Travel

FOLLOW US @ INSTAGRAM

Blogger Perempuan
Intellifluence Trusted Blogger

Banner Bloggercrony

Review Film: Ali & Ratu Ratu Queens (2021)

7 comments


Title                 : Ali & Ratu-Ratu Queens

Duration         : 1h 40m

Actor : Iqbaal Ramadhan, Aurora Ribero, Nirina Zubir, Happy Salma, Asri Pramawati, Tika Panggabean, Marissa Anita

Director         : Lucky Kuswandi

Year : 2021

Genre : Drama/Komedi


Spoiler Alert!


Mia (Marissa Anita) seorang ibu rumah tangga yang bercita-cita menjadi penyanyi. Ia bertekad dengan pergi ke New York ia akan mampu menggapai mimpinya tersebut. Ia bahkan rela meninggalkan Ali (Iqbaal Ramadhan) yang saat itu berusia 7 tahun dengan ayahnya (Ibnu Jamil) di Indonesia. 


Enam bulan berlalu sesuai dengan janji Mia, ia akan kembali jika tak berhasil di New York. Tetapi, Mia yang merasa nggak mampu pulang tanpa menjadi apa-apa pun meminta suaminya untuk mengerti dan memberikannya waktu lagi. 


Sayangnya, hingga bertahun-tahun sampai ayah Ali meninggal, Mia tak kunjung pulang. Ali yang telah beranjak dewasa pun berencana untuk menyusul ibunya ke New York. tapi, keluarga besar ayahnya yang selama ini merawat Ali nggak menyetujui hal tersebut karena menganggap kalau ibunya sudah nggak memedulikan Ali lagi.


Sebuah surat yang ditemukannya di meja membuat Ali tertegun. Surat dari ibunya beberapa tahun lalu beserta kiriman tiket untuk ayah dan Ali ke New York. Ayah nggak pernah memberi tahu hal ini kepadanya. Ali pun kembali bertekad untuk pergi ke New York menemui ibunya. Ia tahu ibunya masih peduli dengannya. Ali segera mengontrakkan rumahnya dan menggunakan uang tersebut untuk berangkat ke New York.  





Sesampainya di New York, Ali mendatangi alamat yang tertulis pada surat tersebut. Meski surat itu sudah beberapa tahun lamanya, Ali berharap ibunya masih tinggal di sana. Begitu sampai di alamat tertera, Ali kecewa karena nggak menemukan ibunya. Pemilik ruangan itu kini telah berganti 4 wanita dewasa yang berasal dari Indonesia. Salah satu di antaranya, Party (Nirina Zubir), pernah mengenal Mia (ibu Ali).



Ali yang nggak memiliki tujuan dan tempat tinggal pun akhirnya tinggal bersama mereka dengan membayar biaya sewa tentunya. Keempat wanita tersebut juga menawarkan bantuan untuk mencari ibu Ali. Mereka tengah mengumpulkan uang untuk menyewa bangunan yang akan dijadikan restoran. Mereka juga butuh uang. 


DI New York, keempat wanita tersebut bekerja ala kadarnya. Masing-masing mengajarkan Ali keterampilan mereka supaya Ali dapat bekerja. Karena nggak mungkin hanya mengandalkan uang sisa rumahnya yang telah dikontrakkannya itu. Semuanya serba mahal di New York


Meski perbedaan usia Ali dengan keempat wanita dewasa itu cukup jauh, Ali nyaman tinggal dengan mereka. Apalagi kehadiran Eva (Aurora RIbero) anak tante Ance (Tika Pangabean) yang berhasil memikat hati Ali. Setidaknya kehadiran Eva membuat Ali sedikit tenang di tengah kemelut hatinya perihal ibunya. 


Suatu hari, salah satu dari mereka menemukan alamat baru Mia. Ali pun membuatkan rendang kesukaan ibunya. Seperti seorang anak yang sudah lama nggak bertemu ibunya, Ali cukup gugup berjalan ke rumah baru ibunya. 





