Judul : Dalam Mihrab Cinta
Penulis : Habiburrahman El Shirazy
Genre : Fiksi - Romance
Penerbit : Republika
Tahun terbit : September 2020
Shopee : Republika Penerbit
Heiiii, para penggemar tulisan Kang Abik a.k.a Habiburrahman El Shirazy~ 🌸
Setelah saya tulis review novel Pudarnya Pesona Cleopatra, kali ini sama mau ngeracunin teman-teman buku sejenis. Dalam Mihrab Cinta, yang waktu itu beli barengan dengan buku Pudarnya Pesona Cleopatra hehe.
Ternyataaa yaaaa, novel Dalam Mihrab Cinta yang terbit bulan September 2020 ini 11 12 dengan novel Pudarna Pesona Cleopatra. Sama-sama berisi mini novel. Kalau di novel yang ini berisi 3 novelet alias ringkasan dari 3 novel, yaitu Cinta Suci Zahrana, Dalam Mihrab Cinta, dan Mahkota Cinta.
Awalnya saya rada bingung dengan judul buku ini, Dalam Mihrab Cinta. Trus di dalamnya ada ringkasan cerita novel Dalam Mihrab Cinta juga. Dalam Mihrab Cinta yang versi full ternyata termasuk novel lama dan ada filmnya! Setelah baca novel ini saya jadi kepo cari yang versi full tapi nggak nemu dong. Sedih awak hiks. ðŸ˜
Ah iya, karena di dalam novel ini ada ringkasan novel Cinta Suci Zahrana, saya nggak akan bahas di tulisan ini. Teman-teman bisa baca review novel Cinta Suci Zahrana yang pernah saya tulis.
Baiqlah mari kita ulas novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy~
Dalam Mihrab Cinta
Syamsul, seorang santri di salah satu pesantren di Kediri siang itu dihajar oleh santri-santri lainnya. Ia ditangkap karena terlihat mengambil uang di lemari salah satu santri di kamarnya.
Dengan penuh amarah, para santri dan pengurus menghukum Syamsul yang telah babak belur. Ia dipotong gundul di tengah halaman disaksikan seluruh penghuni pesantren sebagai hukuman. Rapat pengurus memutuskan Syamsul dikeluarkan dengan tidak hormat.
Syamsul dijemput oleh ayahnya, seorang pengusaha batik yang sukses di Pekalongan, yang merasa kecewa dan marah dengan tindakan anak ketiganya tersebut.
Sesampainya di rumah, tak ada anggota keluarganya yang percaya pada ucapan Syamsul bahwa ia difitnah. Termasuk ibunya. Nadia, adiknya hanya diam saja mendengarkan merasa bimbang.
Merasa tidak dipercaya oleh keluarganya, Syamsul memutuskan untuk pergi ke Semarang dengan meninggalkan surat pada Nadia. Berbekal uang pinjaman dari Nadia, Syamsul berusaha mencari pekerjaan. Sayangnya, tak ada yang mau mempekerjakannya karena tak memiliki ijazah.
Syamsul pun merasa terpojok karena keadaan. Akhirnya, ia pun benar-benar mencopet di dalam bus. Naas, ia ketahuan dan tertangkap. Keluarganya mengetahui keadaan Syamsul yang masuk penjara dari koran pagi. Mereka semakin geram dan tidak lagi peduli.
Tidak dengan Nadia, ia datang untuk memastikan. Ia kecewa karena ternyata benar adanya pencuri yang memakai nama Burhan di koran itu adalah kakak kandungnya. Nadia pun membebaskan Syamsul dengan janji akan pulang bersama Nadia.
Syamsul merasa nggak sanggup pulang dan kembali merantau ke Jakarta. Ia mendatangi setiap masjid yang bersedia menerimanya untuk tidanggal dan mengurus masjid. Sayangnya, tak ada satu pun masjid yang memiliki kamar kosong. Semuanya sudah terisi oleh penjaga.
--
Baca juga: [Review Novel] Jakarta Sebelum Pagi
--
Pada akhirnya, Syamsul pun kembali mencopet untuk bertahan hidup. Kali ini ia telah belajar teknik mencopet agar tidak tertangkap dari pencopet profesional selama di penjara Semarang. Semuanya berhasil hingga Syamsul mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk makan dan membayar uang kontrakan.
