• Home
  • Travel
  • Review
    • Film
    • Book
  • Jurnal
    • Event
    • My Space
  • About

                        D e a     M e r i n a

“Don't be pushed around by the fears in your mind. Be led by the dreams in your heart.” ― Roy T. Bennett, The Light in the Heart

Powered by Blogger.


Karena makanan di rumah habis dan saya kelaperan parah (belum makan dari siang), jadinya saya iseng buka aplikasi Grab dan lihat-lihat yang menarik. Biasanya sih saya nggak begitu suka nyoba-nyoba makanan yang aneh-aneh. Yaa, maklum aja cocoknya sama makanan rumahan sewajarnya 🤣. Setelah jari saya berkelana, eh lha kok tahu-tahu ada nama ‘Sei Sapiku’. Makanan yang satu ini termasuk makanan yang lagi hits belakangan. Penasaran dong saya apa sih yang bikin makanan ini spesial sampe-sampe tiap saya buka instagram story atau twitter selalu ada makanan ini. Akhirnya saya pun memantapkan hati nyobain. 

Baca Juga : Tauwa Cak Pan, Tawa Terenak di Surabaya!

Karena saya nggak bisa makan daging sapi, jadinya saya pilih yang paket Sei Ayam seharga Rp27.000. Paket ini isinya daging ayam diasap dengan bumbu rempah, daun pepaya, nasi putih, kuah kaldu, dan sambal. Sebenernya masing-masing bisa milih, kayak nasinya bisa pilih nasih putih atau nasi jeruk. Sambalnya juga banyak pilihan ada sambal terasi, matah, luat, dan rica-rica. Awalnya saya pilih sambal matah tapi sayangnya lagi habis yaudahlah saya pake terasi jeruk. 





Sekitar 30 menit makanan saya udah sampai. Saya yang nggak berekspektasi apa-apa ya biasa aja. Tapi begitu nyobain, rasanya enak bangeeettttt. Yaampuun pantesan temen-temen saya sampe doyan gituu. Daun pepayanya itu pedes asin enak banget, ayamnya juga lembut dan bumbunya kerasa banget, kuah kaldunya ini pertama saya cobain kayak kuah mie ayam tapi enak ini sih hehe. Pokoknya semuanya enak bangeettt. Aun pepayanya yang udah pedes terus ditambah sambal terasi jeruk makin enak banget. Btw, ini sambalnya pedes banget sih. Cocok banget sama yang doyan pedes. 


Sei sendiri merupakan salah satu makanan khas Nusa Tenggara Timur, tepatnya Kabupaten Rote Ndao. Sei memiliki arti daging yang disayat dengan ukuran kecil memanjang. Ciri khas dari makanan ini ada di proses memasaknya yang harus menggunakan tungku api agar rasanya terjaga. Awalnya makanan ini menggunakan bahan dasar babi, tetapi belakangan banyak orang menggunakan bahan dasar lainnya seperti sapi, ayam, dan ikan. Supaya semakin banyak orang yang bisa mencoba makanan khas NTT ini. 


Jujur, saya pribadi ngerasa suka banget dan bikin nagih ❣️




 

Judul                : Alive

Genre               : Horror/Thriller

Release            : 2020

Actor                 : Park Shin-hye, Yoo Ah-in

Director             : Cho I;-hyung

Duration            : 90 minutes

 

Seorang gamer, Oh Joon-woo, yang terbangun seperti biasa di apartemennya. Ia tinggal dengan kedua orangtuanya dan saudara perempuannya. Saat akan memulai bermain game dengan teman-temannya, ia melihat berita yang aneh di tv. Kegaduhan terjadi di jalanan. Dari balkon apartemennya, ia panik melihat orang-orang saling menyerang bahkan lebih brutalnya lagi mereka saling memangsa. Kanibalisme terjadi di kotanya. 


Joon-woo berusaha menghubungi keluarganya yang sedang keluar berbelanja. Sayangnya keadaan kota sedang tak terkendali. Sinyal telepon tidak ada dan internet mengalami gangguan. Ia terjebak di apartemennya seorang diri. Dalam keadaan ketakutan dengan kondisi kota, Joon-woo pun menutup pintunya rapat-rapat untuk melindungi diri. Sayangnya, saat ia mengintip kegaduhan di depan pintunya seseorang berhasil masuk. Tetangganya yang sedang melarikan diri dari serangan kakaknya yang telah terinfeksi. 


Meski mengaku tidak terinfeksi, Joon-woo tetap was-was dengan tetangganya. Ia hanya mengijinkannya memakai kamar mandi lalu ia menyuruhnya keluar. Tanpa disangka, ternyata sebelum tetangganya sempat keluar, ia sudah berubah menjadi zombie terlebih dulu. Dengan segala upaya, Joon-woo akhirnya mampu mengusir zombie tersebut dan kembali menutup pintunya rapat-rapat. 


Read: Peninsula, Film Zombie atau Fast and Furious?