Setibanya di depan rumah ibunya, Ali terkejut dengan sikap ibunya yang begitu dingin. Ibunya bahkan nggak mempersilahkannya masuk. Ibunya mengatakan tak mengenalnya dan menutup pintu begitu saja. Ali pulang dengan kecewa dan sedih bukan main.


Lalu, apakah Ali harus pulang begitu saja ke Indonesia membawa kecewa? 


Review


Entah udah berapa lama saya nggak ngeliat Iqbaal Ramadhan di layar kaca. Kayaknya sih terakhir pas lihat Dilan deh hehe. Seneng banget bisa lihat wajah ‘Dilan’ di New York kali ini haha 😆 


Pertama kali lihat posternya, sebenernya nggak begitu tertarik sih. Tapi, sewaktu sekilas lihat trailer nya yang ternyata mengusung isu keluarga, seketika saya jadi kepo 👀 




Film ini menceritakan kehidupan Ali yang menurut saya cukup berat. Gimana nggak? Dari kecil udah ditinggal ibunya ke New York demi mengejar cita-cita. Hal-hal seperti ini yang seringkali bikin saya berpikir keras tanggung jawab sebagai istri sekaligus ibu. Otak saya yang rada-rada pun bolak-balik mempertanyakan banyak hal 💭


Emang boleh ya kalau udah berkeluarga, pergi ke luar negeri untuk mengejar cita-cita? Iya kalau waktunya singkat, kalau lama kayak gitu gimana? Belum lagi omongan keluarga, tetangga, temen, dll. Suami gimana? Psikologis anak gimana? 👀


Baca juga: Kawan Bincang 

Walaupun semua itu balik lagi ke pasangan tersebut. Selama mereka sama-sama saling dukung, saya rasa nggak masalah (semoga). Balik lagi, nggak ada nilai benar dan salah yang absolut. Kebenaran bakalan jadi relatif tergantung individunya. Eeeehhh, kenapa jadi begini omongannya ya 😬


Back to Ali!


Penggambaran keluarga besar ayah Ali di film ini sangat amat relate banget dengan kondisi keluarga Indonesia, yang menurut saya toxic (meski nggak semua). Memang sih tujuannya menjaga perasaannya Ali. mereka juga berjasa dalam membesarkan Ali selama Ali ditinggal ibunya yang lalu ditinggal ayahnya meninggal juga. Tapi, Ali yang usianya udah gede gitu, dia berhak menentukan pilihannya. Termasuk pilihan menemui ibunya terlepas ibunya bakal terima dia atau nggak. At least, Ali menemukan jawaban yang selama ini dicarinya. Nggak cuma diam dan bertanya-tanya ✨ 




Hhhh, seringkali emang kita merasa benar akan sesuatu padahal kita nggak tahu pasti apa yang kita kerjain. Meski dengan embel-embel demi kebaikan si A misalnya. Saya seneng banget dengan pilihan Ali yang nekat terbang ke New York hehe. Karena kalau saya ada di posisi dia, ya teman-teman tahulah apa yang bakal saya lakuin 😉



Meski pada akhirnya di sana, ia nggak diterima dengan baik oleh ibunya. Tapi, pada akhirnya Ali ketemu dengan banyak orang yang peduli dengannya. Sampai Ali memutuskan kuliah di New York dan menjalani hidup barunya di sana dengan 4 tante dan Eva tentunya hihi 💕 


Kali ini peran Iqbaal bener-bener keliatan kayak anak ABG yang polooossss bangeeet. Saya suka, saya suka (pake logat Memey di Upin&Ipin). Mungkin karena cocok dengan usia Iqbaal juga kali ya 😆 


Latar New York City juga bikin film ini jadi lebih hidup meski ceritanya sedih. Film ini wajib banget ditonton. Ceritanya ringan dan hangat. Ah ya, saya juga tertarik nonton film ini karena adanya sosok Marissa Anita. 😜


Overall, film ini oke banget buat ditonton sendiri atau pun bareng sama keluarga. Siapa tahu ada yang mau sambil ngode-ngode ke orangtua atau saudara gitu yakan? hihi

deamerina
Hai! Selamat datang di blog saya. Silahkan menyelami kegiatan yang saya lakuakn. Saya menulis berbagai macam hal seperti review film, buku, skincare, cerita jalan-jalan, dan penalaman pribadi.

