Setelah ngobrol bareng Dyah perihal euforia Ramadan di Taiwan, sekarang saya mau ajak teman-teman ke neara lain di Eropa, Belanda, barengan sama salah seorang teman lama sayaaaa, Jilly Rose 🌸
Mungkin ada beberapa teman yang berencana untuk bekerja di Belanda. Memang sih kalau udah ngomongin culture itu ibaratnya kayak ngomongin jodoh. Cocok-cocokan hehe. Beda kota aja bisa beda culture. Apalagi kalau beda negara. Terlebih di dunia pekerjaan yang biasanya kita akan dituntut untuk serba bisa dan mandiri secara cepat 👀 syukur-syukur deh kalau bisa nemuin mentor yang mau ngajarin. Kalau nggak? Hmm rada ribet ya, Bund~
Nah, kali ini Jilly bakalan berbagi pengalaman bekerja di Belanda. Check this out!
Haaiii, Jiillss! Semoga kamu di sana baik-baik aja yaaaa. Eh iya aku tuh penasaran, sebagai orang yang tinggal cukup lama di Indonesia terus pindah ke ‘kampung halaman’ di Belanda, dulu ada culture shock nggak? 👀
Kalau diartikan sebagai orang yang pulang kampung bisa juga sih. Aku pemegang kewarganegaraan Belanda, tapi karena udah lama tinggal Indonesia dari SD kelas 1 sampai lulus SMA, jadi terbiasa sama lingkungan dan kultur Indonesia. Pasti sih ada culture shock. Terutama hal-hal independence gitu 😃
Di Belanda, rata-rata anak yang udah lulus SMA bahkan Setelah 1 tahun kuliah mereka benar-benar udah mandiri secara finansial. Tapi, bukan berarti mereka nggak ada yang nge-guide ya, karena pasti mereka udah dikasih orientasinya dari sekolah dan didikan keluarga 👨👩
Kalau perihal socializing seperti lifestyle, karena aku cukup terbuka, dalam arti aku udah tahu sejak awal jadi nggak terlalu kaget. Papa sering cerita dari masa-masa mudanya sampai kehidupan sekarang di Belanda 😊
Karena Papa juga sering ke Belanda mampir untuk transit atau untuk kerjaan, jadi selama di Indonesia aku sering diperkenalkan culture Belanda. Misalkan nih salah satunya adalah laki-laki dan perempuan yang tinggal bareng sebelum menikah itu wajar di sini 👀
Terus ada juga perbedaan culture antara anak dan orang tua. Anak kadang ngobrol sama orangtuanya pakai ‘aku’ dan ‘kamu’ aja. Kadang juga memanggil dengan sebutan nama. Tapi, itu nggak semua karena ada juga yang mengajarkan old school style 😃
Terus, setelah lulus kan kamu pernah cerita nih kalau kamu kerja di bidang yang sangat asing buatmu. Gimana tuh rasanya, Jil? Ceritain sedikit dong tentang pekerjaanmu~ 😆
Aku sudah bekerja sejak kuliah. Waktu itu aku coba cari-cari dan tiba-tiba ada tawaran bekerja part-time di salah satu perusahaan ekspor impor sebagai Social Media Specialist. Aku fokus ke product photography karena basic kuliah aku lebih ke fotografi 📸
Awalnya aku sama sekali nggak paham dengan Food and Beverage (F&B). Apalagi target market mereka bukan di Eropa, tapi di negara-negara Afrika. Dan sebenernya dalam mengembangkan social media pun aku juga nggak begitu paham. Tapi, sembari belajar aku mulai ngerti sedikit-sedikit 😁
Akhirnya setelah lulus, karena aku udah nyaman dan aku juga udah mempelajari secara general perusahaan ini arahnya kemana, aku jadi sayang aja buat keluar gitu. Sebenarnya aku juga sempat cari pekerjaan yang sejurusan dengan studi dan ternyata itu nggak mudah. Di sela-sela itu aku juga freelance sebagai event photographer 😜
Lalu, dari part time berubah jadi permanen. Akhirnya, karena sosial media it’s not my capacity, pimpinan mengarahkan aku ke bidang lain. Kemudian, aku mempelajari administrasi perusahaan dan juga legal 📄
Jadi, semenjak itu sampai sekarang aku berada di administration and legal department. Di sana, aku menguasai informasi basis perusahaan dan pengurusan registrasi trademark setiap produk yang kita miliki 😁
Oooh, I see. Seru jugaa yaa 😜. Terus, selama bekerja di sana, pernah nggak sih kamu merasa nggak nyambung sama kerjaannya? Kalo ada, apa sih yang membuatmu bertahan? 🤔
Seperti yang udah aku ceritain tadi, aku sempat merasa bingung tapi aku perlahan mengerti setelah belajar pelan-pelan. Lalu, hal yang membuat aku tetap ingin kerja di sini adalah karena aku mendapat ilmu baru ✨
Ilmu yang aku dapat ini menurutku penting untuk kedepannya misal aku berencana membuka bisnis sendiri. Setidaknya aku jadi memiliki pengalaman dan observasi bagaimana sesuatu perusahaan itu beroperasi and running a business isn't as easy as I thought. Dari sini aku belajar, ternyata untuk memulai bisnis banyak banget hal yang harus disiapkan.