Suatu hari Joon-woo mendapatkan pesan suara dari keluarganya. Ia bersyukur keluarganya baik-baik saja. Mereka meminta Joon-woo bertahan. Kata-kata itulah yang menguatkannya setiap hari. Hingga sudah memasuki hari ke-20, persediaan makanannya mulai menipis. Joon-woo pun terpaksa meminum persediaan minuman ayahnya. Hingga ia berhalusinasi keluarganya pulang ke rumah dan mereka dapat berkumpul dengan bahagia. Hal ini tentu membuatnya semakin sedih.


Dihinghapi perasaan kesepian dan ketakutan, Joon-woo pun depresi. Tali ia kuatkan pada langit-langit dan ia bersiap gantung diri. Hitungan ketiga ia menanggalkan kursinya. Tiba-tiba cahaya pointer merah mengusiknya. Ia mengikuti arahnya yang membentuk tulisan "Bodoh". Ia pun berusaha menggagalkan niatnya dan mencari tahu sumber pointer stersebut.


Joon-woo merasa senang bukan main menemukan teman. Ia seorang gadis di sebrang apartemennya, Yoo-bin. Mereka pun saling bertukar makanan dan berbincang melalui walkie talkie yang diambil Joon-woo dari kamar tetangganya. 


Saat keadaan semakin tidak menentu, mereka berdua memutuskan untuk pergi ke suatu tempat yang lebih aman. Sayangnya, perkiraan mereka salah dan malah terjebak di sebuah apartemen dengan seorang lelaki. Ia memiliki banyak persediaan makanan. Ia mengatakan akan ada bantuan yang datang segera. Mereka berdua pun terharu bahagia karena akhirnya dapat terlepas dari para zombie. 


Joon-woo dan Yoo-bin pun makan dengan penuh rasa bahagia. Tanpa disangka, ternyata lelaki tersebut memasukkan obat tidur dalam makanan mereka. Lelaki tersebut membawa Yoo-bin yang setengah sadar masuk ke dalam ruangan dan menguncinya. Hal yang tak diduga terjadi. Ada zombie di dalam ruangan tersebut. Ternyata lelaki pemilik apartemen ini menyembunyikan isyrinya yang telah menjadi zombie di dalam ruangan. Lelaki itu menjadikan Yoo-bin sebagai makanan istrinya. 


Untungnya Joon-woo segera tersadarkan dan menolong Yoo-bin. Yoo-bin terselamatkan sedangkani lelaki pemilik apartemen tersebut jadi makanan istrinya sendiri. Merasa tertipu Yoo-bin pun lelah dan putus asa. Ia meminta Joon-woo untuk menembaknya. Daripada menjadi mangsa zombie, ia lebih memilih untuk ditembak mati. Pistol sudah berada di tangan Joon-woo. Meski ia tak tega, Yoo-bin bersikeras untuk meminta Yoo-bin menembaknya. Saat Joon-woo akan melepaskan tembakan, terdengar suara helikopter bantuan. 





Joon-woo dan Yoo-bin berlari melewati para zombie dan menuju atap apartemen. Saat sudah berada di atap, mereka tak menemukan helikopter. Mereka telah pergi menjauh. Mereka berdua datang terlambat. Mereka berdua pun pasrah di tepi atap. Membayangkan akan menjadi mangsa zombie yang mulai merusak pintu  dan mendekat. Di saat itulah helikopter bantuan datang. Mereka pun terselamatkan. 


***


Woaahhh! Setelah nonton perzombian duniawi, Train to Busan and lanjut Peninsula dan lanjut nonton iniiiii saya rasanya sudah terbiasa dengan wajah-wajah zombie hehe. Jujur, saya sebelumnya jijik banget sama zombie. Meski yaaa mending zombie daripada harus nonton film horror yang hantu. 


Meski nggak seseru Peninsula yang ada adegan balapannya, Alive punya cerita sendiri yang menegangkan. Scene yang memperlihatkan tokoh Joon-woo yang seolah-olah jadi manusia normal satu-satunya yang ada di kota emang bikin depresi. Saya nggak kebayang aja sih kalau jadi dia. Udah stok makanan menipis, nggak ada sinyal telpon dan internet, nggak tahu kabar keluarga pula. Hopeless banget pokoknya 😢


Kehadiran tokoh si lelaki jahat ini juga unpredictable banget sih. Meski awalnya sempat dicurigai dan membuktikan diri kalau doi orang baik-baik, plot twist bangeeettt. Dan saya sempat terbawa suasana waktu si lelaki itu minta maaf ke Yoo-bin karena jadiin dia makanan buat istrinya. Kok ya bisaa ada orang kayak gitu. Udah jelas istrinya itu ‘udah nggak ada’ tapi masih aja di lindungi bahkan mengorbankan manusia normal 😤 


Beberapa scene juga bikin saya ikutan sedih. Waktu Joon-woo mau gantung diri itu emang nggak kebayang aja sih. Trus scene terakhiiiirrrrr paling greget. Udah mereka berdua berjuang mati-matian buat sampai atap eh nggak ada dong helikopternya. Aku jadi mereka sih udah lemes duluan sebelum di kepung para zombie. Tapiii, untungnya ajaaa helikopternya beneran adaaa ❣️


Film ini rekomen sih buat kalian yang suka film tegang dan dibikin gemes sendiri. Eh, tapi ada satu hal yang bikin saya penasaran. Kira-kira itu para cameo zombie gimana ya actingnya? Peralihan dari manusia normal ke zombie itu kan badannya kayak melintir-melintir gituuu. Apakah para zombie itu dancer? Apakah ada yang penasaran juga? Atau kalian ada yang punya pencerahan?