Suatu sore saat ia sedang menghitung hasil copetannya, tak disangka salah satunya adalah seorang wanita cantik bernama Silvie. Di dalam dompetnya ia melihat sebuah foto Burhan bersama wanita itu. Dari situlah Syamsul tahu bahwa Silvie adalah kekasih Burhan. Padahal, Burhan selama di pesantren telah bertunangan dengan seorang wanita, Damayanti.
Syamsul ingat betapa seringnya Burhan membicarakan setiap wanita cantik yang ada di pesantren. Syamsul pun merasa geram dan ingin membalas dendam pada Burhan yang telah memfitnahnya.
Keesokannya Syamsul mendatangi rumah Silvie. Tetapi, ia berpura-pura sebagai guru mengaji anak kecil yang rumahnya tak jauh dari rumah Silvie.
Nah, lalu gimana kira-kira kelanjutannya? Apa si Syamsul berhasil bertemu Silvie dan bilang kalau Burhan itu buayaaa daraat? Dan apakah Silvie bakal percaya gitu aja?
Dahsyatnya Fitnah..
Sewaktu baca cerita ini saya langsung berpikir keras. Gimana ya hukumnya bagi orang kayak Syamsul? Yang mencopet karena terpaksa. Karena pada akhirnya semua uang di dompet yang dicopet itu dibalikin utuh ke alamat pemiliknya. Bahkan ada yang dikasih lebih.
Saya merasa nggak tega banget sama si Syamsul ini pada awalnya. Seidkit kesel juga sama pihak pesantren yang nggak mengecek dulu kebenaran tersebut. Apakah Syamsul benar-benar mencuri atau difitnah?
Kalau kayak gini kan pesantrennya juga ya yang malu karena ketahuan Syamsul nggak salah. Nggak kebayang gimana sedih dan marahnya Syamsul yang udah dianiaya sepihak dan dipermalukan dihadapan seluruh santri. Begitu pula keluarganya yang pada nggak percaya dengan pembelaan Syamsul.
Lagi-lagi, Kang Abik sukses bikin novel yang menarik. Gaya bahasanya yang ringan dengan plot cerita yang menarik bikin saya candu banget baca cerita yang satu ini sampai tengah malam hihi. 😆
Dan nggak lupa juga, Kang Abik selalu memberikan pesan moral di setiap ceritanya. Dibungkus dengan bahasa yang sopan dan tidak menggurui. Justru membuat pembacanya ikut berpikir.
Saya rasa dalam cerita ini Kang Abik ingin menyampaikan betapa akibat fitnah itu luar biasa dampaknya. Bukan hanya pada orang yang difitnah, tetapi juga bagi keluarga bahkan yang memfitnah.
Perlunya melakukan klarifikasi secara adil pada tindakan yang diragukan kebenarannya. Hal ini juga sebenarnya mengingatkan kita semua untuk lebih berhati-hati dengan segala informasi yang kita dapatkan. Apalagi jaman sekarang banyak banget berita hoax. Hadeh. 😶
--
Baca juga: [Review Novel] tempurung, Kisah Perempuan dengan Tubuhnya
--
Karena kepo dengan kelanjutan ceritanya dan saya nggak menemukan novel versi lengkapnya di Tokopedia maupun di perpustakaan, jadilah saya tonton filmnya hehe. Dan ternyataaa…..begitulah hehe. 😳🙂😆
Pokoknya saya suka banget dengan cerita Kang Abik yang satu ini. Semua ding kayaknya haha. Bukan hanya tentang fitnah, cerita ini juga bercerita tentang gimana seorang berusaha untuk tetap menjadi orang yang baik. Berada di jalan yang benar. Meski sempet meleng juga sih.
Tapi, pada akhirnya ia tobat dan tetap kembali ke jalan yang benar. Menjaga iman itu emang nggak gampang. Banyak banget godaannya. Apalagi di dunia yang Masya Allah banget ini. Media sosial, pergaulan, budaya barat. Rada serem juga sih. Makanya saya baca buku Kang Abik biar tetep waras haha. 🤪
Cus deh temen-temen baca buku Dalam Mihrab Cinta. Dijamin nggak bakalan nyesel!
Cerita sekuel novelet ketiga, Mahkota Cinta
Post a Comment
Post a Comment