Related Posts

7 comments

Tika said…
Awal ngeliat posternya aku juga kurang tertarik Mba, apalagi twitternya Netflix Indonesia heboh banget promoin film ini jadi ngeliat terus tapi tetep aja gak tertarik mau tonton. Terus salah satu temen tuh nyaranin karena katanya bagus banget filmnya apalagi ternyata temanya keluarga ya hahaha baru ngeh juga aku. Kalo dari Mba berapa nih rating film ini?
Latifa said…
Suka sm film ini. Baru nonton brrp hr lalu. Sy juga suka pas ada Marissa Anitanta. Aktingnya keren bgt aplagi pas "bad mother" :(
deamerina said…
huehueee samaa ya kitaaa. aku pun baru tertarik pas pakhirnya banyak banget yang posting ini katanya mellow hihi
kalo dari aku honestly 3/5 hehe karena rada kurang greget tp cukup menghibur lah
kebantu sama setting New York sih kayaknya 😆
deamerina said…
sebenernya aku baru ngeh dengan Marissa gegara lihat di channel Youtube Great Mind. penookohannya baguuusss jadi langsung kepo hehe
Just Awl said…
Baru selesai nonton ini terus keingetan sama postingan mbak Dea. kemarin lihat sekilas di reading list, terus kepo juga ulasannya kayak gimana hihi. Aku setuju film ini ringan dan hangat, saking ringannya beberapa kali mikir "something is off". Mungkin karena aku menaruh ekspektasi yg besar dengan film bertema keluarga ini. Dan mungkin juga karena aku terlalu serius nonton ni film🤣 Entah berapa kali nyeletuk dalam hati, "ini si ali kok nggak sakit hati apa digituin masih mau ketemu maknya? bahkan pas disuruh pulang masih percaya itu bukan maknya yg ngasih cek"🤔. Karena merasa pernah ada di posisi itu, aku nggak bisa nonton tanpa memikirkan perasaan masing-masing karakter (utamanya Ali dan mamanya) kalau dalam kehidupan realistis seperti apa. Ibaratnya, trying to live in their shoes even though its just a movie. Tapi yaah, mungkin memang nggak semua film harus terasa sampai di hati semua orang ya mbak😂. Ada kalanya sekadar untuk dinikmati aja😁 *lah jadi curhat*

Satu hal yg aku pelajari dari film ini sih, bagaimanapun hidup harus terus berjalan. Kita tidak bisa tinggal di masa lalu dan berlarut-larut dengan keadaan itu, kalau orang lain bisa move on (apalagi seseorang yg meninggalkan kita), kenapa kita nggak bisa move on juga🤧 Walaupun kalau di dunia nyata, nggak kebayang betapa hebatnya si Ali ini melalui proses itu dan nggak dendam sama ibunya😢
deamerina said…
waaaaah tos dulu Awl, aku juga expect too much di awal dan terlalu mikir di tiap scene nyaaa huehue 😆 makanya kalo ntn paling nggak bisa deh diajak ngobrol
mungkin karena Ali digambarkan sebagai anak yang 'dibutakan'oleh kasih sayang dan kerinduan kepada ibu kali yaa

nah bener. the show must go on. ini sih yang menurutku susah banget (menurut pengalaman pribadi) karena buat sadar itu butuh waktu yang nggak bentar.

semangaaattt Awwwllll~ 💕
Ainun said…
MAUUUUU ahhh nonton ini
tadi sekilas baca dimana ya, katanya apik dan pas baca ini lhooo kok ya apik toh ya
ringan ceritanya dan masih soal family juga.
aku juga mikir sama kayak mbak dea, kok ya ibu nya tega gitu ninggalin ali dan bapaknya, terus pas dijengukin ke New York masih kayak nggak dianggap gitu