 Kenapa sih ngeblog? Enaknya apa sih?


Mungkin dari beberapa orang masih ada yang bertanya-tanya seperti ini. Salah sepuluhnya beberapa teman yang sering saya share link tulisan saya di Whatsapp haha.  Saya rasa beberapa orang punya jawaban yang berbeda-beda. Inilah jawaban versi saya.


Awal ngeblog


Saya pribadi sudah mengenal dunia blog sejak SMA (yang jelas bukan blog ini). Waktu itu saya tulis apa pun yang saya pengen tulis. Termasuk curhatan receh kegiatan sehari-hari. Bahkan ada juga curhatan tentang teman sekelas yang saya suka. Saya nggak tahu blog ini bisa di bilang mak comblang yang baik atau gimana, tapi karena curhatan saya kala itu malah dibaca si doi dan berujung kami jadi dekat haha. Lucu deh kalau diingat-ingat. Fyi, saya nggak pernah berharap tulisan saya dibaca oleh siapa pun saat itu. Karena saya malu, saya cuma bagi ke seorang sahabat saya. Tapi sayangnya malah bocor 🤣


Read: 5 Rekomendasi Website untuk Mempercantik Tulisanmu


Seiring berjalannya waktu, saya sempat berhenti karena sibuk. Memasuki masa kuliah, saya mencoba lagi menulis (blog ini). Awalnya saya hanya membagi cerita perjalanan liburan saya sebagai kenang-kenangan. Blog ini masih bernama gadisberbingkai.blogspot.com. 


Kenapa gadisberbingkai?


Karena saat itu saya memakai kacamata. Dan, beberapa teman selalu mengidentikkan saya dengan kacamata. Tanpa pikir panjang, saya menjadikan itu sebagai nama blog ini. Lalu saat saya sudah nggak pakai kacamata lagi dan memutuskan untuk membeli domain saya pikir rasanya perlu mengganti nama. Karena bingung, yaudahlah pakai nama lengkap aja. Biar lebih simple hehe. Nah, jadilah blog ini 🤣.  


Blog ini niche-nya apa sih?


Buat saya pribadi, blog ini jadi sarana saya berkomunikasi. Karena saya sadar pikiran saya riuh banget dan kadang nggak bisa semuanya di omongin (lebih tepatnya belum nemu temen yang bisa diajak untuk sharing sih eheh), jadi saya lebihh suka nulis isi pikiran saya. Para introvert pasti paham deh. Makanya jangan heran kalau isinya super random haha. Kadang curhatan, tips, kegiatan sehari-hari, pengalaman pribadi, review film atau buku yang saya baca. Tapi pada akhirnya saya bagi menjadi review untuk film dan buku, travel untuk cerita liburan dan review hotel, dan jurnal untuk pengalaman pribadi saya dan semua curhatan termasuk cerita pendek saya hehe.


Serunya apa?


Sebelum ini, saya memang hanya menulis saja. Tapi, belakangan waktu saya nemuin blog yang seru banget isinya saya jadi suka blog walking. Di situ saya jadi sadar, kayaknya punya temen sesama blogger seru banget deh. Menjalin pertemanan di dunia maya. Kayak ada rasa penasaran sambil menerka-nerka gitu dari tulisannya 🤣. Saling kasih komentar, saling kasih masukan, tuker cerita. Menarik! Ini lah yang akhirnya bikin saya (berusaha) rajin ngeblog lagi. Dan dari situlah akhirnya saya berpikir, bakalan lebih baik lagi kalau misalnya tulisan saya bisa bermanfaat buat orang lain. Akhirnya saya pun mulai membagi link tulisan saya di media sosial. Dari situ juga saya mulai belajar memperbaiki tulisan saya yang masih berantakan ini hehe mohon dimaklumi. 





Selain nambah teman dan memperbaiki skill nulis, blog ini juga salah satu wadah buat saya untuk memperbaiki diri. Anggeplah ini jadi timeline hidup saya. Saya jadi paham perkembangan diri saya dari dulu sewaktu awal ngeblog sampai sekarang hehe. Cerminan diri sih lebih tepatnya. Dan maaaaasih banyak 1001 alasan asyik lainnya kenapa saya ngeblog dan kamu mungkin wajib cobain juga. Siapa tahu nagih hehe.


Nah, begitulah sekiranya kenapa saya ngeblog hehe. Kalau kalian, kira-kira apa alasan kalian ngeblog? 


P.S. buat kalian yang pengen cari temen blogger bisa join di sini






Sebagai content writer, memang rasanya nggak afdal banget deh kalau nggak nambahin gambar di tulisan kita. Secara gitu kan mata kita lebih suka yang bergambar daripada full tulisan, kadang bisa membosankan bagi beberapa orang. Padahal informasi di dalamnya sangat bermanfaat. Sayang banget kan kalau misalnya orang nggak jadi baca tulisan kita karena tampilannya yang membosankan?


