Pak Ardiwilaga. Apalagi ia bisa berpetualang di perkebunan yang sangat luas. Tapi, ia begitu terkejut karena Pak Ardiwilaga adalah ayah Sadam. Sherina pun akhirnya mengetahui perilaku Sadam di rumah. Lagaknya jagoan di sekolah, ternyata di rumah cuma jadi anak mami. Maklum, Sadam merupakan anak terakhir. Kakak-kakaknya sudah ada yang menikah dan kuliah di luar negeri. Jadi, hanya ada Sadam seorang di rumah dengan orangtuanya.
Merasa malu karena ketahuan dimanja oleh orangtuanya, Sadam menantang Sherina untuk berlari ke Boscha. Pagi-pagi mereka berdua pun pergi dengan seizin orangtua masing-masing. Sayangnya mereka melewati hutan hingga Sherina tersesat. Tanpa disangka-sangaka, Sadam di culik dan Sherina pun melarikan diri.
Nggak nyangka banget bakalan bisa nonton film ini lagi di usia yang berbeda. Seneng bangeettt sih aslii. Ini film bioskop pertama yang saya tonton kala itu. Mungkin sekitar kelas satu SD ya waktu itu.
Nonton film ini di usia 20an saya jadi sadar. Ternyata emang udah dari SD budaya kita lekat dengan bullying. Anak-anak nakal yang berasa jagoan di sekolah gampang aja menindas yang lemah. Dan memang nggak banyak yang berani untuk melawan karena takut. Bedanya sama sekarang, dulu cuma bullying secara fisik dan verbal. Kalau sekarang ada cyber bullying juga. Makin canggih teknologi makin ngeri juga ya. Cara bullying pada akhirnya juga ikutan beradaptasi.
Baca juga: Review Novel Bara Surat Terakhir Seorang Pengelana
Saya jadi ingat waktu itu jadi sempet ngikutin cara Sherina makan coklat warna-warni. Bawa ke sekolah dengan dimasukkan ke tempat makan haha. Trus waktu main sama temen juga ninggalin jejak pake permen Cha-Cha warna warni itu hehe gemes banget. Gara-gara film ini juga saya sempet ngerengek ke orangtua buat wisata ke Boscha. Sayangnya waktu ke sana tempatnya tutup dong huhu sedih banget.
Sejujurnya kangen banget ada film kayak gini di jaman sekarang. Anak-anak yang digambarkan suka petualangan dan tanpa bumbu-bumbu romansa. Menurut saya itu lebih pure kelihatan kepolosan anak kecil. Daripada harus menampakkan adegan romansa untuk anak kecil, rasanya kok nggak pas. Apalagi pasti anak-anak yang ngeliat jadi gampang meniru.
Buat yang kangen sama lagu-lagunya nih bisa klik di sini:
Lihatlah Lebih Dekat
Jagoan
Bintang-Bintang
Anak Mami
Kertarajasa
Persahabatan
Petualangan Sherina
Menikmati Hari
Overall, saya sangat menikmati nonton film ini. Bahkan nonton lagi dan lagi pun rasanya nggak bosen hehe. Apalagi di kemas dengan banyaknya tarian dan nyanyian. Bikin penonton lebih terhibur. Jadi inget juga dulu waktu SD sering banget nyanyi sambil nari-nari di lapangan haha. Semoga lebih banyak film kayak gini untuk anak-anak. Biar mereka nggak gadget-an mulu.
6 comments
Post a Comment