Buat aku, ada baiknya kalau kita merasakan sebagai staff dulu dan belajar dari nol sebelum terjun langsung. Aku pribadi suka yang step by step. Aku nggak bisa kalau langsung nyemplung tanpa ada persiapan. Dan pada akhirnya aku merasa ini jalanku 😊
Makanya itu yang membuat aku bertahan karena jadinya nyambung dengan prinsip aku dalam berkarir 😁
Wah, bener juga sih. Kita jadi bisa belajar dari management dan pimpinan kita. Kamu kan udah lama nih kerja di bidang itu, hal yang paling berkesan buatmu apa?
Pengalaman kerja yang sangat berkesan buat aku adalah tidak dipandang sebelah mata sebagai junior 😉 Misalkan aku ada ide yang lebih bagus mereka akan terima walaupun sebenarnya perusahaan ini bukan perusahaan European 100%.
Karena pemiliknya adalah orang India, jadi masih ada Indian culture yang dibawa. Kadang adalah kesalahpahaman antara kolega dan melibatkan orang ketiga, atau seringnya melibatkan atasan. Dalam arti, “Kenapa sih kok nggak secara private aja disampaikannya? Atau secara civil gitu? Dibanding ‘main belakang’ atau langsung komplain ke atasan?”👀
Tapi, itu emang bukan style mereka. Kadang kita juga harus memposisikan diri kita seperti mereka. Karena mereka sudah terbiasa seperti itu dan kalau kita pakai European style yang 100% mereka bakal tersinggung dan nggak familiar. Jadi, kita juga belajar untuk saling menghargai culture masing-masing 😊
Culture kerja itu yang menjadi pelajaran aku juga sebagai half Indonesian and half Dutch. Kadang aku ada sisi nggak enakannya, cuman makin kesini sisi Belanda aku makin dominan. Kadang aku juga kelupaan terlalu direct kalau ngomong dan terlalu sharp 😬
Beberapa minggu yang lalu, karena pandemi aku lebih sering kerja dari rumah. Kalo kerja dari kantor tiap 1 lantai diisi 1 pekerja. Kalau kantor atas bagian ruangan aku kosong aku bisa kerja di situ 🖥️
Nah, kebetulan aku udah lama banget nggak ketemu kolega aku yang A ini. Dan aku suka banget kerja sama dia karena fun. Selama pandemi, aku udah terbiasa ngelakuin semuanya sendiri dan harus tepat waktu. Istilahnya, ya udahlah nggak ada waktu untuk main, nggak ada waktu untuk banyak celoteh-celoteh lagi 🙂
Aku kasih instruction. Dia nanya ke aku, ada yang bisa dibantuin nggak? Aku jawab aja kalau emang lagi luang, tolong bantuin itu. Terus dia nanya banyak pertanyaan yang menurut aku nggak perlu dipertanyakan. Istilahnya, bisa kamu lakukan sendiri dan kreatif dikit dong. Jangan apa-apa nanya aku. Menurut aku, kalau kamu berniat membantu aku, ya bantulah 100%. Jangan setengah-setengah. Setelah aku bilang kayak gitu, akhirnya dia diem aja 😬
Setelah kita selesai kerja, dia baru nanya
A : Kamu hari ini kenapa? Lagi sedih ya?
J : Nggak. Lagi ada schedule lain aja. Jadi aku pengen sesuai schedule. Mungkin kesananya buru-buru
A : Kamu hari ini sharp banget
J : Oh, maaf
Terus aku bilang aja, aku memang seperti ini sebenarnya. Kalau dulu sebelum pandemi aku lebih sering ketemu dia dan lebih banyak waktu luang untuk ngobrol, kalau sekarang cuma sehari doang dan ya pengen kerjaan cepet kelar aja 😀
Jadi, hal-hal seperti itu yang aku rasa jadi plus minus kerja di Belanda. Kita harus saling menghargai culture kerja dan behavior satu sama lain. Walaupun dia orangnya European tapi ternyata di setiap bagian Eropa juga memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Itu sih hal yang paling penting dan yang paling berkesan selama aku bekerja diisi 😊
Kalau ngomongin culture itu emang ya kadang ribet tapi seruu sih buatku jadi tahu gimana setiap orang punya kebiasaannya sendiri termasuk dalam hal bekerja yang harus kita hargai 😆. Kalau perihal overtime gimana, Jil? Atau pernah nggak sih pas hari libur ditelpon perihal pekerjaan gitu?