Nambahin gambar di tulisan juga nggak bisa sembarangan nih. Kalau hasil karya sendiri sih nggak masalah. Yang jadi masalah adalah kalau gambar tersebut milik orang lain. Kalau kita nggak nyantumin sumber bakalan bisa berujung nggak enak nih. Nah, mending sih pakai gambar free royalty aja alias gambar gratisan. Selain nggak perlu pusing sama hak cipta, kita juga nggak perlu pusing kudu create sendiri hehe. 


Read: Cara Menulis di IDN Times Biar Cepet Publish!


Kali ini saya bakalan share website yang ramah royalty. Check thi out! 


Pexels



Website yang satu ini bisa di bilang website kesayangan saya dan mungkin beberapa content writer lainnya kalau buat nambahin gambar. Pexels punya banyak foto yang cukup bervariasi dengan resolusi yang gede banget sampai yang paling kecil. Tenang, ada pilihannya kok. Jadi kamu bisa sesuaikan kebutuhan. 


Alasan lain kenapa saya demen banget pakai website ini adalah download yang cepet. Nggak tahu kenapa deh tiap kali saya download di sini cepet banget. Padahl resolusi yang saya pake itu yang besar. Makanya saya lebih suka di sini karena menghemat waktu hehe. Oh iya, selain foto di sini juga ada video free royalty lho. Jadi lengkap deehh. Selain bisa download, kamu juga bisa ikutan upload karya nih di sini. Lumayanlah ya bisa jadi portfolio. Selain itu di sini juga ada challenge yang bisa kamu ikuti.


Pixabays



Pixabay ini menurut saya koleksi fotonya jauh lebih lengkap daripada Pexels. Di sini kamu juga bisa sesuaikan resolusi foto yang sesuai dengan kebutuhanmu. Hampir miriplah sama Pexels. Bedanya adalah, selain kamu bisa download foto, di sini juga menyediakan video, music, illustrations, dan vectors. Nah, super lengkap kan. Selain itu kamu juga bisa ikutan upload juga di sini. 


Unsplash




Website yang satu ini berat banget kalau buat saya pribadi. Download lamaa banget. Tapi meski pun gitu Unsplash punya stock foto yang bervariasi. Super lengkap sih menurut saya. Nggak kayak website yang sebelumnya, di sini cuma ada stock foto aja ya. Video, music, vector, dll nggak ada. Tapi, di sini kamu juga bisa ikutan upload karya kok. 


Shutterstock



Website yang satu ini udah terkenal banget di kalangan content writer dan photographer. Yup. Shutterstock jelas punya banyak banget stock foto yang bervariasi. Website yang satu ini cocok banget buat kamu yang terjun di dunia professional. Karena semua stock foto di sini berbayar. Bukan cuma foto, di website ini juga menyediakan footage video dan music. Shutterstock juga menerima kiriman karya kamu lho. Untuk karya yang berhasil di publish akan mendapatkan insentif. Besarnya insentif ini akan tergantung dari berapa kali karya kamu di download. Kuylah yang mau coba-coba. 


Istock Photo



Sama seperti Shutterstock, Istock Photo merupakan website photo yang berbayar. Bedanya, kalau di Istock Photo kamu bisa download music, video, dan illustartions juga. Dengan berbayar terlebih dulu tentunya. Kamu nggak bisa nih asal klik kanan dan klik save karena semua foto di website ini sudah diberi watermark. Jadi, bakalan agak ribet untuk di manipulasi hihi. 


Nah, kira-kira itulah 5 website rekomendasi dari saya untuk mempercatik tulisan kamu di blog atau website. Semuanya tergantung selera juga sih. Kalau saya pribadi sesuai dengan yang saya sebutkan di atas. Karena kebutuhan tiap orang tentunya berbeda-beda. Semangat menulis!







Judul : Peninsula

Genre : Horror/Thriller

Release      : 2020

Actor : Gang Dong-won, Lee Re, Lee Jung-hyun, Koo Kyo-hwan

Director     : Yeon Sang-ho

Duration      : 120 minutes


Saat terjadi kekacauan di Korea Selatan, semua penduduk berbondong-bondong pergi ke Pelabuhan Incheon untuk menyelamatkan diri ke Jepang. Termasuk yang dilakukan oleh Jung Seok, seorang kapten militer yang mengendarai mobil bersama keluarga kakak perempuannya.di tengah jalan menuju pelabuhan, mereka berjumpa dengan seorang wanita dengan anaknya yang ingin pergi ke pelabuhan juga. Kondisi mereka tidak memungkinkan karena mobil mereka telah diserang. Sayangnya Jung Seok tak dapat membantu mereka karena takut mereka telah terinfeksi. Mereka pun tetap melaju tanpa memedulikan wanita tersebut. 


