Makin lama, makin kerasa nggak sih kalau banyak kegiatan kita sehari-hari yang terbantu dengan adanya teknologi? Mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Emang sih, dengan adanya kemajuan teknologi semuanya jadi jauh lebih mudah. Komunikasi dengan kerabat nun jauh di belahan dunia lain pun sekarang tinggal pencet-pencet layar ponsel. Dalam hitungan detik, foalaa! Sampailah pesan tersebut ke kerabat yang dituju 😍
Tapi, kenapa ya makin ke sini saya makin merasa semua kemudahan itu justru membawa kita ke banyak hal yang jauh lebih berbahaya. Terutama untuk kesehatan mental 😶
Seni menahan diri
Seperti apa yang sedang saya lakukan sekarang, saya dengan mudahnya menuliskan isi kepala dan hati di blog pribadi. Which is, ini blog milik saya. Proses membuatnya pun cukup mudah. Lalu semua isi kepala saya dibaca oleh banyak orang. Saya bisa menulis di sini sesuka hati kapan pun dan di mana pun. Orang-orang yang membacanya pun nggak mengenal batasan waktu dan jarak. Apalagi usia 👀
Hal inilah yang bikin saya was-was. Saya merasa belakangan saya harus lebih menahan diri. Apa pun yang ada di kepala dan hati saya, rasanya nggak semuanya perlu untuk disampaikan. Nggak perlu membuat semua orang tahu dan paham apa yang saya maksudkan. Nggak perlu membuat semua orang tahu apa yang saya rasakan dan lakukan. Nggak perlu menjadi yang paling benar dalam segala hal. Belakangan saya sadar kalau benar dan salah bagi setiap orang berbeda-beda tergatung dengan prinsip hidup mereka. 🙂
Saya baru menyadari hal ini di tahun kemarin. Dan itulah hal yang akan saya usahakan untuk tetap jaga. Salah satu hal sederhananya lebih berpikir seribu kali dalam mengunggah story atau postingan di Instagram. Saya nggak mau menyakiti atau menyinggung perasaan orang lain meski saya nggak bermaksud demikian. Karena kita nggak akan pernah tahu apa yang orang lain alami. Kehidupan yang kita anggap membosankan bisa jadi justru membuat orang lain iri dan drowning. Membandingkan hidupnya dengan hidup orang lain yang ‘tampaknya’ menyenangkan. Yang sayaa tahu adalah kita semua sedang berjuang dengan kehidupan masing-masing. Pada akhirnya saya memutuskan untuk menggunakan media sosial untuk mengunggah karya sebagai personal branding dan portfolio saja hihi 😉
Seni bodo amat
Kita semua tahu kalau kita nggak bisa mengendalikan apa yang orang lain pikirkan dan lakukan. Kita nggak bisa selalu membuat mereka paham dengan perspektif kita. Pasti kalian pernah kan berusaha untuk meluruskan sesuatu pendapat teman tentang diri kita? Capek nggak sih kadang saking berusahanya membuat mereka paham apa yang kita maksud? 😶
Jadi, pilihan satu-satunya adalah mengendalikan diri sendiri. Selain menahan diri, saya rasa skill yang perlu banget di improve sepanjang masa adalah bersikap bodo amat dengan hal-hal tertentu 😊
Kedengarannya sih mudah. Tinggal cuekin aja tutup kuping. Ibarat pepatah, anjing menggonggong khafilah berlalu. Tapi, ternyata nggak semudah itu, Ferguso 🥴 Bodo amat juga ada takarannya. Jangan sampai deh saking bodo amatnya sampai jadi apatis atau menghiraukan hal-hal yang seharusnya justru bisa bikin kita lebih baik. Dan yang tahu batasan itu cuma diri kita sendiri.
Seperti postingan saya sebelumnya soal tinggi. Sekarang saya akan bodo amat dengan orang-orang yang komen mengenai postur tubuh saya. Kalau ada yang bilang, “Duh, sayang banget sih punya badan tinggi tapi nggak dimanfaatin. Padahal bisa tuh jadi model atau pramugari”. Saya bakalan senyum dan hanya menganggapnya angin lalu aja. Karena saya nggak bisa merubah apa pun. Nggak mungkin kan saya berusaha operasi untuk jadi pendek? Atau memaksakan diri jadi pramugari atau model padahal nggak saya banget? 🤣
Beda halnya kalau ada yang bilang, “Haduh, videonya bikin pusing kebanyakan motion yang terlalu cepet”. Nah, meski cara penyampaiannya rada nggak enak, saya bakal coba review lagi video-nya dan justru nanya ke si penanya. “Oh, iya ta? Kudunya gimana ya? Ajarin dong 😁”. Kalau si penanya bisa kasih solusi dan saya jadi belajar darinya, jelas ini nggak bisa di-bodo-amat-in. Karena saya bisa berkembang dari komen itu 😉
Lain ceritanya kalau si penannya nggak bisa kasih solusi apa pun. Berarti dia cuma bisa komen karya orang tanpa kasih solusi. Ya kalau ini mah, di-bodo-amat-in aja 🤪
Seni berkomunikasi
Saya sadar, saya yang introvert ini nggak begitu baik dalam hal komunikasi. Boro-boro buat ngomong langsung, buat nulis aja kadang masih belibet 🤣 Apa yang ada di kepala saya itu kadang kudu dipikir-pikir lagi buat disusun jadi kalimat yang lebih enak untuk dibaca dan dipahai orang hehe. Jadi mohon maklum kalau kadang ada tulisan yang rada belibet 🤣
Saya tahu dan sadar betul kalau komunikasi adalah kunci dari segalanya. Apalagi terkait pekerjaan. Saya yang nggak begitu suka main ponsel sebelumnya malas banget balesin chat, tapi semenjak wfh (work from home) saya kudu selalu kasih kabar ke tim tentang progres. Nggak bisa hanya berasumsi, ah palingan dia juga udah tahu. Mereka kan bukan cenayang yak 😬
Terkadang untuk menjelaskan maksud saya pun saya sampai kudu menjelaskan panjang lebar yang di cross check dengan voice note atau bahkan telepon karo masih kurang jelas.
Yaah, jadi itulah 3 skill dasar yang sedang saya usahakan untuk menikmati hidup setiap harinya hihi. Saya tulis di blog biar berasa bikin janji tertulis gitu sekalian ikutan evennya Mbak Eno. Kan kalo di baca orag biasanya jadi lebih bertanggung jawab ya 🤣 Dasar aku.
Kalau teman-teman gimana? Ada juga skill yang lagi di improve nggak nih? Apa pun itu mari semangat untuk melakukannya! 💃