Travel

FOLLOW US @ INSTAGRAM

Blogger Perempuan
Intellifluence Trusted Blogger

Banner Bloggercrony

ASUS Zenbook 17 Fold, Laptop Terbaik Versi Gue untuk Mengejar Mimpi

Post a Comment
laptop terbaik 2023
Hm, sekarang udah lulus, aku kerja apa ya? Apa aku harus nyari kerjaan yang sejalur jurusan kuliah? Siapa tahu aku cocok. Kan dunia kuliah sama kerja pasti beda. Atau aku coba kejar passion aja kali ya?
Begitulah saya saat galau setelah sah menjadi sarjana teknik. Sebagai salah satu manusia yang salah jurusan kuliah, saya memang bersyukur bisa lulus tepat waktu dengan IPK yang memuaskan. Well, IPK bagus bukan berarti saya menyukai apa yang saya kerjakan.

Motivasi saya pada saat itu hanyalah ingin segera lulus dan terbebas dari semua rasa terpaksa. Tapi, saya lupa memikirkan pertanyaan besar selanjutnya. Setelahnya mau ke mana?

Perjalanan Mengeksplorasi Passion dengan Segala Lika-likunya


Long story short, saya memutuskan untuk mencoba bekerja sesuai jurusan kuliah, menjadi estimator. Tapi, nyatanya saya nggak bisa bertahan lama karena merasa kosong dan menjalani hidup seperti robot. Saya paham beberapa orang bakalan mencoba bertahan karena tuntutan hidup. Yah, namanya juga kerja.
Tapi, nggak ada salahnya dong kalau saya ingin bisa menemukan pekerjaan yang membuat saya merasa bahagia dan semangat untuk bangun pagi tiap harinya? Well, setiap orang memang memiliki cara hidup dan pilihan masing-masing. Dan pilihan saya saat itu adalah mencoba mengeksplor passion.

  • Graphic Designer

desainer grafis
Saya pernah menjadi Graphic Designer, yang kemudian dipindahkan ke bagian Social Media Specialist, yang membuat saya harus membeli laptop gaming segede gaban. Selain untuk bekerja, saya memutuskan membeli laptop gaming ini supaya bisa mengedit foto dan video. Maklum, laptop yang sebelumnya kentang banget hehe.

Saat menjadi Graphic Designer (yang sebenarnya dikarenakan sebuah kesalah pahaman saat interview), saya yang nggak bisa desain jadi harus belajar desain grafis dari 0. 

Pada saat interview, hrd menjelaskan kalau mereka sedang mencari content creator, di mana bayangan saya hal-hal yang dikerjakan seputaran foto dan video.

Tetapi, begitu saya diterima ternyata yang mereka maksud adalah desainer grafis, guys. Asli, rasanya pengen mundur seketika. Tapi, saya merasa penasaran dan memutuskan untuk bertahan. Beruntung teman kerja saya memahami dan sangat suportif. Padahal, saya sudah merasa rendah diri duluan.

Saya pun berusaha menekan gengsi dan belajar dari teman-teman. Mereka selalu bisa menjelaskan waktu saya bertanya mengenai warna dan font. 

Font ini sih yang selalu bikin saya pusying kepala Barbie. Salah satu teman saya bahkan sampai meminjamkan 2 buku kuliahnya, yang salah satunya khusus tentang font.

Meski sudah merasa sangat berprogres dibandingkan dengan pertama kali masuk, revisi desain adalah hal yang biasa bagi saya. Bahkan, aneh rasanya kalau sampai spv langsung mengapprove desain saya begitu saja.

Nggak jarang juga saking lamanya saya mendesain, pekerjaan itu dialihkan ke teman lainnya. Yang tentu saja membuat saya merasa menjadi beban tim. 

Menyadari kalau hal ini nggak bisa diteruskan, saya pun minta dipindahkan ke bagian yang sesuai dengan kapasitas saya. Melihat saya senang menganalisa, spv mengalihkan saya menjadi Social Media Specialist.