Read: Film Memories of Murder 

Kakak Jung Seok dan keluarganya ditempatkan di dek berasama para penumpang lainnya. Chul Min, suami dari kaka perempuan Jung Seok, mengantri mengambil selimut dan bantuan lainnya. Sedangkan, sang isti bersama anak laki-lakinya tetap menunggu dalam dek. Semuanya baik-baik saja, hingga salah satu penumpang yang berada dalam ruangan dek ternyata telah terinfeksi dan menyerang yang lainnya.  Semua orang dalam ruangan tersebut pun telah terinfeksi termasuk keponakan Jung Seok. Kakak perempuannya yang tak tega melihat anaknya sendirian pun pada akhirnya memilih untuk bersama anaknya. Jung Seok pada akhirnya tak dapat melakukan apa-apa dan terpaksa meninggalkan ruangan. 


Setelah 4 tahun berlalu, dari kejadian tersebut hanya Jung Seok dan Chul Min yang selamat dari keluarga mereka. Mereka hidup di Hongkong secara terpisah (kapal tiba-tiba berganti haluan menuju Hong Kong saat kejadian tragis tersebut). Sebagai imigran dari Korea Selatan yang dikenal sebagai warga terinfeksi, mereka hidup tidak dimanusiakan di Hong Kong. Orang-orang tidak ada yang melakukan komunikasi dengan mereka karena dianggap pembawa infeksi. 


Merasa hidup dengan tidak layak, dianggap sampah oleh masyarakat, mereka berdua mendapatkan pekerjaan spesial. Kembali ke Korea Selatan untuk mengambil uang yang ada di dalam truck dengan komisi setengah dari hasil jarahan mereka. Setelah berpikir panjang, mereka pun mengambil pekerjaan itu dengan harapan akan dapat hidup layak setelah memiliki uang. Meskipun sebenarnya Jung Seok tak menyukainya. 





Nah, kira-kira apa yang ada di pikiran kalian waktu tahu mereka bakalan balik ke Korea Selatan? Awalnya menrutu saya pekerjaan itu juga terlihat cukup mudah. Datang ke Korea untuk menemukan truck dengan nomor polisi yang sudah diberi tahu, mengambil uangnya, lalu mengantarkan ke pelabuhan. Lawannya paling-paling ya kawanan zombie yang nggak bisa lihat kalau malam. Ternyata tidak semudah itu kisanak 🤭


Saat mereka sudah menemukan truck yang di maksud dan sedikit membuat gaduh yang mengundang kawanan zombie, eh ada manusia yang lebih rese datang dong. Yap. Setelah 4 tahun berlalu, ternyata masih ada yang bertahan di kota mati tersebut. Termasuk seorang wanita yang menggendong anaknya yang dilewati begitu saja oleh Jung Seok waktu pergi ke Pelabuhan. Nah, mulai dari sinilah ketegangan mulai terjadi. 


Awalnya saya kira film ini bakalan nyambung sama serialnya yang pertama, Train to Busan. Eh, ternyata nggak dong. Sangat beda jauh. Semua pemainnya di ganti. Padahal saya harap ada Gong Yoo main lagi. Eh, tapi kan doi udah mati ya terinfeksi juga. Yaaa, entahlah gimana caranya pokoknya ada sedikit harapan kalau Gong Yoo bakalan muncul lagi haha maksa bet yaak 🤣


Kalau di film pertamanya tegang, kesel maksimal, dan haru, apalagi bagian Gong Yoo lompat dari kereta karena terinfeksi, nah di serial keduanya ini lebih ke tegang aja sih. Ada keselnya dikit pas di bagian Kapten Seo yang egois maksimal itu mau menyelamatkan dirinya sendiri. Kapten Hwang juga sih, nyebelin banget karakter yang satu ini. Ini tipe orang yang selalu ada di tiap kumpulan 🤣. 


Yang bikin seru menegangkan di film ini adalah bagian kejar-kejaran mobilnya. Jadi berasa nonton Fast and Furious gitu. Untungnya sih ada bagian ini. Kalau nggak film ini bakalan boring banget sih kayak cuma zombie, zombie, dan zombie….


Visualnya juga bagus banget sih. Suka banget sama efek waktu kejar-kejaran mobil hehe. Bagian favorit sih itu emang. Dan nggak nyangka aja di awal. 


Kayak filmnya yang pertama, film ini juga sangat rekomen dengan versi bagus yang beda sama yang Train to Busan. Jadi wajib banget nonttoonnn.


Hmm, next nonton apa lagi ya enaknya?



IDN Times merupakan salah satu medianya anak milennial, sesuai degan namanya. Ada yang belum pernah tau media yang satu ini? Coba deh main-main ke website siapa tahu tertarik. Gimana? Cukup menarik kan? Atau bahkan kamu ada yang punya pikiran pengen nulis di situ juga?


Nah, buat kamu yang hobi nulis, IDN Times juga menerima tulisan dari luar lho. Selain tulisamu bakalan di publish, kamu juga berkesempatan untuk mendapatkan fresh money. Wadaw, kurang enak apa yakan udah di publish di website kece di kasih ‘ucapan terima kasih’ pula. Setiap tulisan yang kamu kirim bakalan jadi poin. Dan poin tersebut akan bisa dicairkan dengan batasan minimal 2500 poin yang setara dengan 250ribu ke rekening kamu. Untuk ketentuan poinnya bisa cek di halaman dashboard ya. 