Culture kerja di sini yang paling European banget dan Belanda banget adalah jam 9 kita mulai bekerja dan jam 5 itu kita dianjurkan untuk pulang. Kita kerja jangan sampai overtime. Kalau pun lembur paling lama sampai jam 5.30. Karena kalau kita sakit karena lembur, perusahaan nggak mau bertanggung jawab. Mereka sudah mewanti-wanti misalkan kalau itu efek samping dari lembur setiap hari 👀
Selain itu, kita juga punya hak untuk kehidupan pribadi. Apalagi kalau sudah berkeluarga masa iya kita pulang tinggal tidur aja. Kita pasti pengen spending time sama partner kita. Atau kayak aku misalkan, ngekos sendiri masih belum ada siapa-siapa, tapi kan ada teman yang bisa diajak ketemu setelah kerja 😁
Tapi, aku pernah overtime atas kemauan sendiri karena aku ngerasa ntar pulang juga nggak ngapa-ngapain. Jadi aku pengennya lembur aja deh biar besok ngerjain task baru. Karena 24/7 itu tidak cukup haha 😅 Apalagi pas pandemi begini. Jadi itu atas kemauan sendiri dan jangan dicontoh ya hehe.
Sampai saat ini aku nggak pernah ditelpon atasan, paling hanya di chat. Karena bos aku berekspektasi aku akan meluangkan waktu buat setidaknya balas chat kerjaan. Walaupun tidak dikerjakan saat itu juga tapi seenggaknya ngecek HP. Tapi nggak wajib juga sih 👀
Dulu sih sempet diomelin kayak, ayo dong sekali aja kasih waktu weekend buat kerja. Tapi, aku dari awal sampai sekarang tetap orangnya, weekend is me time 😉
Eh iya, kamu kan hobi ngelukis dan menulis juga, Jil. Pernah nggak sih berpikir untuk bekerja yang sesuai dengan hobimu? 🎨
Absolutely yes! Bahkan hampir tiap hari. Tapi, lebih ke freelance kali ya dan aku lagi pengen ambil kursus atau kuliah lagi di bidang yang aku banget. Aku usahakan sih, tapi nggak wajib hehe. Karena sekarang lagi pandemi, mencari kerja di bidang melukis dan menulis di Belanda sangat sulit. I will keep on trying. 👩🏻🎨
Semangaat, Jillsss. Terakhirrr nih. Ada tips nggak nih buat teman-teman yang bekerja di bidang yang asing banget buat mereka? Biar mereka tetap semangat gitu hihi 💃🏼
Ada doonggg! 😆 Semua itu tidak instan. Meski kita awalnya nggak ngerti apa-apa, itu nggak apa-apa. Tapi, pasti adalah hal-hal mendasar yang kita pahami. Nah, dari situ coba kita kembangkan
Misalnya nih, kamu lulusan komunikasi, tapi kamu kerjaannya bidang administratif. Pasti ada hal basic yang bisa dikembangkan. Karena sebenarnya semua bidang studi itu saling berhubungan dan dibutuhkan satu dengan yang lainnya. Bekerja di administratif kamu juga butuh communication skill untuk menyalurkan informasi tersebut ke orang-orang department lain kan? 👀
Memang semua harus dipelajari dari scratch. Jangan malu bertanya juga dengan kolega. Cari kolega yang bisa terbuka sama kamu. Karena kan ada juga tuh tipe kolega yang menuntut kamu harus cari tahu sendiri. Kalau seperti itu ya susah ya. Tapi, kamu juga harus targetin jangan keterusan dan jadi ketergantungan. Karena kita juga harus dilatih kemandiriannya. Atasan juga pasti menilai kita punya potensi bisa work as a team dan individual juga 😁
Oh ya yang terpenting juga, terbuka dengan culture kerja orang lain. Tapi, bukan berarti membunuh prinsip kita ya. Hal ini penting banget supaya rasa empati kita lebih luas lagi. Karena mau nggak mau kita kerja juga sama manusia lain 😉
Kalau udah ngomongin kerjaan dan culture emang harus bisa beradaptasi dengan baik ya. Kan beda sama teman kuliah yang belum tentu kita intens ketemu 5 to 9 all day. Jadi walaupun nggak bisa nerima culture temen kuliah pun kadang nggak masalah karena nggak bakalan yang ketemu tiap hari berjam-jam hehe. Karena kalau nggak cocok kita juga nggak bisa resign gitu aja hihi 😉
Buat teman-teman yang mau bersilahturahmi bisa banget main-main ke Instagramnya Jilly yaaa. Semangaat, Jiiillyyy kerjanyaaa dan semua kegiatannya di sanaaa ✨
4 comments
ngebayangin kuliah S2 disana dan sapa tau bisa betah lanjut stay disana plus kerja juga, jangan jangan sekarang aku jadi warga negara belanda ya :D
btw salam kenal mba
semoga next kita bisa lanjut yaaa~
hahah bisa jadi karena setahuku belanda sangat welcome untuk mereka yg mau menetap di sana
semangaat mbaaakkk semoga disegerakan yaaaa
salam kenal jugaaa~
Post a Comment