  • Product Photographer dan Video Creator

fotografer surabaya
Berbekal laptop gaming seberat 2,5 kg (menjadi 3 kg kalau dijumlah dengan charger), saya juga pernah bekerja sebagai Product Photographer dan Video Creator di sebuah media. 

Layar laptop yang lebar dan prosesornya yang kencanglah yang membuat saya bertahan dengan laptop tersebut. Meski, saya harus berdamai dengan bobot yang berat dan membuat saya jadi nggak fleksibel untuk bekerja di mana saja.

Menjadi video creator bukan berarti yang saya lakukan hanya membuat video saja. Tetapi, saya juga riset, menuliskan script, mengisi VO, sesekali in-frame dan memantau serta menganalisa performa video di masing-masing platform. Dari pekerjaan ini, bagian yang paling saya sukai adalah menuliskan script.

Di media tersebut, bisa dibilang saya satu-satunya karyawan yang memiliki latar belakang pendidikan yang nggak relevan. Lagi-lagi, saya merasa minder. Nggak jarang saat brainstorming rekan saya menjelaskan teknik dengan istilah yang nggak saya pahami.

Supaya saya bisa nyambung ngobrol dengan mereka, saya belajar lewat Youtube dan browsing teknik videografi serta proses editingnya. Yang tentunya cukup rumit karena tools di Adobe Premier juga banyak.

Beban Laptop yang Bikin Pundak Tinggi Sebelah

Memiliki hobi dan pekerjaan seputaran foto dan video membuat saya mau nggak mau membeli laptop dengan spesifikasi prosesor yang kencang serta layar yang lebar. Maklum yak, supaya kalau ngedit video dan riset script bisa lebih lega hehe.

Karena itulah saya memutuskan membeli laptop gaming yang pada saat itu rata-rata memiliki ukuran yang besar dan berat. Laptop ini sangat nggak nyaman kalau dibawa pakai totebag. Tapi, mau bagaimana lagi. Karena laptop inilah pundak saya sering merasa pegal.

Bahkan, saya sampai pernah ke chiropractic untuk membenahi postur tubuh. Tentu saja setelahnya saya disarankan untuk yoga supaya posisi pundak saya nggak kembali tinggi sebelah.

Saya pun berandai-andai, semoga suatu saat nanti ada laptop dengan spesifikasi kencang tapi tetap ringan dan fleksibel. Supaya lebih ramah remaja jompo seperti saya.

Insecure Bersaing dengan Gen Z

Kok bisa ya mereka pada pinter-pinter gitu? Mana canggih banget pula. Apalah aku yang remahan rengginang ini.”

Di tengah-tengah itu semua ada satu hal yang baru saya sadari. Saya menjalaninya dengan nekat dan berbekal otodidak saja. Hal ini membuat saya harus bekerja lebih keras dari orang lain. Memang nggak mudah, tapi saya sangat menikmati prosesnya. Saya merasa banyak ilmu yang saya dapatkan dan lebih mengenal ketertarikan saya pad asetiap bidang.

Berkecimpung di bidang digital tentunya membuat saya, sebagai milenial generasi 90-an, bersaing dengan Gen Z yang kreatif dan mayoritas tech-savvy. Meski ada perasaan bangga karena mampu bekerja di luar jurusan dan mengerjakan hal yang saya suka, nggak jarang saya merasa insecure. Khawatir posisi saya akan tergantikan generasi yang lebih muda.

Menekuni Blog dan Kursus Digital Marketing

Selain foto dan video, saya juga menyukai dunia kepenulisan. Saat pandemi, blog ini yang waktu itu mati suri, kembali saya buka. Ibaratnya, blog ini menjadi pelarian saya karena jenuhnya WFH.

Dari yang berawal iseng, ternyata blog ini mulai bisa memberi saya jajan tambahan. Saya pun merasa semakin penasaran dan memutuskan untuk menekuni dunia blog. Mempelajari SEO dan mengikuti lomba blog.