Syaratnya apa aja? Harus kirim lamaran nggak? Nggak kok tenang, nggak ribet. Kamu tinggal buka website IDN dan gabung jadi community. Nah, kalau sudah, tinggal post deh. 


Eits, tapi ternyata nulisnya nggak semudah itu kisanak. Jadi, meski IDN Times menerima tulisan dari luar (community) tapi tetep kudu di moderasi (proses editing). IDN juga punya editor khusus yang ngedit tulisan community. Nggak bisa sembarangan karena mereka juga punya standar tulisan. Kalau kalian sudah join, ada panduan nulis di community juga kok. 


Read: Pengalaman Magang Content Writer di Hipwee


Nah, kali ini saya mau berbagi tips nulis di IDN Times yang selama ini saya lakukain. Yaa, siapa tahu membantu yakan? Check this out!


Siapkan tuisan


Saya saranin sih kalau nulis jangan langsung di website. Tulis dulu entah di word atau notepad. Soalnya website-nya IDN Times terus terang aja sering error. Jangan sampai deh kalau sudah nulis panjang-panjang, eh tahu-tahu error dan ilang kan nggak lucu yekan? Jadi mending tulis dulu di luar biar ada back-up file-nya. 


Buat judul semenarik mungkin


Sebelum kamu membuat tulisan, usahakan untuk riset dulu di google tulisan itu sudah pernah dimuat di IDN Times atau belum. Caranya tinggal ketik judul atau topik yang mau diangkat terus tambahkan ‘idn times’. Nah, setelahnya pasti keluar deh topiknya sudah pernah ditulis atau belum. Kalau ternyata sudah, carilah topik lain soalnya editor nggak bakalan ngelirik tulisan yang sudah pernah ditulis gaeeesss. Tapi, kalau ternyata belum ditulis, lanjutkeeuunnn~


Berikan angka pada awal judul


Meski ada beberapa jenis tulisan yang bisa dikumpulin, narasi dan listicle, saya pribadi lebih milih nulis listicle karena sumbernya banyak hehe. Kalau bisa sih awali judul dengan angka (kalau buat tulisan listicle). Karena biasanya pembaca lebih suka kalau ada poin/garis besar yang sudah jelas. Menurut mentor saya, pembaca kadang nggak membaca secara keseluruhan sebuah artikel. Kalau dia tertarik dengan judulnya, biasanya dia cukup baca poin-poin utamanya saja. Nah, intinya dengan membaca poin utaanya pembaca sudah menangkap inti dari keseluruhan artikel. 


Pahami gaya bahasa


Tiap media tentunya memiliki gaya bahasa yang berbeda-beda. Sebelum memutuskan untuk menulis, lebih baik kamu pahami dulu gaya bahasa website tersebut. Misalnya untuk penulisan kata ‘nggak’. Di beberapa media ada yang ditulisan dengan ‘gak’ ada pula yang ‘nggak’, atau ‘enggak’. Begitupula dengan kata lainnya. Karena itu bisa jadi ciri khas media tersebut. Sama kayak misalnya Hipwee punya ciri khas tanda layar (~) di setiap judulnya. Hal ini tentu nggak berlaku di IDN Times. 


Perhatikan sumber gambar


Karena tulisan listicle, tentu artikel kamu bakalan butuh gambar yang mendukung di setiap poinnya. Kamu bisa mengunduh gambar di beberapa website gratis seperti Pixabay, Pexels, dan Unsplash. Sebelum mengunduh, usahakan untuk memilih resolusi yang sesuai dengan ketentuan di IDN ya gaeess. Karena kalau terlalu besar/kecil nggak akan bisa diunggah di website IDN. Semua gambar yang digunakan di website IDN landscape ya. 


Kenapa sih harus ada resolusi khususnya? Semakin besar resolusi yang digunakan, maka untuk membuka website tersebut tentu akan semakin lama (berat). Nah, kalau terlalu kecil, gambarnya bakalan pecah dan jadi nggak menarik lagi dong untuk dilihat. Nah, kira-kira begitu hehe. 


Cek ulang tulisan kamu


Yang namanya editor, pasti lebih seneng dong kalau dapet tulisan yang kesalahannya dikit. Kalau bisa sebelum submit, edit secara mandiri tulisanmu. Hal yang paling penting adalah cek tulisnamu sudah sesuai EYD atau belum. Saya pribadi juga masih sering banget buka website kbbi hehe. Buat memastikan. Selain itu, tanda baca juga penting. Usahakan menulis seperti kamu berbicara. Jangan kepanjangan, nanti bengek di tengah hehe. 


Nah, kira-kira sih begitu. Kalau sudah sesuai panduan menulis IDN pasti bakalan di publish kok. Baca tulisan sendiri di publish di IDN Times itu ada kebahagiaan tersendiri gitu. Yaaa, lumayan lah buat portfolio, bener nggak?


Sekiyaaann~


 


Senang sekali rasanya memegang buku karya milik sendiri. Meski gabungan dengan penulis lain, tetep aja happy hehe. Ini salah satu karya cerpen saya yang di bukukan dengan penulis kece lainnya. Selamat menikmati ðŸ˜Š

Read: Pengalaman Freelance di Projects.co.id

**

Langit di luar sudah gelap. Rasya memandang ke luar jendela pesawat di sebelahnya. Ia selalu menyukai duduk di pinggir jendela untuk menikmati pemandangan yang menakjubkan. Tuhan begitu kreatif menciptakan bumi ini, begitu pikirnya di beberapa waktu. 


Hari ini, hari yang tak pernah disangka olehnya. Ia kembali ke kota kelahirannya setelah sekian lama. Pertama kali ia meninggalkan kota ini 3 tahun lalu, ia bertekad apa pun yang terjadi, ia tak akan menginjakkan kakinya lagi di kota ini. Tapi, nyatanya keadaan tak mengijinkannya berikrar demikian. Rasya melirik pergelangan tangannya, sudah memasuki waktu salat isya. 


Setelah pesawat berhenti dengan sempurna, Rasya dan para penumpang turun bergantian. Rasya menghirup udara kota yang perlahan mulai dingin dan pengap khas perkotaan. Ia berjalan perlahan memasuki gedung terminal untuk mengambil bagasi. Kepalanya dipenuhi berjuta skenario hal yang akan dilakukanya selama beberapa hari di sini. Ia tak ingin berlama-lama. Ia harus segera menyelesaikan segala urusannya dan pergi lagi. Hatinya terasa ngilu saat membayangkan wajah seseorang.  


Rasya terdiam di pintu keluar bandara. Memandang beberapa orang yang mungkin sedang menunggu sanak saudaranya tiba. Ia memperhatikan wajah mereka satu per satu. Ia tahu, di antara mereka tak akan ada keluarganya atau pun temannya. Karena memang ia tak memberi tahu siapa pun atas kepulangannya. Ia hanya penasaran, jika ia memberi tahu keluarganya, apakah mereka akan ada di antara kerumunan di hadapannya? 


“Taksi, Mbak?” tawar seorang supir taksi yang membuyarkan lamunannya. 

“Oh, iya, Pak,” supir taksi tersebut pun dengan sigap mengambil koper Rasya dan menunjukkan jalan menuju taksinya. 

“Mau ke mana, Mbak?” 

“Ke peruma… eh, Hotel Bumi aja, Pak,” dalam sekejap ia memutuskan untuk menginap di hotel. Ia tak ingin tinggal di rumah itu lebih lama. 


Keesokan paginya, setelah sarapan Rasya memantapkan hati untuk mendatangi rumah itu. Bagaimana pun ia harus segera menyelesaikan semua urusannya di Kota Pahlawan ini. 


“Rasya?” sapa seseorang saat Rasya sedang menunggu taksi di lobby hotel.

“Panca?” Rasya begitu terkejut bertemu lelaki di hadapannya. Panca tidak banyak berubah. Hanya saja ia terlihat lebih dewasa dan hal itu membuat hatinya seolah merasakan hal yang sama lagi. 


Sayangnya, obrolan mereka terputus oleh kehadiran taksi yang dipesan Rasya telah tiba. Baiklah, setidaknya Panca meminta nomornya. Selama ini ternyata lelaki itu berusaha menghubunginya lewat media sosial dan tak kunjung mendapat jawaban. Tentu, Rasya sudah berhenti menggunakan media sosial apa pun. Ia lebih menyukai pertemuan nyata daripada berhadapan dengan layar ponsel. 


Setidaknya kehadiran Panca di kota ini sedikit menghiibur hati Rasya hingga ia melihat pagar rumah berwarna hitam di sampingnya. Baiklah Rasya segera selesaikan ini semua dan pergi, katanya pada diri sendiri. 


Rasya berdiri tepat di depan pagar hitam itu. Terlintas beberapa kisah lalu di benaknya beberapa saat hingga ia memutuskan untuk membunyikan bel. Seorang wanita paruh baya keluar dan membukakan pintu pagar untuknya. 


“Ma,” sapa Rasya terlebih dahulu. 

“Ya ampun, Rasya! Kamu kok nggak bilang kalau pulang. Ayo masuk,” ajak wanita itu menggandeng tangan anak perempuannya satu-satunya. “Kamu nggak bawa tas?” tanyanya setelah memperhatikan anaknya.

“Aku nginep di hotel, Ma. Fasilitas kantor. Oh iya, ini Rasya bawa oleh-oleh khas Jakarta,” Rasya menyerahkan bungkusan yang dibawanya. 

“Lho, kenapa nggak nginep di rumah aja? Wong kamu punya rumah di sini”


Rasya berbincang dengan keluarganya. Semuanya ada di rumah itu. Ibu, kakak, adik, dan neneknya. Semuanya masih terlihat sama. Hanya hatinya yang berubah menjadi semakin gelap dan keras. Setelah berbasa-basi secukupnya, ia mengutarakan tujuannya datang ke kota ini. 



“Ma, Rasya dapat beasiswa dari kator buat kuliah di London. Jadi, Rasya mau minta izin sama mama. Berangkatnya sih 2 minggu lagi, tapi banyak yang harus Rasya urus di Jakarta jadi nggak bisa lama-lama di sini,” akhirnya meluncur kata-kata tersebut yang membuat raut wajah ibunya berubah sedih. 