Ternyata, pengalaman kerja saya yang sebelumnya saling berhubungan dalam digital marketing. Dari desain grafis, media sosial, memotret, membuat video, sampai menulis (SEO, copywriting). Saya pun memutuskan untuk mengambil kelas digital marketing untuk memaksimalkan skill yang saya miliki dari seluruh pengalaman kerja sebelumnya.

Mengejar Mimpi Demi Menjadi yang Terabik Versi Saya

Bukannya nggak pernah puas, tapi saya ingin menjadi yang terbaik versi saya.
Setelah mempelajari digital marketing, saya memiliki impian baru. Saya senang dengan apa yang saya kerjakan saat ini. Memotret, membuat video, menulis, hingga menganalisa media sosial. Saya tetap bisa bebas berkarya dan menikmati hidup versi saya.

Buat saya fleksibilitas adalah hal yang penting dalam pekerjaan. Terutama perihal laptop dalam mendukung segala aktivtas. Semua pekerjaan bakalan lebih mudah kalau saja saya memiliki laptop dengan prosesor kencang tetapi tetap ringkas. Sehingga saya nggak perlu lagi gotong-gotong laptop dan tablet secara terpisah dan menambah beban pundak.

Saya rasa, ASUS Zenbook 17 Fold OLED (UX9702) adalah laptop terbaik ASUS versi gue yang akan bisa mendukung saya lebih dekat dengan impian. Mau tahu kenapa? Coba deh cek review ASUS Zenbook 17 Fold OLED di bawah ini. Siapa tahu laptop ini juga yang sedang kamu cari~

ASUS Zenbook 17 Fold OLED (UX9702), Bantu Mengejar Mimpi Lebih Dekat


ASUS memang nggak pernah mengecewakan dalam hal inovasi. Adaaaa aja idenya yang bikin saya terkagum-kagum. Kok bisa kepikiran? Kok bisa sesuai dengan yang saya butuhkan?

1. Inovasi layar yang dapat dilipat

asus zenbook 17 fold
Bisa kebayang nggak bawa laptop dengan ukuran layar 17” bakalan segede dan seberat apa? Laptop saya yang layarnya 15” saja sudah malas, apalagi ini 17”.

Tapi, ASUS memberikan pengalaman unik dengan membuat foldable laptop yang memiliki lebar layar OLED full touchscreen 17.3" saat tidak dilipat dan 12.5" saat dilipat. Apakah bakal berat? Eits, bahkan bobotnya hanya 1,5 kg tanpa keyboard dan 1,8 kg dengan keyboard. Enteng banget ini mah!
Inovasi layar ini membuat kamu dapat merasakan pengalaman yang berbeda pada setiap mode, yaitu Laptop Mode (dengan keyboard virtual atau dengan keyboard bluetooth), Desktop Mode (membuka layar penuh 17.3" dengan penyangga), Tablet Mode, Reader Mode (dilipat seukuran buku), dan Extended Mode.
Dengan layar yang luas dan dapat diubah menajdi berbagai mode, kita bisa menggunakan fitur Multiple Screens Landscape dan Portrait. Fitur ini memudahkan kita dalam membuka beberapa palikasi sekaligus. Waw, ini bakalan nyaman banget nih untuk saya riset dan membuka Google Doc secara bersamaan.

Nggak hanya unik, layar ASUS Zenbook 17 Fold ini juga nggak kaleng-kaleng karena memiliki PANTONE® Validated, sertifikasi perawatan mata TÜV Rheinland, gambar HDR yang memukau, dan 100% DCI-P3 Color Gamut. Teknologi layar OLEDnya membuat laptop ini dapat mengurangi blue light sampai 70%. Sehingga akan aman dan nyaman di mata untuk pemakaian waktu lama.