Dari kecil, Rasya selalu ingin membahagiakan orang tuanya, terutama ibunya setelah banyak hal dilaluinya. Tetapi, semua itu berubah sebelum ia berangkat ke Jakarta untuk merantau. Kejadian demi kejadian yang membuat batinnya lelah dan tersiksa hingga rumah tak lagi terasa seperti seharusnya. Ia tak pernah berkeinginan menjadi anak yang durhaka. Tetapi, keadaan memaksanya demikian. Ah, sudahlah. Toh, sekeras apa pun ia berjuang rasanya percuma kalau ia berjuang sendirian. Keluarganya tak pernah menghargai perjuangannya sedikit pun. Hingga pada akhirnya ia pun memutuskan untuk tidak peduli. 


Dalam perjalanan kembali ke hotel, ia merasa lega telah meminta ijin. Meskipun ia bahkan tak mendapatkan ijin dari ibunya, ia tetap akan pergi. Ia tak peduli. Ini hanyalah sebuah formalitas. 


“Sya, ini Panca. Kalau ada waktu, ketemu yuk,” Rasya tersenyum membaca pesan singkat Panca. Mereka bertemu sore harinya di salah satu mall. Meski sudah berumur 28 tahun, sikap mereka berdua masihlah seperti remaja. 


Tak terasa, mereka menghabiskan waktu sampai mall tutup. Rasya selalu menyukai waktu yang ia habiskan dengan Panca. Ia sangat perhatian dan pendengar yang baik. Ia juga lelaki yang sangat sopan dan menghargai wanita. Bagaimana mungkin Rasya tidak jatuh hati pada lelaki seperti itu? Bahkan untuk menemukannya di belahan dunia yang lain pun rasanya cukup mustahil. Ia sudah terlanjur jatuh sedalam-dalamnya, 


“Kamu hati-hati ya di sana. Jangan lupa kabari aku,” kata-kata terakhir Panca saat mengantar Rasya ke bandara untuk kembali ke Jakarta. Ia bahkan rela menukar tiket kepulangannya demi menghabiskan waktu bersama Panca sehari lagi. Sayangnya tidak bisa lebih dari itu. Meski Rasya begitu ingin. 


Rasya langsung berjalan menuju kedai kopi begitu memasuki area tunggu. Segelas kopi dingin akan menambah bahagianya hari ini. Setelahnya ia mampir untuk melihat-lihat buku terbaru Johnny Green. Ia membelinya tanpa berpikir dua kali. Ia pun duduk di area tunggu dan membaca bukunya dengan khidmat. 


Hingga tibalah saat pesawat dengan tujuan Jakarta disebut, Rasya beranjak dan bersiap. Ponselnya tiba-tiba berdering. Panca. Tak sempat ia mengangkat teleponnya, ponselnya berhenti berdering. Selanjutnya, pesan singkat dari Panca.


“Sya, kamu yang kuat ya. Mama kamu masuk rumah sakit barusan,” Rasya membacanya dengan ekspresi datar dan memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas tanpa membalasnya. “Sya, mama udah nggak ada,” lanjut Panca. Rasya membacanya sekilas dan tersenyum berjalan memasuki antrian ke dalam pesawat. 


***

P.S: Saya baru bikin wattpad nih hihi. Barangkali mau berkunjung klik di sini ya 

Newer Posts
Older Posts

Follow by Email

1Minggu1Cerita

1minggu1cerita

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan

LET’S BE FRIENDS

Blog archive

  • ►  2021 (17)
    • ►  February (3)
    • ►  January (14)
  • ▼  2020 (53)
    • ►  December (17)
    • ▼  November (10)
      • Nyobain Sei Sapi, Makanan Khas NTT yang Populer
      • Alive (2020), antara Bertahan atau Menyerah
      • 1001 Alasan Kenapa Ngeblog
      • 5 Rekomendasi Website untuk Mempercantik Tulisanmu
      • Peninsula, Film Zombie atau Fast and Furious?
      • Cara menulis di IDN Times biar cepet di publish
      • Penerbangan Terakhir
      • Nakamura, Tempat Pijat Reflexy Paling Pengertian~
      • Kondisi Mata Setahun Setelah Operasi Lasik
      • Jalan-Jalan Ke Kebun Binatang Surabaya (KBS) di Ma...
    • ►  October (5)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (7)
    • ►  April (2)
    • ►  March (3)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2019 (20)
    • ►  October (2)
    • ►  September (5)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2018 (63)
    • ►  December (1)
    • ►  November (12)
    • ►  October (5)
    • ►  September (4)
    • ►  August (1)
    • ►  July (3)
    • ►  June (8)
    • ►  May (4)
    • ►  April (6)
    • ►  March (7)
    • ►  February (8)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (15)
    • ►  December (6)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  August (1)
    • ►  June (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2016 (6)
    • ►  October (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2015 (22)
    • ►  November (3)
    • ►  October (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (6)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)

SUBSCRIBE NEWLETTER

recent posts

Created with by BeautyTemplates | Distributed by blogger templates