2. Prosesor Kencang

Latop inovatif ini selain memiliki daya tarik pada layarnya, juga memiliki prosesor yang kencang. ASUS Zenbook 17 Fold dibekali dengan Windows 11 Home, up to Core™ i7 12th Gen Intel® processor, up to Iris® Xe Intel® graphics, up to 1 TB PCIe® 4.0 x4 SSD, Up to 16 GB RAM, WiFi 6E. Wah, kalau gini mah ngedit video juga aman!

3. Audio Harman Kardon

Bagi pecinta film dan musik, dengan menggunakan laptop ini kamu akan dimanjakan dengan adanya sistem audio Dolby Atmos quad-speaker bersertifikat Harman Kardon. Selain itu, amplifiernya dapat memaksimalkan volume hingga 3,5x lebih keras daripada amplifier biasa dengan meminimalkan distorsi sehingga suara akan lebih jernih.

Kegiatan meeting online dimengerti dengan adanya teknologi ASUS AI noise-canceling. Teknologi ini dapat meredam kebisingan dari suara manusia dan lainnya. Ada pula fitur ClearVoice Mic pada aplikasi MyASUS yang berfungsi menyaring kebisingan di sekitarmu.

4. Standar Militer MIL-STD 810H

Dari segi ketahanannya, Zenbook 17 Fold OLED telah memenuhi standar militer MIL-STD 810H. Yang berarti laptop ini telah melakukan pengujian yang mencakup pengujian lanjutan untuk pengoperasian di lingkungan yang keras termasuk ketinggian ekstrem, suhu, dan kelembapan.

5. Aplikasi MyASUS

Dalam memudahkan pengguna, ASUS menyediakan aplikasi khusus, yaitu MyASUS. Aplikasi ini dapat membantumu dalam hal memperbarui perangkat, memelihara sistem, mengoptimalkan kinerja PC, hingga menghubungi ASUS untuk layanan dan dukungan after-sales. Selain aplikasi MyASUS, ada pula fitur GlideX dan ScreenXpert 3 yang bisa kamu eksplorasi untuk kemudahan segala aktivitas.

Kesimpulan

Setelah sejauh ini mengejar passion saya senang karena sudah berproses. Meski sempat merasakan kegagalan, tapi ada banyak hal baru yang bisa saya dapatkan. 
Menemukan passion memang nggak mudah, apalagi kalau keraguan muncul menyangkutpautkan waktu yang nggak bisa kembali dan usia yang selalu bertambah.
Dukungan teknologi dapat membantu saya memudahkan mencoba berbagai hal hingga mengejar impian. Salah satunya dengan kehadiran ASUS Zenbook 17 Fold yang sangat inovatif dan menjadi laptop terbaik ASUS versi gue. 
Desainnya yang unik dan ringkas, akan dapat membantu banyak orang lebih produktif di mana saja. Dilengkapi dengan prosesor yang canggih, mengejar impian pun akan lebih maksimal. Saya rasa semua kegiatan saya dalam bidang foto, video, dan menulis akan lebih dilakukan dengan menggunakan laptop ini. Beh, udah kebayang saya bakalan lebih produktif lagi hihi. 
"Laptop ASUS hadir dengan dilengkapi Windows 11 Home. Ketika pekerjaan menumpuk, laptop ASUS dengan Windows 11 siap membantu Anda menyelesaikannya. Laptop ASUS dengan Windows 11 yang lebih nyaman di mata, memungkinkan Anda mengekspresikan diri dan cara kerja terbaik Anda. Dan tidak hanya Windows 11 asli, tersedia juga genuine Microsoft Office 2021 untuk menunjang aktivitas Anda sepanjang hari."

Nah, kalau kamu gimana nih? Punya cerita menarik juga tentang mengejar passion? Cerita di kolom komentar yuk, siapa tahu bisa saling menyemangati hehe 😆

Semangat mengejar mimpinya!

h maksim

 

deamerina
Hai! Selamat datang di blog saya. Silahkan menyelami kegiatan yang saya lakuakn. Saya menulis berbagai macam hal seperti review film, buku, skincare, cerita jalan-jalan, dan penalaman pribadi.

Related Posts

Post a Comment